Selasa, 09 Februari 2016

Bertemu Petinggi Dewan Keamanan Rusia

✈ Di Jakarta✈ Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan bertemu petinggi Dewan Keamanan Rusia. (CNN Indonesia/Abraham Utama)

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menggelar pertemuan dengan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev di Jakarta, Selasa (9/2).

Luhut didampingi sejumlah petinggi kementerian dan lembaga, antara lain Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso.

Usai menghadiri acara tersebut, Ryamizard mengatakan banyak hal dibahas dalam pertemuan itu. Dari mulai terorisme hingga pemberantasan tindak pidana narkotik.

"Di dalam kami membicarakan macam-macam hal," kata Ryamizard yang keluar lebih dulu dari pertemuan tersebut.

Nikolai memimpin delegasi Rusia pada pertemuan dengan jajaran pemerintah Indonesia yang diketuai Luhut. Nikolai menjadi orang nomor satu di Dewan Keamanan Rusia sejak tahun 2008.

Lembaga yang dipegang Nikolai berstatus sebagai badan konsultasi bagi Presiden Rusia sebelum mengambil kebijakan yang berkaitan dengan keamanan dalam negeri.

Nikolai juga tercatat sebagai Direktur Dinas Keamanan Rusia (Federalnaya Sluzhba Bezopasnost). Organisasi tersebut adalah pengganti Komite Keamanan Negara Rusia (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti).

Sebelum berkunjung ke Indonesia, Nikolai pekan lalu lebih dulu menjalankan dinas kenegaraan ke Thailand.

 Tak Bahas Sukhoi

Saat dikonfirmasi, Ryamizard mengaku tidak membahas rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari pemerintah Rusia.

Ryamizard berkata, pembicaraan hal itu akan digelar secara khusus oleh kementeriannya. "Itu urusan saya nanti," ucapnya.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu mengatakan, Kementerian Pertahanan berencana membeli setidaknya delapan hingga sepuluh Sukhoi SU-35.

Menurutnya, Indonesia tidak akan membeli jet tempur itu dalam jumlah banyak. Ryamizard beralasan, jika kontrak jual-beli Sukhoi SU-35 selesai, teknologi pesawat tempur itu bisa saja tertinggal dari pesawat generasi terbaru lain.

"Sedikit-sedikit saja dulu lah. Begitu sudah selesai, nanti akan ada yang lebih baru lagi," katanya. (sur)

 Bahas Terorisme & Alutsista

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menjamu delegasi pemerintah Rusia yang dipimpin Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev, di Jakarta, Selasa (9/2).

Luhut menuturkan, pertemuan tersebut membahas banyak potensi kerja sama di antara kedua negara, antara lain di sektor penanggulangan terorisme serta tukar-menukar data intelijen dan transaksi keuangan yang mencurigakan.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu berkata, Rusia memiliki badan intelijen yang mumpuni. Indonesia, menurut Luhut, akan memanfaatkan data-data intelijen Rusia, terutama yang berkaitan dengan kelompok radikal yang berpusat di Timur Tengah.

"Rusia terlibat di Timur Tengah. Saya kira itu bisa dimanfaatkan," ucapnya.

Luhut mengatakan, Nikolai juga sempat menawarkan sejumlah alat utama sistem persenjataan yang diproduksi industri dalam negeri Rusia.

Selain Sukhoi SU-35 yang telah dilirik Kementerian Pertahanan, Luhut berkata, Nikolai juga menawarkan beberapa varian kapal selam dan helikopter M17.

Luhut mengaku, ia meminta pemerintah Rusia menerima proses alih teknologi yang disyaratkan undang-undang.

Pada sesi makan malam di Hotel Mulia, Selasa malam, Luhut berkata akan membicarakan tawar-menawar alutsista tersebut lebih lanjut dengan Nikolai.

Pada pertemuan di kantor Kemenko Polhukam, Nikolai sempat memohon ekstradisi terhadap enam warga negara Rusia yang terjerat kasus narkotika di Indonesia. Namun, kepada pewarta, Luhut memastikan pemerintah tidak akan mengambulkan permohonan itu.

 Tak Mau Diatur Rusia

Pertemuan Luhut dan Nikolai merupakan pertemuan ketiga terkait kerja sama antara Kemenko Polhukam dan Dewan Keamanan Rusia.

Pertemuan pertama dilakukan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara itu, forum kedua diselenggarakan di Rusia. Kala itu, Tedjo Edhy yang masih menjabat Menko Polhukam memimpin delegasi Indonesia ke Rusia.

Luhut mengatakan, kerja sama dengan Rusia tidak berarti Indonesia memihak ke salah satu kekuatan besar dunia. Ia berkata, Indonesia tidak diatur kekuatan manapun, baik Amerika Serikat maupun Rusia.

"Kami ingin Indonesia menjadi negara yang berimbang. Indonesia negara besar, kami tidak ingin didikte, itu saya sampaikan tadi," ujarnya.

Mei nanti, menurut Luhut, Presiden Joko Widodo akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Rusia. Ia berkata, segala sesuatu berkaitan dengan kunjungan itu sedang dipersiapkan Kementerian Luar Negeri. (pit)
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.