BIFF yang merupakan pecahan MILF menolak berdamai dan meneruskan peperangan dengan Filipina. Minggu lalu, 43 orang tewas dalam baku tembak di Maguindanao. (Getty Images/Jeoffrey Maitem)
Sedikitnya 43 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dengan kelompok separatis tersebut yang dimotori oleh Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, BIFF, pada Minggu lalu. Hal ini menyiratkan permasalahan yang masih mengganjal dalam upaya perdamaian antara Filipina dengan separatis Muslim di selatan negara tersebut.
Kebanyakan korban tewas dalam bentrokan berasal dari kubu Pasukan Khusus Polisi Filipina berjumlah 37 orang. Sementara korban tewas dari militan BIFF dan MILF enam orang dan 11 terluka dalam baku tembak di kota Mamasapano, Maguindanao.
Seharusnya pertempuran itu hanya antara pasukan polisi dan BIFF, namun entah bagaimana MILF yang terikat gencatan senjata dengan pemerintah ikut terlibat baku tembak. Pemerintah mengakui hal ini terjadi karena tidak ada koordinasi antara polisi dan MILF. Saat itu, polisi tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah, Marwan dan Basit Usman, komandan faksi BIFF.
Insiden ini juga mencoreng upaya damai antara MILF dengan pemerintah yang dicanangkan tahun lalu. Dalam proses tersebut, pemerintah berjanji memberikan otonomi khusus pada MILF di wilayah selatan Mindanao. Proses tersebut masih dalam penggodokan di parlemen Filipina.
Penghambat perdamaian
Peristiwa itu sekaligus menunjukkan ganjalan terbesar proses damai, yaitu BIFF sebagai kelompok radikal yang menolak kesepakatan damai dan bersikeras membentuk negara Bangsamoro.
BIFF adalah pecahan MILF yang dibentuk oleh mantan kepala Komando Basis ke-105 MILF Ameril Umbra Kato yang memisahkan diri pada 2008 setelah Mahkamah Agung Filipina menganulir Nota Kesepakatan Wilayah Nenek Moyang yang ditandatangani oleh pemerintah Filipina dan MILF.
Kato yang menolak kompromi dengan pemerintah melakukan serangan terhadap warga sipil, memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Pada Februari tahun lalu, BIFF bergabung dengan Dewan Komando Islam Front Pembebasan Nasional Moro, MNLF.
Diperkirakan ratusan anggota BIFF bersama Abu Sayyaf dilatih di Irak oleh ISIS. Tahun lalu, BIFF berbaiat pada ISIS di Suriah dan Irak.
Kelompok Umbra Kato ini sebenarnya juga diundang dalam perundingan damai dengan pemerintah dan MILF, namun menolak ikut serta.
"Mereka bisa melanjutkan rencana tersebut, sementara kami akan melanjutkan perjuangan kemerdekaan Bangsamoro. Kami tidak bisa bergabung dengan proses perdamaian," kata Abu Misry Mama, juru bicara BIFF, dikutip Philstar pada Februari 2014.
Menurut sumber militer Filipina dikutip Inquirer, banyak anggota MILF yang juga loyal pada BIFF, terutama di wilayah Maguindanao dan Cotabato Utara. Militer Filipina menyebut militan MILF yang loyal terhadap BIFF ini sebagai "warga negara ganda".
Militer Filipina mengatakan, itulah alasan mengapa MILF terlibat dalam baku tembak Minggu yang merupakan pelanggaran gencatan senjata.
Bersaudara
Namun Ghadzali Jaafar, wakil bidang politik MILF membantah bahwa ada anggota mereka yang beroperasi bersama BIFF dalam pertempuran di Maguindanao itu.
"Tidak ada keuntungan militer dan politik bekerja sama dengan BIFF. Komando Basis ke-105 tidak akan bekerja sama dengan BIFF karena pertama, BIFF tidak menyukai kami. Kedua, kami tidak setuju dengan aktivitas BIFF dan ketiga, MILF tidak akan melakukan pelanggaran perjanjian damai," kata Jaafar.
Abu Misri Mama juga membantah adanya kerja sama antara BIFF dan MILF dalam pertempuran itu. Dia mengatakan, keterlibatan MILF saat itu hanya kebetulan. Kendati demikian, dia tidak memungkiri bahwa militan BIFF dan MILF sudah seperti saudara.
