Buat Pesawat Tanpa Awak ModernBooth PTDI di penyelenggaraan Indo Defence, Aerospace, Helicopter and Marine 2016 Expo & Forum. ☆
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman untuk Implementasi Strategic Cooperation Agreement (SCA) dengan Korea Aerospace Industries (KAI), Ltd. PTDI nantinya akan menjadi perusahaan resmi yang ditunjuk oleh KAI untuk melakukan dukungan pemeliharaan, perbaikan dan overhaul termasuk sustainability, modifikasi dan upgrading untuk pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih militer KT1B.
SCA ditandatangani oleh Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI, Budiman Saleh bersama Senior Executive Vice President & General Manager Research & Development Group Division, Jang Sung Sub dan disaksikan langsung Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, CEO KAI, Ha Sung Yong bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai Young.
PTDI dan KAI juga akan melakukan pengembangan bersama untuk pesawat terbang tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV), dengan konsep pembelajaran dan desain, termasuk nantinya akan dilakukan survey untuk melihat kebutuhan pengguna dan analisa resiko. Diharapkan kerja sama ini akan dapat menghasilkan pesawat tanpa awak generasi selanjutnya yang lebih modern dan dibutuhkan pasar.
Sebelumnya, PTDI telah berhasil membuat Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung yang dikembangkan bersama dengan BPPT, dan Balitbang Kemhan RI dan telah berhasil mendapatkan sertifikat tipe (Type Certificate) dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) Kementerian Pertahanan RI. Dengan didapatkannya Type Certificate PTTA Wulung dari IMAA, PTTA Wulung telah memenuhi regulasi dan siap untuk diproduksi secara massal.
Dalam kerja sama di bidang pemasaran, akan dibentuk komite untuk mempelajari dan menganalisa pasar potensial seluruh produk yang dihasilkan PTDI dan KAI dan akan ditetapkan strategi dari masing-masing produk untuk dapat memenangkan persaingan di pasar alutsista dalam negeri dan luar negeri. Kerja sama jangka panjang ini nantinya akan menghasilkan sinergi dan integrasi marketing dan komersial serta berkembang ke kerja sama untuk ekspor pesawat tempur KFX/IFX.
Kedua Pihak setuju untuk melakukan kerja sama pemasaran CN235 dan KUH-1 di Indonesian dan Korea Selatan serta untuk mengembangkan potensi pasar bersama-sama. Saat ini, Indonesia mengoperasikan lebih dari 200 unit helikopter militer dan para-public, sehingga diperkirakan adanya permintaan besar pergantian unit karena penuaan usia armada yang sudah ada. Selanjutnya, pengenalan masing-masing produk di kedua Negara diharapkan akan menjadi unggulan dalam pengembangan pasar di kawanan asia tenggara.
Setelah penandatanganan Implementasi Strategic Cooperation Agreement (SCA) diharapkan seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Keberlanjutan program pesawat tempur KFX/IFX akan dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase Engineering and Manufacturing Development (EMD).
Program KFX/IFX fase Engineering and Manufacturing Development (EMD) merupakan program 10 tahun dimulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2026. Saat ini PTDI telah mengirimkan sebanyak 70 orang engineer baik yang senior maupun yunior yang dikirimkan ke Korea Selatan, dan jumlah ini akan meningkat setiap tahunnya serta akan mencapai puncaknya di tahun 2022 dimana akan ada hampir 200 engineer yang dikirimkan ke Korea Selatan.
"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero), Budi Santoso, melalui siaran pers.
Ditargetkan di tahun 2021 pesawat tempur KFX/IFX bisa diperkenalkan ke publik, kemudian membuat prototype ke-5 yang diproduksi di PTDI di tahun 2022. Setelah itu akan dikirimkan ke Korea Selatan untuk disempurnakan dan akan dikirimkan kembali ke Indonesia sebagai flying test bed untuk pengembangan dan wahana pembelajaran generasi muda PTDI. Dan diharapkan pesawat tempur KFX/IFX bisa mendapatkan Type Certificate di tahun 2025.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman untuk Implementasi Strategic Cooperation Agreement (SCA) dengan Korea Aerospace Industries (KAI), Ltd. PTDI nantinya akan menjadi perusahaan resmi yang ditunjuk oleh KAI untuk melakukan dukungan pemeliharaan, perbaikan dan overhaul termasuk sustainability, modifikasi dan upgrading untuk pesawat tempur T50i Golden Eagle dan pesawat latih militer KT1B.
