Senin, 24 September 2018

[Dunia] 8 Fakta dalam Pembantaian Horor Parade Militer Iran

Anggota militer dan warga sontak menyelamatkan diri setelah kelompok militer memberondong tembakan saat parade militer di kota Ahvaz, Iran. [Foto/Istimewa]

Parade militer Iran di Ahvaz pada hari Sabtu (22/9/2018) menjadi ajang pembantaian horor oleh empat pria bersenjata. Insiden tragis ini jadi pukulan berat bagi Teheran karena pawai militer itu untuk memperingati Perang Iran-Irak saat Baghdad dipimpin Saddam Hussein.

Pembantaian itu terjadi di siang hari, di mana pawai militer yang dibanggakan rezim Teheran itu jadi tontonan warga setempat.

Kelompok penyerang belum diketahui secara pasti. Namun, Teheran menuduh sekutu Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah terlibat.

SINDOnews pada Minggu (23/9/2018) merangkum 8 fakta dalam tragedi mengerikan di Ahvaz. Berikut rinciannya;

1. Pelaku Serangan
Militer Iran mengatakan, jumlah pria bersenjata yang menyerang pawai militer di Ahvaz sebanyak empat orang. Mereka mengenakan seragam militer palsu. Tiga pelaku tewas di lokasi serangan. Penyerang keempat sempat ditangkap, namun tewas karena mengalami luka parah.

2. Target Serangan
Keempat pria bersenjata mengumbar tembakan tanpa pandang bulu ke arah pawai militer. Baik tentara maupun warga sipil jadi target secara acak. Keempat pelaku muncul seketika tanpa terdeteksi dan merangsek masuk ke lokasi pawai sebelum akhirnya mengumbar tembakan.

3. Korban Pembantaian
Data otoritas Iran menyatakan, jumlah korban tewas mencapai 29 orang. Data korban ini termasuk wanita dan anak-anak yang menonton pawai militer. Belum jelas apakah keempat pelaku termasuk data 29 korban tewas tersebut atau tidak. Data ini update pada Sabtu malam dan bisa berubah mengingat korban luka mencapai lebih dari 60 orang.

4. Garda Revolusi Dibantai
Sebanyak 12 anggota Garda Revolusi ikut dibantai dalam serangan horor kemarin. Kejadian ini menjadi tamparan keras bagi rezim Teheran, karena Garda Revolusi selama ini dibanggakan sebagai pasukan elite dan dibantai di negeri sendiri dan di acara pawai militer yang dibanggakan Teheran.

5. Pihak Tertuduh
Iran menuduh para pelaku terkait dengan Amerika Serikat dan badan intelijen Israel; Mossad. Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei menuduh negara-negara Teluk sekutu AS terlibat, tapi tak merinci negara yang dimaksud. Meski demikian, sekutu AS yang saat ini bermusuhan dengan Teheran adalah Israel dan negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi.

6. Pihak Pengklaim Serangan
Gerakan Demokrasi Arab Patriotik yang terkait dengan Arab Saudi di Ahwaz telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS) juga membuat klaim serupa, namun tidak disertai bukti kuat.

7. Reaksi Iran
Presiden Hassan Rouhani bersumpah bahwa Iran akan memberikan respons yang menghancurkan terhadap mereka yang terlibat serangan dan intelijen asing yang memberikan dukungan. Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan pasukan Iran menyeret pihak-pihak yang terlibat dalam pembantaian ini ke pengadilan.

8. Reaksi Dunia
Hingga data perihal serangan ini dirangkum, belum ada respons kecaman dan ucapan belasungkawa dari berbagai pemimpin negara di dunia. AS yang biasanya cepat bereaksi, kali ini juga bungkam. Begitu juga Israel dan Arab Saudi yang saat ini bermusuhan dengan Teheran. Negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga belum membuat komentar.

