Senin, 05 Oktober 2020

[Dunia] Perang Rudal Semakin Liar

Dalam Konflik Armenia vs AzerbaijanSerangan rudal di Stepanakert, Nagorno-Karabakh (kiri) dan di Ganja, Azerbaijan (kanan). Foto/Kementerian Pertahanan Azerbaijan/Hikmet Hajiyev)

Aksi saling tembak rudal antara kelompok separatis pro-Armenia di Nagorno-Karabakh melawan pasukan Azerbaijan semakin liar. Kota-kota di Azerbaijan juga digempur sejumlah rudal dari wilayah Armenia.

Pemimpin wilayah Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, memperingatkan warga di kota-kota besar Azerbaijan pada hari Minggu untuk pergi guna menghindari kerugian yang tak terhindarkan setelah dia mengatakan Azerbaijan menargetkan warga sipil di kota utama kawasan Stepanakert beberapa hari terakhir.

"Objek beberapa mil di kota-kota besar Azerbaijan adalah target Tentara Pertahanan Artsakh. (Saya) menyerukan kepada penduduk Azerbaijan untuk meninggalkan kota-kota ini untuk menghindari kerugian yang tak terhindarkan," tulis dia di Twitter. Artsakh adalah nama lain Nagorno-Karabakh setelah memerdekakan diri dari Azerbaijan tahun 1990-an.

Tapi Harutyunyan kemudian memperbarui tweet-nya bahwa penembakan rudal dari pasukannya telah berhenti. "Saat ini penembakan dihentikan atas perintah saya untuk menghindari kerugian di antara warga sipil. Gagalnya kepemimpinan militer-politik Azerbaijan untuk menarik pelajaran yang sesuai, tanggapan kami yang sepadan akan terus berlanjut. Azerbaijan masih bisa menghentikan agresinya," lanjut dia, seperti dikutip CNN, Senin (5/10/2020).

Ketegangan berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan telah berkobar baru-baru ini di wilayah Nagorno-Karabakh yang diperebutkan, dengan kedua belah pihak saling menuduh menyerang warga sipil di tengah laporan korban jiwa yang terus meningkat.

Dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia, Nagorno-Karabakh berada di dalam wilayah Azerbaijan. Klaim kemerdekaannya didukung oleh Armenia, yang dihubungkan oleh dua jalan raya. Nagorno-Karabakh juga menggunakan kendali atas beberapa wilayah yang berdekatan yang secara internasional diakui sebagai milik Azerbaijan.

Armenia dan Azerbaijan telah lama berselisih tentang wilayah pegunungan tersebut, dan berperang memperebutkannya yang berakhir pada tahun 1994. Meskipun konflik tersebut diakhiri dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, pertempuran militer antara kedua belah pihak tidak jarang terjadi.

Azerbaijan pada hari Minggu mengatakan kota Ganja yang padat penduduknya dan beberapa distrik dekat Nagorno-Karabakh diserang oleh tembakan rudal dari Armenia.

"Serangan Rudal tanpa pandang bulu diluncurkan terhadap kota-kota Azerbaijan, Ganja, Füzuli, Tartar dan Jabrayil dari wilayah Armenia. Ganja adalah kota terbesar kedua di Azerbaijan. Berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa," kata Hikmet Hajiyev, seorang pembantu kebijakan luar negeri terkemuka untuk Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, di Twitter.

Hajiyev juga men-tweet video kerusakan bangunan dan mobil dengan asap membumbung di langit serta orang-orang berkumpul di jalan-jalan. "Rekaman ini adalah hasil dari serangan rudal besar-besaran Armenia terhadap daerah pemukiman padat di kota Ganja. Azerbaijan mempertahankan haknya untuk mengambil tindakan yang memadai terhadap target militer yang sah untuk membela warga sipil dan memaksa Armenia untuk perdamaian," lanjut Hajiyev.

Kementerian Pertahanan Armenia membantah menyerang kota-kota di Azerbaijan dengan rudal. "Kementerian Pertahanan Republik Armenia secara resmi menyatakan bahwa tidak ada tembakan apa pun yang dibuka dari wilayah Armenia ke arah Azerbaijan," kata Shushan Stepanyan, juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia di Twitter pada hari Minggu.

 Armenia Merudal Kota Mingachevir Azerbaijan 
Serangan rudal di kota Mingachevir, Azerbaijan. (Foto/Daily Sabah)

Angkatan bersenjata Armenia melancarkan serangan rudal terhadap kota industri Azerbaijan, Mingachevir, pada Minggu malam. Serangan misil ini terjadi ketika perang kedua negara yang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh terus berkecamuk.

"Mingachevir menjadi tempat penampungan air dan pembangkit listrik utama. Ekspresi putus asa yang biadab," kecam asisten presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, di Twitter seperti dikutip Reuters, Senin (5/10/2020).

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengkonfirmasi adanya Serangan di kota Mingachevir dan Terter, dengan beberapa orang dilaporkan terluka. Sedangkan pihak Armenia membantah melakukan serangan. Armenia juga belum melaporkan adanya serangan di wilayahnya.

Sementara itu, Presiden Azerbaijan Ilhwam Aliyev menawarkan gencatan senjata kepada Armenia, namun dengan sejumlah syarat. Syarat-syarat itu antara lain Yerevan harus meminta maaf, mengakui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah Azerbaijan dan menarik mundur semua pasukan Armenia dari wilayah konflik tersebut.

"Mereka harus berkomitmen untuk menarik pasukan dari wilayah kami. Mereka harus memberi kami jadwal penarikan diri dari wilayah pendudukan," kata Aliyev.

"Perdana Menteri mereka, yang mengatakan bahwa Karabakh adalah Armenia, sekarang harus mengatakan bahwa Karabakh bukanlah Armenia. Dan setelah itu, tentu saja, kami siap untuk mengakhiri permusuhan dan memulihkan rezim gencatan senjata," lanjut dia dalam sebuah pernyataan.

Mengulangi klaim bahwa Azerbaijan telah merebut jumlah permukiman di Nagorno-Karabakh, Aliyev bersumpah untuk terus berjuang sampai seluruh wilayah tersebut berhasil direbut kembali.

Kami berhasil membebaskan beberapa wilayah, beberapa desa dan hari ini kami membebaskan kota Jabrayil, yang berada di bawah pendudukan Armenia selama 27 tahun. Operasi militer kami yang sukses terus berlanjut, dan kami bertekad penuh untuk membebaskan tanah kami dan memulihkan integritas teritorial kami," paparnya. (min)

   sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.