Soal 10 WNI yang Disandera[Ilustrasi Mindra Purnomo] ☆
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan ada kerjasama militer antara Filipina dan Indonesia dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. JK ingin mencontoh pengalaman saat operasi Woyla pada tahun 1981.
"Itu bisa terjadi. Kita punya pengalaman dulu dengan Woyla," ujar JK lewat keterangan persnya di sela-sela kunjungannya pada KTT Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (1/4/2016).
Operasi pembebasan bukanlah hal yang baru bagi militer Indonesia. JK juga meminta ada lobi yang dilakukan dengan kelompok Abu Sayyaf untuk memastikan pembebasan 10 WNI yang disandera sejak beberapa hari lalu.
"Kirim orang yang mengenal mereka itu untuk dicari jalan keluarnya," terangnya.
Ada perbedaan operasi pembebasan yang dilakukan di Somalia dan Filipina. Saat penyanderaan kapal MV Sinar Kudus di Somalia, pendekatan yang dilakukan militer Indonesia berbeda karena lokasi penyanderaan berada di lautan bebas.
"Sekarang menurut informasi sudah sampai ke dataran Filipina. Sehingga Filipina sendiri tidak ingin ada kekuatan militer sendiri," ucapnya.
"Tapi dia (Filipina) sendiri harus berjanji bisa menanganinya. Tapi kalau pun perlu militer ya harus. Namun dengan kerjasama Filipina," sambungnya.
Operasi Woyla adalah operasi pembebasan para penumpang dan kru Pesawat Garuda DC-9 di Thailand, Bangkok pada bulan Maret 1981. Operasi pembebasan ini berhasil dan hanya dalam tempo 10 menit, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan.
Operasi kontra terorisme pertama Indonesia itu dipimpin oleh Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan. Atas keberhasilan operasi itu, Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional. (tfq/fdn)
Menlu RI Intensifkan Komunikasi
Pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf terus dilakukan Pemerintah RI. Untuk itu, komunikasi dengan Pemerintah Filipina terus dilakukan.
Demi mengintensifkan komunikasi, pada Jumat (1/4) pagi, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi bertolak menuju Manila, Filipina. Di Manila, Retno bertemu dengan Menlu Filipina, Jose Rene D Almendras.
"Menlu Retno dan Menlu Filipina di Manila (1/4) intensifkan komunikasi dan koordinasi terkait penyanderaan 10 WNI," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Sabtu (2/4/2016).
Diberitakan sebelumnya, di tengah tawaran militer dan polisi Indonesia untuk membantu upaya penyelamatan 10 sandera oleh Abu Sayyaf, militer Filipina atau disebut the Armed Forces of the Philippines (AFP) menyatakan tidak memerlukan bantuan tersebut.
"Dalam konstitusi, kami tidak diizinkan kekuatan militer (negara lain) di sini tanpa perjanjian," ucap juru bicara AFP Kolonel Restituto Padilla, seperti dilansir inquirer.net, Kamis (31/3).
Sepuluh WNI ini adalah awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera. (yds/imk)
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan ada kerjasama militer antara Filipina dan Indonesia dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. JK ingin mencontoh pengalaman saat operasi Woyla pada tahun 1981.
"Itu bisa terjadi. Kita punya pengalaman dulu dengan Woyla," ujar JK lewat keterangan persnya di sela-sela kunjungannya pada KTT Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (1/4/2016).
Operasi pembebasan bukanlah hal yang baru bagi militer Indonesia. JK juga meminta ada lobi yang dilakukan dengan kelompok Abu Sayyaf untuk memastikan pembebasan 10 WNI yang disandera sejak beberapa hari lalu.
"Kirim orang yang mengenal mereka itu untuk dicari jalan keluarnya," terangnya.
Ada perbedaan operasi pembebasan yang dilakukan di Somalia dan Filipina. Saat penyanderaan kapal MV Sinar Kudus di Somalia, pendekatan yang dilakukan militer Indonesia berbeda karena lokasi penyanderaan berada di lautan bebas.
"Sekarang menurut informasi sudah sampai ke dataran Filipina. Sehingga Filipina sendiri tidak ingin ada kekuatan militer sendiri," ucapnya.
"Tapi dia (Filipina) sendiri harus berjanji bisa menanganinya. Tapi kalau pun perlu militer ya harus. Namun dengan kerjasama Filipina," sambungnya.
Operasi Woyla adalah operasi pembebasan para penumpang dan kru Pesawat Garuda DC-9 di Thailand, Bangkok pada bulan Maret 1981. Operasi pembebasan ini berhasil dan hanya dalam tempo 10 menit, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan.
Operasi kontra terorisme pertama Indonesia itu dipimpin oleh Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan. Atas keberhasilan operasi itu, Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional. (tfq/fdn)
Menlu RI Intensifkan Komunikasi
Pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf terus dilakukan Pemerintah RI. Untuk itu, komunikasi dengan Pemerintah Filipina terus dilakukan.
Demi mengintensifkan komunikasi, pada Jumat (1/4) pagi, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi bertolak menuju Manila, Filipina. Di Manila, Retno bertemu dengan Menlu Filipina, Jose Rene D Almendras.
"Menlu Retno dan Menlu Filipina di Manila (1/4) intensifkan komunikasi dan koordinasi terkait penyanderaan 10 WNI," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Sabtu (2/4/2016).
Diberitakan sebelumnya, di tengah tawaran militer dan polisi Indonesia untuk membantu upaya penyelamatan 10 sandera oleh Abu Sayyaf, militer Filipina atau disebut the Armed Forces of the Philippines (AFP) menyatakan tidak memerlukan bantuan tersebut.
"Dalam konstitusi, kami tidak diizinkan kekuatan militer (negara lain) di sini tanpa perjanjian," ucap juru bicara AFP Kolonel Restituto Padilla, seperti dilansir inquirer.net, Kamis (31/3).
Sepuluh WNI ini adalah awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera. (yds/imk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.