Jepang membantu meningkatkan kemampuan militer Filipina dalam menghadapi peningkatan aktivitas Tiongkok di Laut Cina Selatan. (Reuters/Romeo Ranoco)★
Prioritas utama militer Filipina adalah membangun satu pangkalan angkatan laut di sepanjang pantai barat negara itu yang terletak berseberangan dengan Kepulauan Spratly yang diperebutkan dengan Tiongkok.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Gregorio Catapang mengatakan kapal perang Jepang, Amerika Serikat dan Vietnam akan diijinkan berlabuh di fasilitas yang terletak di Teluk Oyster, Pulau Palawan.
Pembangunan pangkalan militer ini tertunda penyelesaiannya karena masalah pendanaan.
“Kami merasa itu adalah prioritas utama karena situasi keamanan yang muncul,” kata Catapang dalam wawancara dengan Reuters pada Senin (11/5) malam.
“Begitu kami mendapatkan dananya, kami akan mengerahkan sumber daya kami ke sana,” tambahnya.
Catapang mengatakan perlu dana sebesar 800 juta peso (US$18 juta) untuk pembangunan awal fasilitas angkatan laut itu, dan 5 miliar peso untuk membuat pangkalan itu menjadi markas utama operasi angkatan laut.
Dia mengatakan rencana telah dibuat, tetapi tertunda pembangunannya karena kurang dana.
“Saat ini belum ada apapun di sana, kami masih membangun jalan masuk dan memperbaiki depot air dan bahan bakar yang akan digunakan untuk melayani kapal. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” katanya.
Seorang sumber di Jepang mengatakan negaranya yang kini membantu meningkatkan kemampuan angkatan laut Filipina, kemungkinan mendanai pembangunan infrastruktur di sekitar pangkalan itu, tetapi tidak akan membiayai pembangunan pangkalan itu sendiri.
Mengubah pulau Palawan yang indah menjadi fasilitas militer akan menambah ketegangan dengan Tiongkok, yang mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan termasuk kepulauan Spartly. Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Taiwan juga mengklaim bagian dari Laut Cina Selatan itu.
Palawan terletak sekitar 160 kilometer dari Spratly, dimana proyek reklamasi Tiongkok di sekitar tujuh batu karang menyebabkan sejumlah negara Asia waspada, dan mendapat kritik dari Washington.
Amerika Serikat sebelumnya telah meminta ijin mempergunakan pangkalan militer Filipina di delapan lokasi untuk dimanfaatkan sebagai lokasi pergantian tentara, kapal dan pesawat yang akan menjalani latihan sementara Washington mengerahkan lebih banyak sumber daya militernya ke Asia.
Kerjasama keamanan antara Filipina dan Vietnam juga bertambah seiring peningkatan aktivitas Tiongkok. (yns)
Prioritas utama militer Filipina adalah membangun satu pangkalan angkatan laut di sepanjang pantai barat negara itu yang terletak berseberangan dengan Kepulauan Spratly yang diperebutkan dengan Tiongkok.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Gregorio Catapang mengatakan kapal perang Jepang, Amerika Serikat dan Vietnam akan diijinkan berlabuh di fasilitas yang terletak di Teluk Oyster, Pulau Palawan.
Pembangunan pangkalan militer ini tertunda penyelesaiannya karena masalah pendanaan.
“Kami merasa itu adalah prioritas utama karena situasi keamanan yang muncul,” kata Catapang dalam wawancara dengan Reuters pada Senin (11/5) malam.
“Begitu kami mendapatkan dananya, kami akan mengerahkan sumber daya kami ke sana,” tambahnya.
Catapang mengatakan perlu dana sebesar 800 juta peso (US$18 juta) untuk pembangunan awal fasilitas angkatan laut itu, dan 5 miliar peso untuk membuat pangkalan itu menjadi markas utama operasi angkatan laut.
Dia mengatakan rencana telah dibuat, tetapi tertunda pembangunannya karena kurang dana.
“Saat ini belum ada apapun di sana, kami masih membangun jalan masuk dan memperbaiki depot air dan bahan bakar yang akan digunakan untuk melayani kapal. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” katanya.
Seorang sumber di Jepang mengatakan negaranya yang kini membantu meningkatkan kemampuan angkatan laut Filipina, kemungkinan mendanai pembangunan infrastruktur di sekitar pangkalan itu, tetapi tidak akan membiayai pembangunan pangkalan itu sendiri.
Mengubah pulau Palawan yang indah menjadi fasilitas militer akan menambah ketegangan dengan Tiongkok, yang mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan termasuk kepulauan Spartly. Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Taiwan juga mengklaim bagian dari Laut Cina Selatan itu.
Palawan terletak sekitar 160 kilometer dari Spratly, dimana proyek reklamasi Tiongkok di sekitar tujuh batu karang menyebabkan sejumlah negara Asia waspada, dan mendapat kritik dari Washington.
Amerika Serikat sebelumnya telah meminta ijin mempergunakan pangkalan militer Filipina di delapan lokasi untuk dimanfaatkan sebagai lokasi pergantian tentara, kapal dan pesawat yang akan menjalani latihan sementara Washington mengerahkan lebih banyak sumber daya militernya ke Asia.
Kerjasama keamanan antara Filipina dan Vietnam juga bertambah seiring peningkatan aktivitas Tiongkok. (yns)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.