"Dalam komunitas, kami sahabat dan kerabat. Saat berpapasan, kami berpelukan dan mengucapkan salam. Tidak ada identitas lain di lapangan selain kami semua keluarga," kata Mama.(den/ike)Komandan Pasukan Khusus Filipina Dibebastugaskan Sebanyak 44 anggota pasukan khusus polisi tewas dalam tembak menembak selama 12 jam di Filipina Selatan. (Reuters/Stringer)
Kepala unit pasukan khusus kepolisian Filipina dibebastugaskan karena operasi penangkapan dua buron militan Islam yang menewaskan 44 anggota unit di Filipina Selatan.
Menteri Dalam Negeri Filipina Manuel Roxas mengatakan telah memerintahkan penyelidikan terhadap operasi yang berakhir setelah terjadi tembak menembak selama 12 jam dengan para pemberontak Muslim pada Minggu (25/1).
Empat puluh empat komando Pasukan Operasi Khusus, SAF, tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam pertempuran di kota Mamasapano, Maguindanao.
Polisi mengatakan delapan pemberontak Muslim juga tewas dalam pertempuran yang menyudahi gencatan senjata yang berlaku dalam tiga tahun terakhir.
“Kami telah membebastugaskan Direktur SAF Leo Napenas dari jabatannya, sementara penyelidikan atas insiden ini berjalan,” ujar Roxas dalam jumpa pers pada Selasa (27/1).
“Dia telah ditarik ke Manila. Dia mendapat kesempatan untuk menjemput jenazah anak buahnya kemarin. Jika ada kesalahan dan seseorang bertanggungjawab, orang ini harus menanggung risikonya.”
Roxas menggambarkan insiden itu sebagai “tidak sesuai dengan rencana”.
Hampir 400 personel SAF dikerahkan dalam operasi menangkap dua militan yang berlindung dengan para pejuang kelompok pemberontak Muslim terbesar Filipina, Moro Islamic Liberation Front, MILF.
Zulkifli bin Hir, warga Malaysia anggota Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al Qaidah dan diduga bertanggungjawab atas sejumlah serangan bom di Filipina, dan Abdul Basit Usman dari Filipina.
Keduanya menjadi buronan Amerika Serikat dengan hadiah US$ 5 juta untuk Bin Hirdan US$ 1 juta untuk Usman.
Para pejabat mengatakan Bin Hir kemungkinan besar tewas dalam pertempuran itu, namun Usman berhasil melarikan diri.
MILF, yang melancarkan pemberontakan selama lebih dari empat dekade di negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sepakat untuk membubarkan pasukan tempurnya dan menyerahkan senjata dengan imbalan pemerintah otonomi.
Kedua kubu menyatakan insiden berdarah ini tidak akan menggagalkan kesepakatan damai tersebut.
“Ini hanya kemunduran sementara (dalam proses perdamaian). Kami harus membangun kembali segala hal yang rusak,” ujar panel perdamaian pemerintah Filipina di Laman Facebooknya.
Pertempuran dengan MILF selama ini telah menewaskan 120 ribu orang dan menyebabkan dua juta orang kehilangan tempat tinggal.(yns)Pelaku Bom Bali Diduga Tewas di FilipinaKolonel Marcelo Burgos menunjukkan potret Zulkifli bin Hir yang juga dikenal sebagai Marwan
Menteri Dalam Negeri Filipina, Manuel Roxas, menyatakan terdapat kemungkinan besar bahwa Zulkifli bin Hir, anggota militan asal Malaysia yang diduga terkait dengan serangan bom Bali tahun 2002 silam, tewas dalam operasi polisi Filipina, Minggu (25/1).
Operasi kepolisian di daerah pedalaman Mamasapano, Filipina Selatan, menargetkan Zulkifli yang tengah buron dan dihargai sekitar US$ 5 juta, atau setara dengan Rp 62 miliar bagi siapapun yang dapat menangkapnya.
Operasi tersebut berubah menjadi pertempuran antara polisi dengan militan Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, atau BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka dalam operasi tersebut.
Roxas menyatakan sebanyak 392 anggota kepolisian khusus dikirim ke Mamasapano untuk menangkap beberapa anggota militan terkenal, termasuk Zulkifli, yang juga dikenal dengan nama lainnya, Marwan.
"Ada kemungkinan tinggi bahwa Marwan tewas dalam operasi tersebut, tapi informasi ini masih perlu dikonfirmasi," kata Roxas dalam konferensi pers, dikutip dari The Star, Selasa (27/1).
Meskipun kepolisian gagal untuk mengevakuasi jenazah militan yang menjadi target utama, polisi menyatakan mereka memiliki gambar dan foto yang dapat membantu menentukan apakah Marwan termasuk dalam salah satu korban tewas.
