Replika kendaraan tempur (Ranpur) ataupun kenderaan taktis (Rantis) yang berasal dari limbah kayu buatan Valkiarra Wooden Art Manufacture di Sleman, Yogyakarta laris manis dipesan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon sebagai suvenir.
Tidak hanya replika kendaraan tempur saja yang banjir pesanan, replika pesawat terbang, pesawat antariksa, motor gede (moge), dan sebagainya sudah berhasil diekspor ke berbagai negara.
Di balik suksesnya bisnis mainan miniatur dan aksesoris gaya hidup dari limbah kayu tersebut adalah sepasang suami-istri Hiro Prabantoro dan Suryani Inten yang tekun berkreativitas.
Berbekal bahan dasar limbah kayu sisa industri mebel inilah keduanya mengembangkan usahanya yang tidak hanya miniatur mainan (2000), kini merambah aksesoris gaya hidup (2015) semisal jam tangan dan kacamata yang juga berbahan limbah kayu.
"Bahan dasar yang kami pakai biasanya sisa-sisa kayu dari mebel, kalau pesenan partai besar kita beli balok kayu besar. Untuk produksi tergantung order dan desain pemesan," kata Suryani saat ditemui dipabrik pembuatannya limbah kayu di Jalan Tentara Pelajar Sleman bersama rombongan Biro Umum, Humas dan Protokoler Setda DIY belum lama ini Suryani menyampaikan limbah kayu tersebut bukanlah sampah yang tidak berguna, melainkan bahan yang sangat berharga untuk karyanya.
Berbagai macam limbah kayu seperti kayu jati, mahoni, hingga sonokeling diperolehnya dari usaha furnitur setempat yang lalu diubah menjadi produk yang lebih berharga yaitu mainan miniatur replika seperti kendaraan tempur, pesawat, senjata, motor, mobil dan pajangan hewan.
"Pasar kita sudah ekspor ke lima benua hingga Amerika Serikat tentunya, seperti Pentagon banyak memesan replika kendaraan tempur dan senjata dalam skala besar. Usaha ini juga tidak terimbas depresiasi rupiah karena kami menggunakan baku limbah kayu lokal," tandasnya.
Dia menambahkan replika di mancanegara sangatlah potensial dibandingkan dalam negeri yang segmennya masih terbatas untuk kolektor ataupun instansi tertentu. Karena itu, mengembangan diferensifikasi produk limbah kayu untuk berbagai aksesoris yang dipasarkan skala dalam negeri misalkan jam tangan untuk dikirim di Bandung.
Sementara, replika mainan digarap suaminya yang dibantu oleh enam tenaga kerja. "Replika mainan tersebut dijual seharga mulai dari USD 10 hingga USD 2.500 setiap produknya Harga tergantung kerumitan dan skala pemesan," ujar Suryani.
Tidak hanya replika kendaraan tempur saja yang banjir pesanan, replika pesawat terbang, pesawat antariksa, motor gede (moge), dan sebagainya sudah berhasil diekspor ke berbagai negara.
Di balik suksesnya bisnis mainan miniatur dan aksesoris gaya hidup dari limbah kayu tersebut adalah sepasang suami-istri Hiro Prabantoro dan Suryani Inten yang tekun berkreativitas.
Berbekal bahan dasar limbah kayu sisa industri mebel inilah keduanya mengembangkan usahanya yang tidak hanya miniatur mainan (2000), kini merambah aksesoris gaya hidup (2015) semisal jam tangan dan kacamata yang juga berbahan limbah kayu.
"Bahan dasar yang kami pakai biasanya sisa-sisa kayu dari mebel, kalau pesenan partai besar kita beli balok kayu besar. Untuk produksi tergantung order dan desain pemesan," kata Suryani saat ditemui dipabrik pembuatannya limbah kayu di Jalan Tentara Pelajar Sleman bersama rombongan Biro Umum, Humas dan Protokoler Setda DIY belum lama ini Suryani menyampaikan limbah kayu tersebut bukanlah sampah yang tidak berguna, melainkan bahan yang sangat berharga untuk karyanya.
Berbagai macam limbah kayu seperti kayu jati, mahoni, hingga sonokeling diperolehnya dari usaha furnitur setempat yang lalu diubah menjadi produk yang lebih berharga yaitu mainan miniatur replika seperti kendaraan tempur, pesawat, senjata, motor, mobil dan pajangan hewan.
"Pasar kita sudah ekspor ke lima benua hingga Amerika Serikat tentunya, seperti Pentagon banyak memesan replika kendaraan tempur dan senjata dalam skala besar. Usaha ini juga tidak terimbas depresiasi rupiah karena kami menggunakan baku limbah kayu lokal," tandasnya.
Dia menambahkan replika di mancanegara sangatlah potensial dibandingkan dalam negeri yang segmennya masih terbatas untuk kolektor ataupun instansi tertentu. Karena itu, mengembangan diferensifikasi produk limbah kayu untuk berbagai aksesoris yang dipasarkan skala dalam negeri misalkan jam tangan untuk dikirim di Bandung.
Sementara, replika mainan digarap suaminya yang dibantu oleh enam tenaga kerja. "Replika mainan tersebut dijual seharga mulai dari USD 10 hingga USD 2.500 setiap produknya Harga tergantung kerumitan dan skala pemesan," ujar Suryani.
★ okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.