Kamis, 05 Maret 2015

Australia Sadap Indonesia Melalui Telkomsel

Snowden membocorkan dokumen rahasia, di mana Australia menyadap Indonesia melalui Telkomsel. Foto: Reuters.

M
ata-mata Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel. Hal itu terungkap dari bocoran dokumen rahasia milik bekas kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden.

Bocoran Snowden tentang ulah mata-mata Australia itu diterbitkan hari ini (5/3/2015) di Selandia Baru. Menurut dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan.

Selain Indonesia, ASD dan GCSB juga melakuan spionase elektronik terhadap negara-negara kecil di kawasan Pasifik seperti Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Nauru, Samoa, Vanuatu, Kiribati, Kaledonia Baru, Tonga, dan Polinesia.

Masih menurut dokumen Snowden, Selandia Baru dan Australia menyadap satelit komunikasi satelit dan kabel telekomunikasi bawah laut. Mereka berbagi data panggilan telepon, email, pesan media sosial dan metadata. Data-data sadapan itu lantas dibagi bersama jaringan “Five Eyes” atau jaringan spionase “Lima Mata”.

Telkomsel jadi target ASD, menurut Snowden, karena jaringan telepon selular Indonesia itu melayani lebih dari 122 juta pelanggan.

Seorang perwira intelijen Selandia Baru yang bekerja di sebuah bursa di Canberra pada tahun 2009 ditempatkan di "bagian analisis jaringan infrastruktur “ ASD, di mana ia diberi tugas khusus untuk menyediakan data telekomunikasi selular Telkomsel Indonesia.

”Termasuk menyelidiki catatan panggilan telepon dan data yang dikirim melalui FTP (file transfer protocol) yang digunakan untuk mendukung transmisi lalu lintas telepon internasional dan domestik jarak jauh,” bunyi dokumen Snowden seperti dilansir Sydney Morning Herald.

Kemudian pada 2012, ASD mencuri hampir 1,8 juta kunci utama dienkripsi, yang digunakan untuk melindungi komunikasi pribadi, dari jaringan Telkomsel. ASD juga menyadap panggilan data curah dari Indosat, operator telekomunikasi satelit domestik di Indonesia, termasuk data pejabat Indonesia di berbagai departemen pemerintah.

 Ikut Sadap Indonesia, PM Selandia Baru Bungkam 
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, John Key, menolak berkomentar soal bocoran dokumen rahasia Snowden yang menyebut Selandia Baru ikut menyadap saluran telekomunikasi Indonesia.

Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) bekerjasama dengan mata-mata elektronik Australia (ASD) pada 2009 menyadap percakapan telepon, email dan metadata publik Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel.

Telkomsel jadi target ASD, menurut Snowden, karena jaringan telepon selular Indonesia itu melayani lebih dari 122 juta pelanggan. ”Mereka sudah mengincar beberapa sasaran yang dipilih dari negara-negara Pasifik Selatan dan target lain,” kata penulis investigasi di Radio Selandia Baru, Nicky Hager, mengacu pada bocoran dokumen Snowden yang diterbitkan di Selandia Baru, Kamis (5/3/2015).

”Mereka menyadap setiap panggilan telepon, email, dan mereka langsung pergi ke database, yaitu database NSA Amerika Serikat,” lanjut Hager seperti dilansir Reuters.

 Indonesia Cari Konfirmasi soal Penyadapan Australia 
Pemerintah Indonesia masih mencari konfirmasi terkait aksi penyadapan Australia dan Selandia Baru melalui jaringan telepon selular Telkomsel yang terjadi pada 2009.

Penyadapan telepon, email dan metadata publik Indonesia oleh mata-mata elektronik kedua negara itu dibocorkan bekas kontraktor NSA, Edward Snowden yang diterbitkan hari ini (5/3/2015) di Selandia Baru.

"Itu kan penyadapan yang dilaporkan koran di Selandia Baru, kita masih mencari konfirmasi terkait hal itu, kita belum bisa memberikan komentar lebih lanjut," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia melaui juru bicaranya, Arrmanatha Nassir.

Isu penyadapan pernah membuat hubungan Indonesia dan Australia retak, tepatnya di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Indonesia bahkan sempat menarik Dubesnya yang bertugas di Australia. Hubungan itu dipulihkan kembali menjelang SBY pensiun, di mana Indonesia dan Australia membuat kesepakatan yang ditandatangi di Bali pada Agustus 2014 lalu.(mas)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.