"Saya secara pribadi melihat beberapa foto, tapi tidak tahu apakah ada Marwan dalam foto tersebut," kata Roxas.
Sementara, seorang pejabat polisi Malaysia bidang kontra-terorisme mengatakan kepada surat kabar Melayu Mail bahwa Kuala Lumpur masih menunggu informasi dari pihak berwenang Filipina terkait konfirmasi tewasnya Zulkifli.
Zulkifli merupakan salah satu anggota militan yang paling dicari di Amerika Serikat. Dia diduga pembuat bom untuk kelompok Jemaah Islamiyah yang meluncurkan bom di Bali pada tahun 2002. Sebanyak 202 orang tewas dalam serangan tersebut.
Zulkifli juga diduga terkait dengan serangkaian serangan berdarah di Asia Tenggara.
Zulkifli juga telah lama dicari oleh pihak berwenang Filipina. Sebelumnya, pemerintah Filipina pernah memberitakan kematian Zulkifli pada tahun 2012 lalu karena serangan udara.
Pemerintah Filipina mencurigai beberapa pelaku bom Bali melarikan diri ke Filipina Selatan dan mencari perlindungan pemberontak Muslim dengan melancarkan kampanye bersenjata terhadap pemerintah Manila.
Pemerintah Filipina juga mengatakan militan asing melatih kelompok pemberontak Filipina dalam pembuatan bom rakitan yang digunakan dalam sejumlah serangan bom di Filipina.
Menurut Roxas, polisi Filipina meninggalkan daerah tempat operasi ketika mereka disergap oleh BIFF, salah satu kelompok militan yang diduga melindungi Zulkifli.
Polisi berhasil lolos dari serangan tersebut, namun memasuki wilayah yang dikuasai oleh Front Pembebasan Islam Moro, atau MILF, dan memicu baku tembak.
Padahal, anggota MILF yang beranggotakan 10 ribu orang, telah bersepakat dengan pemerintah untuk melakukan gencatan senjata sejak Maret tahun lalu.
Namun BIFF, kelompok militan pecahan dari MILF, menolak bersepakat dengan pemerintah.
Presiden Benigno Aquino telah memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut, yang dikhawatirkan dalam mengakhiri kesepakatan antara pemerintah dengan MILF.
MILF menyatakan, operasi polisi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF sebelumnya, seperti yang disyaratkan dalam perjanjian gencatan senjata.(ama)
Sedikitnya 43 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dengan kelompok separatis tersebut yang dimotori oleh Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, BIFF, pada Minggu lalu. Hal ini menyiratkan permasalahan yang masih mengganjal dalam upaya perdamaian antara Filipina dengan separatis Muslim di selatan negara tersebut.
Kebanyakan korban tewas dalam bentrokan berasal dari kubu Pasukan Khusus Polisi Filipina berjumlah 37 orang. Sementara korban tewas dari militan BIFF dan MILF enam orang dan 11 terluka dalam baku tembak di kota Mamasapano, Maguindanao.
Seharusnya pertempuran itu hanya antara pasukan polisi dan BIFF, namun entah bagaimana MILF yang terikat gencatan senjata dengan pemerintah ikut terlibat baku tembak. Pemerintah mengakui hal ini terjadi karena tidak ada koordinasi antara polisi dan MILF. Saat itu, polisi tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah, Marwan dan Basit Usman, komandan faksi BIFF.
Insiden ini juga mencoreng upaya damai antara MILF dengan pemerintah yang dicanangkan tahun lalu. Dalam proses tersebut, pemerintah berjanji memberikan otonomi khusus pada MILF di wilayah selatan Mindanao. Proses tersebut masih dalam penggodokan di parlemen Filipina.
Penghambat perdamaian
Peristiwa itu sekaligus menunjukkan ganjalan terbesar proses damai, yaitu BIFF sebagai kelompok radikal yang menolak kesepakatan damai dan bersikeras membentuk negara Bangsamoro.
BIFF adalah pecahan MILF yang dibentuk oleh mantan kepala Komando Basis ke-105 MILF Ameril Umbra Kato yang memisahkan diri pada 2008 setelah Mahkamah Agung Filipina menganulir Nota Kesepakatan Wilayah Nenek Moyang yang ditandatangani oleh pemerintah Filipina dan MILF.
Kato yang menolak kompromi dengan pemerintah melakukan serangan terhadap warga sipil, memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Pada Februari tahun lalu, BIFF bergabung dengan Dewan Komando Islam Front Pembebasan Nasional Moro, MNLF.
