Minggu, 09 Juni 2019

[Dunia] Rusia Akan Mulai Kirim Sistem Rudal S-400 ke Turki

➶ Abaikan Ancaman ASSistem pertahanan rudal S-400 Rusia. [Foto/REUTERS/Tatyana Makeyeva] ★

Rusia mulai mengirim sistem pertahanan rudal S-400 ke Turki meski Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Ankara.

Kontraktor pertahanan Rostec mengatakan senjata pertahanan canggih itu akan tiba di Turki dalam dua bulan. Kru Ankara juga sudah menjalani pelatihan mengoperasikan sistem tersebut.

"Kami akan mulai pengiriman S-400 ke Turki dalam waktu dua bulan," kata CEO Rostec Sergey Chemezov dalam pengumumannya pada hari Jumat di sela-sela Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg (SPIEF), seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (8/6/2019).

Chemezov mencatat bahwa kesepakatan pembelian sistem rudal S-400 antara Rusia dan Turki sudah memasuki tahap akhir, dan Turki telah melakukan semua pembayaran tepat waktu.

Chemezov juga mengindikasikan bahwa Rusia telah menyelesaikan pelatihan spesialis militer Turki untuk mengoperasikan sistem rudal surface-to-air itu pada tingkat lanjut, yang menandai kesepakatan itu hampir selesai.

AS telah berulang kali menentang upaya Turki untuk membeli senjata pertahanan Rusia. Setelah melakukan segala upaya untuk memblokir kesepakatan Moskow dan Ankara, Washington dilaporkan telah memutuskan untuk berhenti menerima pilot tambahan Turki untuk program pelatihan jet tempur F-35. Laporan yang bersumber dari para pejabat senior AS itu dipublikasikan Reuters, kemarin.

Pekan lalu, AS memperingatkan bahwa pembelian S-400 Rusia oleh Turki akan memiliki konsekuensi yang "menghancurkan" baik untuk program pelatihan F-35 maupun untuk masa depan Turki di keanggotaan NATO.

 AS Perlahan Tendang Turki dari Program Jet Tempur Siluman F-35 
AS Perlahan Tendang Turki dari Program Jet Tempur Siluman F-35Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin Amerika Serikat. [Foto/REUTERS]

Amerika Serikat (AS) secara perlahan-lahan mendepak Turki dari program jet tempur siluman F-35. Langkah itu diambil setelah Ankara nekat mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan melalui surat telah memberi tahu rekan Turki-nya Hulusi Akar perihal keputusan AS yang akan mengekstraksi Turki—mitra utama dan pemasok tunggal lusinan suku cadang untuk jet tempur F-35—dari program tersebut.

Surat bos Pentagon tertanggal 6 Juni itu berisi tulisan "Unwinding Turkey's Participation in the F-35", yang menurutnya Turki harus menghentikan semua operasi yang terkait dengan program tersebut pada 31 Juli.

Penghentian itu termasuk pelatihan pilot-pilotnya. Pilot Turki hanya akan diizinkan untuk tetap berada di AS hingga tanggal itu. Setelah melewati batas waktu, mereka akan dilarang memasuki Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona dan Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida, tempat pelatihan F-35 berlangsung. Saat ini, ada 42 kru Turki yang ditempatkan di salah satu pangkalan.

Mengonfirmasi laporan media sebelumnya, Shanahan menulis bahwa AS tidak akan menerima pilot baru dari Ankara. "Karena kami menangguhkan Turki dari program F-35," ujarnya.

Turki tidak akan diundang ke meja bundar "F-35 CEO" tahunan pada 12 Juni dan tidak akan mendapatkan jadwal produksi, dukungan, dan pembaruan pengembangan lanjutan pada program tersebut. AS akan "menangguhkan pengiriman" materi dan peralatan tanpa batas waktu ke Turki dalam lingkup program tersebut.

Laporan didepaknya Turki dari program F-35 muncul setelah perusahaan pertahanan negara Rusia, Rostec, mengumumkan pada hari Jumat bahwa baterai sistem rudal S-400 pertama akan tiba di Turki dalam dua bulan.

CEO Rostec Sergey Chemezov mengindikasikan bahwa Rusia telah menyelesaikan pelatihan spesialis militer Turki untuk mengoperasikan kompleks sistem pertahanan udara yang mutakhir tersebut.

Pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia telah menggagalkan rencana Turki untuk membeli sekitar 100 unit jet F-35, di mana Washington mempertimbangkan keberadaan kompleks sistem rudal S-400 di Turki sebagai ancaman keamanan bagi jet tempur dan NATO secara keseluruhan.

