Swedia sudah mengenalkan pesawat tempur, radar, pesawat pengintai, kapal perang sebagai solusi untuk pertahanan.Perusahaan asal Swedia, SAAB, menunggu komitmen Indonesia terkait tawaran transfer teknologi pertahanan dan keamanan (hankam).
SAAB sendiri merupakan perusahaan yang menyediakan produk, jasa dan solusi terkait pertahanan militer maupun keamanan sipil. Pasar penting SAAB saat ini adalah Eropa, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
Deputy Head SAAB Indonesia Market Area Asia Pacific, Lars Nielsen, mengatakan, SAAB memiliki teknologi pembuatan pesawat tempur, radar dan simulasi teknologi yang merupakan bagian dari teknologi pesawat tempur.
"Kami siap mengalihkan teknologi ini ke Indonesia. SAAB punya kemampuan. Pada prinsipnya jika kita ingin alihkan teknologi ke suatu negara atau suatu orang harus siap technology readiness levels yang ada 9 tahap," katanya di sela-sela Workshop on Simulation Technology and Geodata Handling di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (7/12).
Workshop ini dihadiri pula perwakilan dari TNI, akademisi dan industri terkait. Dalam kesempatan itu SAAB mempresentasikan teknologi simulasi yang canggih yang dikembangakan untuk melengkapi tradisi pembuatan pesawat tempur dan pesawat lainnya termasuk membangun simulator untuk pesawat tempur multiperan generasi terbarunya Gripen.
SAAB dan BPPT pun akan bersama mematangkan kerja sama sebagai mitra untuk melanjutkan nota kesepahaman surat (MoU) yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak Agustus 2015 lalu.
Lars menambahkan, komitmen Indonesia penting dalam investasi SDM, infrastruktur dalam hal alih teknologi kemudian proyek. Sejak awal 2013 lanjutnya Swedia sudah mengenalkan pesawat tempur, radar, pesawat pengintai, kapal perang sebagai solusi untuk pertahanan.
"Jika Indonesia mau beli dari kami, kami siap mengalihkan teknologi. Di UU No16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan menyebutkan, kita harus beli dari luar dulu baru kita kembangkan industri," ucapnya.
Menurutnya semakin banyak proyeknya, makin banyak transfer teknologi yang dilakukan.
Ia menambahkan negara yang sudah kerja sama dan mandiri berkat kerja sama dalam teknologi hankam dengan Swedia antara lain Afrika Selatan, Eropa, Thailand dan Australia.
Lars berpandangan, teknologi hankam di Indonesia cukup canggih tetapi masih perlu dikembangkan lagi dari basic technology ke high technology.
Swedia Siap Pasok Teknologi Pesawat Tempur ke Indonesia Gripen NG ☆
Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menjalin kerjasama dengan perusahaan pertahanan dan keamanan dari Swedia, Saab pada Agustus lalu. Kepala Deputi Saab Indonesia, Lars Nielsen mengatakan, Swedia siap untuk memasok teknologi pesawat tempur canggih ke Indonesia.
"Saab cuma ingin menyampaikan bahwa Saab, Swedia siap untuk menyampaikan teknologi ke Indonesia," kata Nielson kepada Republika.co.id di Gedung BPPT II, Jakarta, Senin (7/12).
Namun, terkait kesiapan untuk menerima berbagai macam teknologi pesawat tempur dari Swedia, Nielsen hanya berharap Indonesia dapat mendapatkan masa depan yang lebih baik. "Mudah-mudahan ada masa depan, sampai berapa lama Swedia bisa memberikannya," ujarnya.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Erzi Agson Gani mengatakan, Swedia merupakan mitra yang sangat bagus untuk Indonesia di bidang industri, serta mendapatkan dukungan dari pemerintah secara penuh.
"Mereka ini bukan anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO), sehingga mereka lebih bebas, karena seperti yang diketahui teknologi militer ini terbatas," katanya.
Menurutnya, dengan undang-undang baru yang telah ditetapkan pemerintah, teknologi di Indonesia dapat melakukan berbagai pengembangan baru. "Walau bukan anggota NATO, mereka itu bisa maju, dan perkembangan inovasinya itu berkembang sangat pesat," jelas Erzi.
