Rabu, 10 Januari 2018

Opsi Pembebasan Sandera WNI di Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte membantu Indonesia dengan memberi saran opsi pembebasan sandera WNI di Filipina Selatan. (Adhi Wicaksono) ✈️

Pemerintah Indonesia mendapat bantuan pemerintah Filipina untuk membebaskan lima warga Indonesia yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf sejak akhir 2016 lalu. Presiden Filipina Rodrigo Duterte pun turut memberikan sejumlah opsi guna membantu pembebasan para WNI tersebut.

Isu pembebasan sandera WNI diangkat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Presiden Duterte saat bertemu di Manila awal Januari lalu. Dalam pertemuannya, Presiden Duterte bahkan memberikan sejumlah saran kepada bu Menlu dan itu menjadi bahan pertimbangan kita,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, di Kemlu RI, Selasa (9/1).

Iqbal mengatakan opsi militer tidak pernah menjadi bahan pertimbangan kedua pihak dalam upaya membebaskan kelima sandera. Dia pun tidak membeberkan secara detail saran seperti apa yang telah diutarakan Duterte kepada Retno tersebut.

Yang utama [saran-saran] itu kita pertimbangkan,” ucapnya. “Yang jelas, opsi militer tak pernah dibicarakan,” kata Iqbal.

Dia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia terus bekerja sama dengan otoritas Filipina mengupayakan pembebasan secepatnya. Iqbal menuturkan Indonesia dan Filipina akan memperkuat upaya pembebasan para sandera mulai awal tahun ini.

Kedutaan Besar RI di Manila dan Konsulat Jenderal di kota Davao, paparnya, juga terus memantau pergerakan para sandera yang masih diskap di Sulu, selatan Filipina tersebut.

Terakhir kami berkomunikasi dengan para sandera mereka semua dalam keadaan baik. Terakhir kami komunikasi pada 27 Desember lalu,” kata Iqbal.

2017 menjadi kurang kondusif untuk memaksimalkan upaya pembebasan karena banyak peristiwa yang terjadi di selatan Filipina, terutama mengenai pendudukan teroris di Marawi. Maka dari itu kita coba percepat tahun ini,” kata Iqbal.

Tak hanya melalui diplomasi antar pemerintah, Iqbal mengatakan upaya pembebasan juga dilakukan dengan cara memperkuat simpul dan koneksi dengan aset pemerintah di Filipina selatan.

Salah satunya, papar Iqbal, melakukan pendekatan dengan komunitas Indonesia di Mindanao, entitas-entitas di wiliayah Sulu, tokoh-tokoh lokal, serta pendekatan dengan para pemilik kapal di Sabah.

Selama ini prinsip kami adalah tidak bernegosiasi dengan penyandera dan kelompok kriminal lainnya. Karena itu, upaya pembebasan biasanya kami lakukan melalui komunikasi dengan pihak ketiga,” kata Iqbal.

Isu penyanderaan anak buah kapal menjadi salah satu perhatian besar antara 2016-2017. Selama kurun waktu itu, sebanyak 36 WNI ABK menjadi korban sandera di luar negeri.

Sebanyak 32 ABK diculik di Filipina selatan dan 27 di antaranya telah berhasil bebas. Sementara itu, empat WNI juga pernah menjadi korban penculikan di Somalia dan seluruhnya telah berhasil dibebaskan.
 

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.