Penampakan Pos AL Pancang Setelah Dikunjungi Jokowi. [HO/Lanal Nunukan] ○
Dermaga dan trestel di Pos TNI Angkatan Laut (AL) Sungai Pancang, Pulau Sebatik berubah drastis setelah dikunjungi Presiden Joko Widodo, pertengahan Desember 2014 lalu.
Jika sebelumnya dermaga masih berbahan kayu, dalam waktu tidak lama lagi terbangun dermaga beton dengan trestel yang sudah bisa disinggahi kapal-kapal perang jenis tertentu yang kebetulan sedang bertugas di wilayah perairan perbatasan Republik Indonesia- Malaysia.
“Ditargetkan rampung April 2017,” kata Komandan Pos TNI Angkatan Laut Sungai Pancang Letda Laut (P) K Arumbay, Rabu (8/3/2017).
Dijelaskan Arumbay, dermaga dan trestel yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hingga Rp 128 miliar ini, panjangnya mencapai 2.100 meter.
Pembangunannya sudah dimulai sejak Mei 2016 yang diawali dengan pembangunan cause way sepanjang 200 meter. Dilanjutkan kearah trestel dengan total panjang 2.100 meter atau 2,1 kilometer.
“Saat ini pengerjaannya sudah mencapai 85 persen atau kurang sekitar 500 meter lagi,” katanya.
Dia menyebutkan, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi kendala utama pelaksanaan pekerjaan dermaga ini. Ombak yang kuat dengan angin kencang bahkan sempat membuat kapal tongkang milik kontraktor PT Nindya Karya terseret arus sampai menyenggol dermaga.
“Imbasnya beberapa meter trestel sempat rusak. Kerusakan kemarin faktor cuaca, ombak besar, tongkang terbawa ombak sampai membuat trestel geser. Sudah dijangkar seberat 3 ton tetapi belum kuat juga,” ujarnya.
Selain faktor alam, pengangkutan material juga cukup jauh dari lokasi pembangunan. Material harus didatangkan dari luar kota. Dia menyebutkan, material pasir harus dipasok dari Kota Palu. Sedangkan untuk tiang pancang diambil dari Kota Balikpapan.
“Sebenarnya kalau cuaca tenang, dua minggu lagi selesai. Tergantung cuaca saja,” ujarnya.
Dia mengatakan, fasilitas itu dibangun pemerintah untuk fungsi pertahanan. “Yang menunjukkan kepada Malaysia bahwa TNI AL teguh menjaga perbatasan dan selalu akan menegaskan batas wilayah Republik Indonesia dalam pengawasan ketat,” katanya.
Nantinya salah satu benteng penjaga perbatasan ini akan disinggahi sejumlah kapal tempur seperti jenis Kapal Republik Indonesia (KRI) Teuku Umar.
“KRI yang sandar di sini nanti yang beratnya 1.000 DWT. Setingkat kelas parchim yang dilengkapi rudal, RGP dan sebagainya,’’ katanya.
Dermaga dan trestel di Pos TNI Angkatan Laut (AL) Sungai Pancang, Pulau Sebatik berubah drastis setelah dikunjungi Presiden Joko Widodo, pertengahan Desember 2014 lalu.
Jika sebelumnya dermaga masih berbahan kayu, dalam waktu tidak lama lagi terbangun dermaga beton dengan trestel yang sudah bisa disinggahi kapal-kapal perang jenis tertentu yang kebetulan sedang bertugas di wilayah perairan perbatasan Republik Indonesia- Malaysia.
“Ditargetkan rampung April 2017,” kata Komandan Pos TNI Angkatan Laut Sungai Pancang Letda Laut (P) K Arumbay, Rabu (8/3/2017).
Dijelaskan Arumbay, dermaga dan trestel yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hingga Rp 128 miliar ini, panjangnya mencapai 2.100 meter.
Pembangunannya sudah dimulai sejak Mei 2016 yang diawali dengan pembangunan cause way sepanjang 200 meter. Dilanjutkan kearah trestel dengan total panjang 2.100 meter atau 2,1 kilometer.
“Saat ini pengerjaannya sudah mencapai 85 persen atau kurang sekitar 500 meter lagi,” katanya.
Dia menyebutkan, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi kendala utama pelaksanaan pekerjaan dermaga ini. Ombak yang kuat dengan angin kencang bahkan sempat membuat kapal tongkang milik kontraktor PT Nindya Karya terseret arus sampai menyenggol dermaga.
“Imbasnya beberapa meter trestel sempat rusak. Kerusakan kemarin faktor cuaca, ombak besar, tongkang terbawa ombak sampai membuat trestel geser. Sudah dijangkar seberat 3 ton tetapi belum kuat juga,” ujarnya.
Selain faktor alam, pengangkutan material juga cukup jauh dari lokasi pembangunan. Material harus didatangkan dari luar kota. Dia menyebutkan, material pasir harus dipasok dari Kota Palu. Sedangkan untuk tiang pancang diambil dari Kota Balikpapan.
“Sebenarnya kalau cuaca tenang, dua minggu lagi selesai. Tergantung cuaca saja,” ujarnya.
Dia mengatakan, fasilitas itu dibangun pemerintah untuk fungsi pertahanan. “Yang menunjukkan kepada Malaysia bahwa TNI AL teguh menjaga perbatasan dan selalu akan menegaskan batas wilayah Republik Indonesia dalam pengawasan ketat,” katanya.
Nantinya salah satu benteng penjaga perbatasan ini akan disinggahi sejumlah kapal tempur seperti jenis Kapal Republik Indonesia (KRI) Teuku Umar.
“KRI yang sandar di sini nanti yang beratnya 1.000 DWT. Setingkat kelas parchim yang dilengkapi rudal, RGP dan sebagainya,’’ katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.