Diperkirakan ratusan anggota BIFF bersama Abu Sayyaf dilatih di Irak oleh ISIS. Tahun lalu, BIFF berbaiat pada ISIS di Suriah dan Irak.
Kelompok Umbra Kato ini sebenarnya juga diundang dalam perundingan damai dengan pemerintah dan MILF, namun menolak ikut serta.
"Mereka bisa melanjutkan rencana tersebut, sementara kami akan melanjutkan perjuangan kemerdekaan Bangsamoro. Kami tidak bisa bergabung dengan proses perdamaian," kata Abu Misry Mama, juru bicara BIFF, dikutip Philstar pada Februari 2014.
Menurut sumber militer Filipina dikutip Inquirer, banyak anggota MILF yang juga loyal pada BIFF, terutama di wilayah Maguindanao dan Cotabato Utara. Militer Filipina menyebut militan MILF yang loyal terhadap BIFF ini sebagai "warga negara ganda".
Militer Filipina mengatakan, itulah alasan mengapa MILF terlibat dalam baku tembak Minggu yang merupakan pelanggaran gencatan senjata.
Bersaudara
Namun Ghadzali Jaafar, wakil bidang politik MILF membantah bahwa ada anggota mereka yang beroperasi bersama BIFF dalam pertempuran di Maguindanao itu.
"Tidak ada keuntungan militer dan politik bekerja sama dengan BIFF. Komando Basis ke-105 tidak akan bekerja sama dengan BIFF karena pertama, BIFF tidak menyukai kami. Kedua, kami tidak setuju dengan aktivitas BIFF dan ketiga, MILF tidak akan melakukan pelanggaran perjanjian damai," kata Jaafar.
Abu Misri Mama juga membantah adanya kerja sama antara BIFF dan MILF dalam pertempuran itu. Dia mengatakan, keterlibatan MILF saat itu hanya kebetulan. Kendati demikian, dia tidak memungkiri bahwa militan BIFF dan MILF sudah seperti saudara.
"Dalam komunitas, kami sahabat dan kerabat. Saat berpapasan, kami berpelukan dan mengucapkan salam. Tidak ada identitas lain di lapangan selain kami semua keluarga," kata Mama.(den/ike)Komandan Pasukan Khusus Filipina Dibebastugaskan Sebanyak 44 anggota pasukan khusus polisi tewas dalam tembak menembak selama 12 jam di Filipina Selatan. (Reuters/Stringer)
Kepala unit pasukan khusus kepolisian Filipina dibebastugaskan karena operasi penangkapan dua buron militan Islam yang menewaskan 44 anggota unit di Filipina Selatan.
Menteri Dalam Negeri Filipina Manuel Roxas mengatakan telah memerintahkan penyelidikan terhadap operasi yang berakhir setelah terjadi tembak menembak selama 12 jam dengan para pemberontak Muslim pada Minggu (25/1).
Empat puluh empat komando Pasukan Operasi Khusus, SAF, tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam pertempuran di kota Mamasapano, Maguindanao.
Polisi mengatakan delapan pemberontak Muslim juga tewas dalam pertempuran yang menyudahi gencatan senjata yang berlaku dalam tiga tahun terakhir.
“Kami telah membebastugaskan Direktur SAF Leo Napenas dari jabatannya, sementara penyelidikan atas insiden ini berjalan,” ujar Roxas dalam jumpa pers pada Selasa (27/1).
“Dia telah ditarik ke Manila. Dia mendapat kesempatan untuk menjemput jenazah anak buahnya kemarin. Jika ada kesalahan dan seseorang bertanggungjawab, orang ini harus menanggung risikonya.”
Roxas menggambarkan insiden itu sebagai “tidak sesuai dengan rencana”.
Hampir 400 personel SAF dikerahkan dalam operasi menangkap dua militan yang berlindung dengan para pejuang kelompok pemberontak Muslim terbesar Filipina, Moro Islamic Liberation Front, MILF.
Zulkifli bin Hir, warga Malaysia anggota Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al Qaidah dan diduga bertanggungjawab atas sejumlah serangan bom di Filipina, dan Abdul Basit Usman dari Filipina.
Keduanya menjadi buronan Amerika Serikat dengan hadiah US$ 5 juta untuk Bin Hirdan US$ 1 juta untuk Usman.
Para pejabat mengatakan Bin Hir kemungkinan besar tewas dalam pertempuran itu, namun Usman berhasil melarikan diri.
MILF, yang melancarkan pemberontakan selama lebih dari empat dekade di negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sepakat untuk membubarkan pasukan tempurnya dan menyerahkan senjata dengan imbalan pemerintah otonomi.
