Anoa APC [republika] ★
Papua Nugini menyampaikan ketertarikannya pada produk alutsista buatan Indonesia dan mempertimbangkan panser Anoa buatan PT. Pindad dalam pertemuan bilateral delegasi kedua negara di Port Moresby Jumat (1/4/2016), kata Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Namun, dalam jumpa pers tentang hasil kunjungan misi delegasi RI ke Republik Fiji dan Papua Nugini yang berlangsung di atas pesawat Boeing 737-400 TNI-AU dalam penerbangan pulang ke Jakarta dari Port Moresby, Luhut mengaku belum mengetahui jumlah panser Anoa yang akan dibeli negara jiran itu.
"Soal berapa yang mau dibeli, itu masalah teknis," katanya.
Dalam pertemuan bilateral delegasi RI-PNG yang berlangsung di salah satu ruangan yang ada di gedung parlemen negara itu, Luhut mengatakan dia menyampaikan kesediaan Indonesia membeli gas alam cair Papua Nugini dan melakukan kerja sama terkait hilirisasi minyak sawit, katanya.
Menurut Luhut, Indonesia juga bersedia membantu Papua Nugini yang akan menjadi tuan rumah KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tahun 2018, khususnya terkait dengan asistensi bidang intelijen dan keamanan.
Selain itu, Indonesia pun mendukung penguatan konektivitas melalui membuka penerbangan langsung dari Port Moresby ke Jayapura dan sejumlah bandar udara lain di wilayah Papua dan Papua Barat, seperti Biak, Sorong dan Merauke, katanya.
"Silahkan kapan saja Papua Nugini siap," kata Luhut Binsar Pandjaitan.
Menyinggung tentang hasil kunjungan delegasi RI ke Suva, Republik Fiji, dia mengatakan Fiji menekankan pentingnya kerja sama di bidang pendidikan, pertanian, dan pengolahan air. Bahkan Fiji menawarkan kepada investor Indonesia untuk mengembangkan industri pengolahan air di sana, katanya.
Melihat respons pemerintah kedua negara itu, Luhut menilai positif hasil yang dicapai dalam misi kunjungan bilateral delegasi Indonesia ke Fiji dan Papua Nugini itu.
Bahkan keikutsertaan kapolda Papua yang putra asli Papua, serta gubernur, wakil gubernur maupun pejabat yang mewakili pemerintah provinsi berpenduduk keturunan Melanesia seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur telah memberikan pandangan yang positif dari Fiji dan Papua Nugini, katanya.
"Mereka juga 'respect' (hormat) pada Kapolda Papua Brigjen (Pol) Paulus Waterpauw. Jadi, kebijakan kita terhadap Pasifik Selatan ini harus agresif dan holistik," kata Luhut.
Dalam memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Pasifik Selatan itu, Luhut mengatakan kehadiran utusan khusus yang cakap sangat penting guna mendukung pendekatan holistik pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Tanah Air, termasuk di wilayah Papua.
Disamping itu, untuk mendukung penguatan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan itu, Fiji bisa menjadi basis (hub) Indonesia sehingga keberadaan Kedubes RI di Suva, Fiji, maupun Port Moresby, Papua Nugini, perlu mendapat perhatian.
Papua Nugini menyampaikan ketertarikannya pada produk alutsista buatan Indonesia dan mempertimbangkan panser Anoa buatan PT. Pindad dalam pertemuan bilateral delegasi kedua negara di Port Moresby Jumat (1/4/2016), kata Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Namun, dalam jumpa pers tentang hasil kunjungan misi delegasi RI ke Republik Fiji dan Papua Nugini yang berlangsung di atas pesawat Boeing 737-400 TNI-AU dalam penerbangan pulang ke Jakarta dari Port Moresby, Luhut mengaku belum mengetahui jumlah panser Anoa yang akan dibeli negara jiran itu.
"Soal berapa yang mau dibeli, itu masalah teknis," katanya.
Dalam pertemuan bilateral delegasi RI-PNG yang berlangsung di salah satu ruangan yang ada di gedung parlemen negara itu, Luhut mengatakan dia menyampaikan kesediaan Indonesia membeli gas alam cair Papua Nugini dan melakukan kerja sama terkait hilirisasi minyak sawit, katanya.
Menurut Luhut, Indonesia juga bersedia membantu Papua Nugini yang akan menjadi tuan rumah KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tahun 2018, khususnya terkait dengan asistensi bidang intelijen dan keamanan.
Selain itu, Indonesia pun mendukung penguatan konektivitas melalui membuka penerbangan langsung dari Port Moresby ke Jayapura dan sejumlah bandar udara lain di wilayah Papua dan Papua Barat, seperti Biak, Sorong dan Merauke, katanya.
"Silahkan kapan saja Papua Nugini siap," kata Luhut Binsar Pandjaitan.
Menyinggung tentang hasil kunjungan delegasi RI ke Suva, Republik Fiji, dia mengatakan Fiji menekankan pentingnya kerja sama di bidang pendidikan, pertanian, dan pengolahan air. Bahkan Fiji menawarkan kepada investor Indonesia untuk mengembangkan industri pengolahan air di sana, katanya.
Melihat respons pemerintah kedua negara itu, Luhut menilai positif hasil yang dicapai dalam misi kunjungan bilateral delegasi Indonesia ke Fiji dan Papua Nugini itu.
Bahkan keikutsertaan kapolda Papua yang putra asli Papua, serta gubernur, wakil gubernur maupun pejabat yang mewakili pemerintah provinsi berpenduduk keturunan Melanesia seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur telah memberikan pandangan yang positif dari Fiji dan Papua Nugini, katanya.
"Mereka juga 'respect' (hormat) pada Kapolda Papua Brigjen (Pol) Paulus Waterpauw. Jadi, kebijakan kita terhadap Pasifik Selatan ini harus agresif dan holistik," kata Luhut.
Dalam memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Pasifik Selatan itu, Luhut mengatakan kehadiran utusan khusus yang cakap sangat penting guna mendukung pendekatan holistik pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Tanah Air, termasuk di wilayah Papua.
Disamping itu, untuk mendukung penguatan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan itu, Fiji bisa menjadi basis (hub) Indonesia sehingga keberadaan Kedubes RI di Suva, Fiji, maupun Port Moresby, Papua Nugini, perlu mendapat perhatian.
♞ Gala Media News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.