Sabtu, 21 Maret 2015

[World] UE Harus Terus Tekan Rusia

http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/03/19/41/978919/dewan-eropa-ue-harus-terus-tekan-rusia-Bx9.jpg Presiden Dewan Eropa Donale Tusk kembali mendesak Uni Eropa (UE) untuk terus menekan Rusia dengan sanksi-sanksi lanjutan. Foto: istimewa

Presiden Dewan Eropa Donale Tusk kembali mendesak Uni Eropa (UE) untuk terus menekan Rusia dengan sanksi-sanksi lanjutan. Tekanan itu muncul di tengah pertemuan puncak negara UE, dimana sanksi terhadap Rusia menjadi salah satu agenda utama pertemuan itu.

Tusk menilai sanksi harus terus dijatuhkan karena Rusia belum melakukan apapun untuk memastikan perjanjian Minsk dilaksanakan secara penuh di Ukraina timur. Sanksi itu, lanjut Tusk, merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pemerintah Ukraina.

"Salah satu cara terbaik untuk mendukung Ukraina adalah dengan terus memberikan tekanan kepada Rusia melalui sanksi-sanksi lebih lanjut. Tekanan itu harus terus diberikan sampai kita menyaksikan implementasi penuh perjanjian Minsk," ucap Tusk, seperti dilansir Reuters pada Kamis (19/3/2015).

"Langkah ini kelak pada akhirnya akan bermuara pada kendali penuh Ukraina atas wilayah-wilayah di perbatasan, seperti yang sudah tercantum dalam perjanjian yang dimediasi oleh Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel," tambahnya.

Sampai saat ini perdebatan masih terjadi di tubuh UE mengenai apakah mereka akan memperpanjang dan memperluas sanksi untuk Rusia atau tidak. Setidaknya sudah tujuh negara, yakni Siprus, Yunani, Slovakia, Hungaria, Austria, Spanyol dan Italia yang menolak usulan untuk memperjang sanksi tersebut.(esn)
UE Mulai Bahas Perpanjangan Sanksi Rusiahttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/03/19/41/978830/ue-mulai-bahas-perpanjangan-sanksi-rusia-Kwc.jpgFoto: ilustraasi-istimewa

Para kepala negara dan pemerintahan dari 28 negara Uni Eropa (UE) akan melakukan pertemuan puncak di Brussels mulai Kamis (19/3/2015). Sanksi terhadap Rusia menjadi salah satu agenda utama pertemuan tersebut.

Menurut juru bicara urusan luar negeri UE, dalam pertemuan puncak itu para pemimpin UE akan membahas mengenai apakah sanksi terhadap Rusia akan diperpanjang sesuai dengan saran Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk atau dicabut. Dirinya mengatakan, semua kemungkinan masih terbuka lebar.

"Usulan yang disampaikan oleh Donald Tusk saat ini sedang dibahas," ucap juru bicara itu dalam sebuah pernyataan. Tusk, seperti dilansir Itar-tass, sedang berusaha untuk mendekati Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande agar mendukung usulannya.

Juru bicara itu mengatakan, bila berdasarkan hasil pembicaraan awal, nampaknya sanksi Rusia akan diperpanjang dan mumgkin akan diperluas. "Mayoritas peserta pertemuan mendukung usulan untuk memperluas sanksi untuk Rusia," imbuhnya.

Dari 28 negara UE, diketahui hanya tujuh negara yang menolak perpanjangan dan perluasan sanksi untuk Rusia. Negara-negara itu antara lain Siprus, Yunani, Slovakia, Hungaria, Austria, Spanyol dan Italia. Sanksi pada Rusia sendiri sejatinya akan berakhir pada Juli mendatang.(esn)
Uni Eropa Tabuh Genderang Perang Propaganda dengan Rusiahttp://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/03/20/41/979243/uni-eropa-tabuh-genderang-perang-propaganda-dengan-rusia-Q5k.jpgUni Eropa menabuh genderang perang propaganda dengan Rusia, terkait krisis Ukraina dan krisis lain di Erop. Foto: Reuters.

Uni Eropa menabuh genderang perang propaganda baru dengan Rusia. Uni Eropa sudah sepakat untuk melawan perang propaganda yang telah diluncurkan Kremlin baik dalam kisruh Ukraina maupun krisis lain di Eropa melalui pemberitaan media-media Rusia.

Para pemimpin Uni Eropa telah memberikan persetujuan formal untuk kampanye perang propaganda dengan Rusia pada pertemuan puncak pada hari Kamis kemarin.

Para pejabat Uni Eropa kepada Reuters, bahwa sudah ada selusin pakar komunikasi yang mulai bekerja pada akhir Maret di Brussels. Uni Eropa akan melawan informasi yang salah yang disengaja diatur Kremlin atas peran Rusia dalam setiap masalah, terutama terkait perang di Ukraina timur.

Uni Eropa menerima informasi bahwa Rusia menggelontorkan dana besar untuk para penyiar berita pro-pemerintah Rusia. Dana itu lebih besar dari yang diterima stasiun televisi lokal yang berbasis pada tayangan hiburan.

Para pemimpin Uni Eropa, terutama di negara-negara Baltik, telah khawatir dengan cara Rusia yang memanfaatkan media untuk mendapatkan dukungan dalam menjalankan kebijakan Kremlin.

Selain bersiap untuk perang propaganda, Uni Eropa juga telah sepakat untuk memperpanjang sanksi ekonomi. Tujuannya agar Rusia menghormati dan menjalankan kesepakatan damai Ukraina yang ditandatangani di Minsk, Belarusia.

”Menekankan perlunya untuk menantang kampanye disinformasi yang sedang berlangsung Rusia,” bunyi pernyataan tertulis yang beredar di kalangan pejabat Uni Eropa yang dilihat Reuters, Jumat (20/3/2015).

“Tugas baru yang mendesak untuk dilakukan Unit Brussels (Uni Eropa) adalah mengoreksi dan memeriksa fakta informasi yang salah dan mengembangkan narasi Uni Eropa melalui pesan kunci, artikel, lembaran fakta, infografis, termasuk materi dalam bahasa Rusia,” lanjut pernyataan itu.

Rusia belum merspons soal kebijakan terbaru dari Uni Eropa ini, termasuk soal keputusan untuk memperpanjang sanksi ekonomi. Rusia sebelumnya menuding Amerika Serikat (AS) sebagai biang di balik krisis Ukraina.(mas)

  ♆ sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.