SCA ditandatangani oleh Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI, Budiman Saleh bersama Senior Executive Vice President & General Manager Research & Development Group Division, Jang Sung Sub dan disaksikan langsung Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, CEO KAI, Ha Sung Yong bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai Young.
PTDI dan KAI juga akan melakukan pengembangan bersama untuk pesawat terbang tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV), dengan konsep pembelajaran dan desain, termasuk nantinya akan dilakukan survey untuk melihat kebutuhan pengguna dan analisa resiko. Diharapkan kerja sama ini akan dapat menghasilkan pesawat tanpa awak generasi selanjutnya yang lebih modern dan dibutuhkan pasar.
Sebelumnya, PTDI telah berhasil membuat Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Wulung yang dikembangkan bersama dengan BPPT, dan Balitbang Kemhan RI dan telah berhasil mendapatkan sertifikat tipe (Type Certificate) dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) Kementerian Pertahanan RI. Dengan didapatkannya Type Certificate PTTA Wulung dari IMAA, PTTA Wulung telah memenuhi regulasi dan siap untuk diproduksi secara massal.
Dalam kerja sama di bidang pemasaran, akan dibentuk komite untuk mempelajari dan menganalisa pasar potensial seluruh produk yang dihasilkan PTDI dan KAI dan akan ditetapkan strategi dari masing-masing produk untuk dapat memenangkan persaingan di pasar alutsista dalam negeri dan luar negeri. Kerja sama jangka panjang ini nantinya akan menghasilkan sinergi dan integrasi marketing dan komersial serta berkembang ke kerja sama untuk ekspor pesawat tempur KFX/IFX.
Kedua Pihak setuju untuk melakukan kerja sama pemasaran CN235 dan KUH-1 di Indonesian dan Korea Selatan serta untuk mengembangkan potensi pasar bersama-sama. Saat ini, Indonesia mengoperasikan lebih dari 200 unit helikopter militer dan para-public, sehingga diperkirakan adanya permintaan besar pergantian unit karena penuaan usia armada yang sudah ada. Selanjutnya, pengenalan masing-masing produk di kedua Negara diharapkan akan menjadi unggulan dalam pengembangan pasar di kawanan asia tenggara.
Setelah penandatanganan Implementasi Strategic Cooperation Agreement (SCA) diharapkan seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Keberlanjutan program pesawat tempur KFX/IFX akan dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase Engineering and Manufacturing Development (EMD).
Program KFX/IFX fase Engineering and Manufacturing Development (EMD) merupakan program 10 tahun dimulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2026. Saat ini PTDI telah mengirimkan sebanyak 70 orang engineer baik yang senior maupun yunior yang dikirimkan ke Korea Selatan, dan jumlah ini akan meningkat setiap tahunnya serta akan mencapai puncaknya di tahun 2022 dimana akan ada hampir 200 engineer yang dikirimkan ke Korea Selatan.
"Kami akan kirim 200 sampai 300 orang ke Korea," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero), Budi Santoso, melalui siaran pers.
Ditargetkan di tahun 2021 pesawat tempur KFX/IFX bisa diperkenalkan ke publik, kemudian membuat prototype ke-5 yang diproduksi di PTDI di tahun 2022. Setelah itu akan dikirimkan ke Korea Selatan untuk disempurnakan dan akan dikirimkan kembali ke Indonesia sebagai flying test bed untuk pengembangan dan wahana pembelajaran generasi muda PTDI. Dan diharapkan pesawat tempur KFX/IFX bisa mendapatkan Type Certificate di tahun 2025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.