✈ Di fasilitas PT DI, Bandung Pesawat kedua CN235-220 ini telah tiba di fasilitas produksi PTDI [tribunnews] ✈
Pada tanggal 21 Maret 2021, pesawat yang diterbangkan dari Pangkalan Udara Subang telah mendarat di Lapangan Terbang Hussein Sastranegara, Bandung. Pesawat ini merupakan pesawat ketiga yang nantinya akan di konversi menjadi pesawat patroli maritim.
Proses konversi nantinya akan dilakukan di hanggar PT Dirgantara Indonesia, dimana PT DI dalam proses konversi bertindak sebagai Original Equipment Manufactur (OEM).
Mengutip KKIP, walaupun konversi CN-235 220 Malaysia dikerjakan dengan fasilitas PT DI, namun pelaksana konversi akan melibatkan dua perusahaan asing, yaitu Science and Engineering Services International dan Integrated Surveillance and Defence Inc.
PTDI bekerjasama dengan Integrated Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berkantor pusat di Wilsonville, Oregon, Amerika Serikat dalam menyediakan dan integrasi Mission Management Systems (MMS) untuk 3 unit pesawat CN235-220 milik TUDM, Malaysia.
Perangkat Mission Management Systems yang akan dipasangkan pada CN235-220 milik TUDM, Malaysia diantaranya FLIR (Forward Looking Infra Red) yaitu kamera yang dilengkapi dengan Infrared untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Belly Radome dimana dipasangkan Radar Dome di bagian bawah atau di bagian perut untuk menyimpan 360° Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal, sehingga dapat diperoleh posisi objek yang mencurigakan.
Didanai AS dalam program MSI
Pesawat CN235 ketiga TUDM di Bandung [TUDM]
Adopsi perangkat maritime surveillance system besutan AS pada CN-235 Malaysia ini di danai Washington dalam program Maritime Security Initiative (MSI).
Untuk teknologi yang akan dipasangkan menggunakan Merlin maritime surveillance system yang dikembangkan oleh Integrated Surveillance and Defense, perusahaan berbasis di Oregon.
Merlin mission equipment terdiri dari maritime surveillance radar, electro-optical sensor turret dan electronic support measures system.
Pada waktu sebelumnya PT DI pernah menawarkan program upgrade CN-235 MPA untuk Malaysia dengan nilai US$ 30 juta. Awalnya PT DI menawarkan paket instalasi Airborne Maritime Situation and Control System (AMASCOS) dari Thales dan beragam sensor untuk misi MPA.
Bukan hanya in saja, program MSI juga diberikan kepada AL Malaysia pada bulan Mei 2020, berupa hibah 6 unit drone intai ScanEagle, total Malaysia akan menerima 12 unit ScanEagle. Paket hibah drone ini juga diterima Indonesia dan Filpina.
Pada tanggal 21 Maret 2021, pesawat yang diterbangkan dari Pangkalan Udara Subang telah mendarat di Lapangan Terbang Hussein Sastranegara, Bandung. Pesawat ini merupakan pesawat ketiga yang nantinya akan di konversi menjadi pesawat patroli maritim.
Proses konversi nantinya akan dilakukan di hanggar PT Dirgantara Indonesia, dimana PT DI dalam proses konversi bertindak sebagai Original Equipment Manufactur (OEM).
Mengutip KKIP, walaupun konversi CN-235 220 Malaysia dikerjakan dengan fasilitas PT DI, namun pelaksana konversi akan melibatkan dua perusahaan asing, yaitu Science and Engineering Services International dan Integrated Surveillance and Defence Inc.
PTDI bekerjasama dengan Integrated Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berkantor pusat di Wilsonville, Oregon, Amerika Serikat dalam menyediakan dan integrasi Mission Management Systems (MMS) untuk 3 unit pesawat CN235-220 milik TUDM, Malaysia.
Perangkat Mission Management Systems yang akan dipasangkan pada CN235-220 milik TUDM, Malaysia diantaranya FLIR (Forward Looking Infra Red) yaitu kamera yang dilengkapi dengan Infrared untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Belly Radome dimana dipasangkan Radar Dome di bagian bawah atau di bagian perut untuk menyimpan 360° Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal, sehingga dapat diperoleh posisi objek yang mencurigakan.
Didanai AS dalam program MSI
Pesawat CN235 ketiga TUDM di Bandung [TUDM]
Adopsi perangkat maritime surveillance system besutan AS pada CN-235 Malaysia ini di danai Washington dalam program Maritime Security Initiative (MSI).
Untuk teknologi yang akan dipasangkan menggunakan Merlin maritime surveillance system yang dikembangkan oleh Integrated Surveillance and Defense, perusahaan berbasis di Oregon.
Merlin mission equipment terdiri dari maritime surveillance radar, electro-optical sensor turret dan electronic support measures system.
Pada waktu sebelumnya PT DI pernah menawarkan program upgrade CN-235 MPA untuk Malaysia dengan nilai US$ 30 juta. Awalnya PT DI menawarkan paket instalasi Airborne Maritime Situation and Control System (AMASCOS) dari Thales dan beragam sensor untuk misi MPA.
Bukan hanya in saja, program MSI juga diberikan kepada AL Malaysia pada bulan Mei 2020, berupa hibah 6 unit drone intai ScanEagle, total Malaysia akan menerima 12 unit ScanEagle. Paket hibah drone ini juga diterima Indonesia dan Filpina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.