 ISIS Rilis Bukti Video 
Klaim Pembantaian Parade Militer Iran, ISIS Rilis Bukti VideoPria dalam video yang dirilis ISIS, yang diklaim sebagai pelaku pembantaian dalam parade militer Iran di Ahvaz. [Foto/Twitter]

Kelompok ISIS mengklaim sebagai pihak di balik serangan mengerikan dalam parade militer Iran di Ahvaz yang menewaskan 25 orang, termasuk 12 anggota Garda Revolusi. Mereka merilis video sebagai bukti atas klaim pembantaian tersebut.

Video yang di-posting online oleh media propaganda ISIS, Amaq, menunjukkan tiga pria berada di sebuah kendaraan yang diklaim sedang dalam perjalanan untuk melakukan serangan terhadap parade militer di Ahvaz.

Serangan pada hari Sabtu pekan lalu dilakukan empat pria bersenjata yang mengenakan seragam militer palsu. Keempat pelaku mengumbar tembakan secara acak. Keempat pelaku tewas dalam serangan itu.

Awalnya, media-media Timur Tengah menyatakan korban tewas mencapai 29 orang, termasuk anak-anak dan wanita. Namun, otoritas Iran menyatakan korban tewas 25 orang.

Dalam video yang dirilis media ISIS terlihat dua pria berbicara dalam bahasa Arab tentang jihad. Sedangkan pria ketiga berbicara dalam bahasa Farsi (Persia) yang menyatakan bahwa mereka menargetkan Garda Revolusi Iran.

"Kami Muslim, mereka kafir," kata pria dalam video itu, seperti dikutip Reuters, Senin (24/9/2018). "Kami akan menghancurkan mereka dengan serangan gaya gerilya yang kuat, insya Allah," lanjut pria tersebut.

Ahvaz National Resistance, sebuah gerakan oposisi etnis Arab-Iran yang mencari sebuah negara secara terpisah di Provinsi Khuzestan yang kaya minyak, juga mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, klaim dari gerakan ini tak disertai bukti.

Sebelumnya, Garda Revolusi Iran bersumpah untuk balas dendam atas serangan terhadap parade militer di Ahvaz. Mereka tak terima 12 anggotanya dibantai oleh empat pria bersenjata.

Pemerintah Iran menuduh negara-negara Arab Teluk mendukung orang-orang bersenjata tersebut.

"Mempertimbangkan bahwa (Garda Revolusi) memiliki pengetahuan penuh tentang pusat penyebaran para pemimpin teroris kriminal..., mereka akan menghadapi pembalasan mematikan dan tak terlupakan dalam waktu dekat," kata Garda Revolusi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah.

Parade militer di Ahvaz merupakan pawai untuk memperingati Perang Iran-Irak tahun 1980-1988 yang saat itu Baghdad dipimpin Saddam Hussein. Ketika parade berlangsung, empat penyerang merangsek masuk dan mengumbar tembakan secara acak. Banyak korban, termasuk belasan anggota Garda Revolusi tergeletak di jalan dan beberapa pengunjung parade berhamburan menyelamatkan diri.

Presiden Hassan Rouhani menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Teluk-nya yang dia sebut telah memprovokasi pertumpahan darah. Dia bersumpah akan memberikan respons yang keras.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley menolak tuduhan Rouhani. "Dia memiliki rakyat Iran yang memprotes setiap uang yang masuk ke Iran, masuk ke militernya. Dia telah menindas rakyatnya untuk waktu yang lama dan dia perlu melihat markasnya sendiri untuk mencari tahu dari mana asalnya," katanya kepada CNN.

Seorang pejabat senior Uni Emirat Arab (UEA) juga membantah tuduhan Iran bahwa UEA melatih orang-orang bersenjata yang mengklaim serangan itu.

"Hasutan formal terhadap UEA dari dalam Iran sangat disayangkan, dan telah meningkat setelah serangan Ahvaz," kata Menteri Luar Negeri Anwar Gargash di Twitter. (mas)

  SINDOnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.