Kedua kubu menyatakan insiden berdarah ini tidak akan menggagalkan kesepakatan damai tersebut.
“Ini hanya kemunduran sementara (dalam proses perdamaian). Kami harus membangun kembali segala hal yang rusak,” ujar panel perdamaian pemerintah Filipina di Laman Facebooknya.
Pertempuran dengan MILF selama ini telah menewaskan 120 ribu orang dan menyebabkan dua juta orang kehilangan tempat tinggal.(yns)Pelaku Bom Bali Diduga Tewas di FilipinaKolonel Marcelo Burgos menunjukkan potret Zulkifli bin Hir yang juga dikenal sebagai Marwan
Menteri Dalam Negeri Filipina, Manuel Roxas, menyatakan terdapat kemungkinan besar bahwa Zulkifli bin Hir, anggota militan asal Malaysia yang diduga terkait dengan serangan bom Bali tahun 2002 silam, tewas dalam operasi polisi Filipina, Minggu (25/1).
Operasi kepolisian di daerah pedalaman Mamasapano, Filipina Selatan, menargetkan Zulkifli yang tengah buron dan dihargai sekitar US$ 5 juta, atau setara dengan Rp 62 miliar bagi siapapun yang dapat menangkapnya.
Operasi tersebut berubah menjadi pertempuran antara polisi dengan militan Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, atau BIFF. Sebanyak 44 petugas kepolisian tewas, sementara 12 lainnya terluka dalam operasi tersebut.
Roxas menyatakan sebanyak 392 anggota kepolisian khusus dikirim ke Mamasapano untuk menangkap beberapa anggota militan terkenal, termasuk Zulkifli, yang juga dikenal dengan nama lainnya, Marwan.
"Ada kemungkinan tinggi bahwa Marwan tewas dalam operasi tersebut, tapi informasi ini masih perlu dikonfirmasi," kata Roxas dalam konferensi pers, dikutip dari The Star, Selasa (27/1).
Meskipun kepolisian gagal untuk mengevakuasi jenazah militan yang menjadi target utama, polisi menyatakan mereka memiliki gambar dan foto yang dapat membantu menentukan apakah Marwan termasuk dalam salah satu korban tewas.
"Saya secara pribadi melihat beberapa foto, tapi tidak tahu apakah ada Marwan dalam foto tersebut," kata Roxas.
Sementara, seorang pejabat polisi Malaysia bidang kontra-terorisme mengatakan kepada surat kabar Melayu Mail bahwa Kuala Lumpur masih menunggu informasi dari pihak berwenang Filipina terkait konfirmasi tewasnya Zulkifli.
Zulkifli merupakan salah satu anggota militan yang paling dicari di Amerika Serikat. Dia diduga pembuat bom untuk kelompok Jemaah Islamiyah yang meluncurkan bom di Bali pada tahun 2002. Sebanyak 202 orang tewas dalam serangan tersebut.
Zulkifli juga diduga terkait dengan serangkaian serangan berdarah di Asia Tenggara.
Zulkifli juga telah lama dicari oleh pihak berwenang Filipina. Sebelumnya, pemerintah Filipina pernah memberitakan kematian Zulkifli pada tahun 2012 lalu karena serangan udara.
Pemerintah Filipina mencurigai beberapa pelaku bom Bali melarikan diri ke Filipina Selatan dan mencari perlindungan pemberontak Muslim dengan melancarkan kampanye bersenjata terhadap pemerintah Manila.
Pemerintah Filipina juga mengatakan militan asing melatih kelompok pemberontak Filipina dalam pembuatan bom rakitan yang digunakan dalam sejumlah serangan bom di Filipina.
Menurut Roxas, polisi Filipina meninggalkan daerah tempat operasi ketika mereka disergap oleh BIFF, salah satu kelompok militan yang diduga melindungi Zulkifli.
Polisi berhasil lolos dari serangan tersebut, namun memasuki wilayah yang dikuasai oleh Front Pembebasan Islam Moro, atau MILF, dan memicu baku tembak.
Padahal, anggota MILF yang beranggotakan 10 ribu orang, telah bersepakat dengan pemerintah untuk melakukan gencatan senjata sejak Maret tahun lalu.
Namun BIFF, kelompok militan pecahan dari MILF, menolak bersepakat dengan pemerintah.
Presiden Benigno Aquino telah memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut, yang dikhawatirkan dalam mengakhiri kesepakatan antara pemerintah dengan MILF.
MILF menyatakan, operasi polisi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF sebelumnya, seperti yang disyaratkan dalam perjanjian gencatan senjata.(ama)
♘ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.