Dalam suratnya kepada pejabat Turki, Shanahan mengulangi ultimatum AS. "Turki tidak akan menerima F-35 jika membutuhkan pengiriman S-400," bunyi surat bos Pentagon tersebut, yang dikutip Sabtu (8/6/2019).

Selain mengulangi klaim bahwa S-400 akan mengkompromikan interoperabilitas NATO dan keamanan pesawat tempur F-35, Shanahan mengatakan kesepakatan antara Moskow dan Ankara pada tahun 2017 itu akan mengarah pada ketergantungan strategi dan ekonomi Turki pada Rusia.

Shanahan menggambarkan nasib suram Turki tanpa F-35. "(Turki) kehilangan pekerjaan, produk domestik bruto, dan perdagangan internasional," lanjut surat tersebut.

Selain itu, AS juga dapat menghantam Turki dengan sanksi di bawah undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).

Masih menurut surat Shanahan, semua yang harus dilakukan Ankara untuk menghindari masalah adalah mengakhiri kesepakatan dengan Rusia. Namun, Ankara telah berulang kali menolak desakan AS tersebut dengan menegaskan bahwa S-400 adalah solusi yang lebih efisien untuk pertahanannya daripada alternatif yang ditawarkan oleh AS.

Ellen Lord, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Akuisisi dan Keberlanjutan, mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa AS bertujuan untuk menghapus perusahaan-perusahaan Turki dari loop F-35 pada awal 2020. "Tidak akan ada gangguan besar dan sedikit penundaan, meskipun kehilangan kontribusi besar Ankara untuk produksi jet," katanya.

 AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35 
AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35Para penerbang Amerika Serikat yang terlibat dalam pelatihan jet tempur F-35. [Foto/REUTERS/Pascal Rossignol]

Washington telah memutuskan untuk berhenti menerima setiap pilot Turki tambahan yang berencana datang ke Amerika Serikat untuk berlatih dengan pesawat tempur F-35. Keputusan itu diambil setelah Ankara menolak membatalkan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Kantor berita Reuters pada Jumat (7/6/2019) mengungkap penghentian pelatihan itu dengan mengutip para pejabat Washington. Saat ini, empat pilot dan sekitar 47 personel sedang menjalani pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona, di mana mereka diajari cara memelihara dan mengarahkan jet tempur generasi kelima.

Pemerintahan Trump secara resmi belum memutuskan apakah akan membatasi program pelatihan untuk para personel Turki yang sudah ada di AS, atau menundanya sama sekali. Namun, pada pekan lalu pemerintah AS dengan serius mempertimbangkan untuk menangguhkan semua pelatihan bagi prajurit Turki ketika Ankara menaati kesepakatan senilai 2,5 miliar dolar dengan Moskow, atau mengabaikan ultimatum Washington.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan pada Jumat lalu bahwa AS akan lebih memilih untuk menyelesaikan perbedaan di antara mitra strategisnya melalui negosiasi, daripada mengirim pilotnya pulang dalam tanggapan yang luar biasa.

"Saya tidak ingin menghubunginya (Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar) dan berkata, minta orang-orang Anda untuk pulang, itu bukan cara yang terhormat antara dua mitra strategis," katanya.

Kathryn Wheelbarger, salah satu pejabat kebijakan paling senior Pentagon, mengatakan pada pekan lalu bahwa penyelesaian transaksi Turki dengan Rusia akan "menghancurkan" dan menjadi pukulan berat pada program F-35 dan interoperabilitas Turki dalam aliansi NATO.

"S-400 adalah sistem Rusia yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat seperti F-35," kata Wheelbarger, asisten asisten menteri pertahanan AS. "Dan tidak terbesit membayangkan Rusia tidak memanfaatkan kesempatan pengumpulan (data intelijen dari) itu."

Turki menawarkan untuk membuat kelompok kerja dengan AS untuk mencoba mencapai kompromi, tetapi Washington telah menegaskan bahwa mereka menginginkan Ankara untuk membeli sistem rudal Patriot sebagai pengganti S-400 Rusia. Turki bersikeras telah memilih apa yang mereka anggap lebih baik untuk pertahanan nasionalnya. Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan mengatakan tawaran AS itu tidak sebanding dengan tawaran Rusia.

Ankara berkali-kali mengatakan bahwa pembelian S-400 adalah kesepakatan yang sudah dilakukan, dan tidak akan menyerah dalam menghadapi ancaman Amerika yang akan menyingkirkan Turki dari program F-35.

Washington berpendapat bahwa sistem S-400 menimbulkan ancaman keamanan terhadap infrastruktur NATO dan interoperabilitasnya dengan Turki. Selain itu, sistem senjata pertahanan buatan Rusia itu dianggap membahayakan keamanan F-35, jika Turki mengambil kendali atas jet-jet tempur siluman tersebut. (mas)

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.