SAAB sendiri merupakan perusahaan yang menyediakan produk, jasa dan solusi terkait pertahanan militer maupun keamanan sipil. Pasar penting SAAB saat ini adalah Eropa, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
Deputy Head SAAB Indonesia Market Area Asia Pacific, Lars Nielsen, mengatakan, SAAB memiliki teknologi pembuatan pesawat tempur, radar dan simulasi teknologi yang merupakan bagian dari teknologi pesawat tempur.
"Kami siap mengalihkan teknologi ini ke Indonesia. SAAB punya kemampuan. Pada prinsipnya jika kita ingin alihkan teknologi ke suatu negara atau suatu orang harus siap technology readiness levels yang ada 9 tahap," katanya di sela-sela Workshop on Simulation Technology and Geodata Handling di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (7/12).
Workshop ini dihadiri pula perwakilan dari TNI, akademisi dan industri terkait. Dalam kesempatan itu SAAB mempresentasikan teknologi simulasi yang canggih yang dikembangakan untuk melengkapi tradisi pembuatan pesawat tempur dan pesawat lainnya termasuk membangun simulator untuk pesawat tempur multiperan generasi terbarunya Gripen.
SAAB dan BPPT pun akan bersama mematangkan kerja sama sebagai mitra untuk melanjutkan nota kesepahaman surat (MoU) yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak Agustus 2015 lalu.
Lars menambahkan, komitmen Indonesia penting dalam investasi SDM, infrastruktur dalam hal alih teknologi kemudian proyek. Sejak awal 2013 lanjutnya Swedia sudah mengenalkan pesawat tempur, radar, pesawat pengintai, kapal perang sebagai solusi untuk pertahanan.
"Jika Indonesia mau beli dari kami, kami siap mengalihkan teknologi. Di UU No16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan menyebutkan, kita harus beli dari luar dulu baru kita kembangkan industri," ucapnya.
Menurutnya semakin banyak proyeknya, makin banyak transfer teknologi yang dilakukan.
Ia menambahkan negara yang sudah kerja sama dan mandiri berkat kerja sama dalam teknologi hankam dengan Swedia antara lain Afrika Selatan, Eropa, Thailand dan Australia.
Lars berpandangan, teknologi hankam di Indonesia cukup canggih tetapi masih perlu dikembangkan lagi dari basic technology ke high technology.
Swedia Siap Pasok Teknologi Pesawat Tempur ke Indonesia Gripen NG ☆
Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menjalin kerjasama dengan perusahaan pertahanan dan keamanan dari Swedia, Saab pada Agustus lalu. Kepala Deputi Saab Indonesia, Lars Nielsen mengatakan, Swedia siap untuk memasok teknologi pesawat tempur canggih ke Indonesia.
"Saab cuma ingin menyampaikan bahwa Saab, Swedia siap untuk menyampaikan teknologi ke Indonesia," kata Nielson kepada Republika.co.id di Gedung BPPT II, Jakarta, Senin (7/12).
Namun, terkait kesiapan untuk menerima berbagai macam teknologi pesawat tempur dari Swedia, Nielsen hanya berharap Indonesia dapat mendapatkan masa depan yang lebih baik. "Mudah-mudahan ada masa depan, sampai berapa lama Swedia bisa memberikannya," ujarnya.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Erzi Agson Gani mengatakan, Swedia merupakan mitra yang sangat bagus untuk Indonesia di bidang industri, serta mendapatkan dukungan dari pemerintah secara penuh.
"Mereka ini bukan anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO), sehingga mereka lebih bebas, karena seperti yang diketahui teknologi militer ini terbatas," katanya.
Menurutnya, dengan undang-undang baru yang telah ditetapkan pemerintah, teknologi di Indonesia dapat melakukan berbagai pengembangan baru. "Walau bukan anggota NATO, mereka itu bisa maju, dan perkembangan inovasinya itu berkembang sangat pesat," jelas Erzi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.