Membutuhkan waktu lama Rafale Perancis yang dilirik Indonesia [ist] ☆
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terus bergerilya melakukan pertemuan ke banyak pihak mencari alutsista untuk Indonesia. Terbaru, Menhan Prabowo bertemu dengan Dubes Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Rabu (14/4/2021).
Sebelumnya, Menhan Prabowo juga sudah mengunjungi banyak negara, mulai dari Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan hingga Jerman. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai alutsista mana yang bakal menjadi pilihan Indonesia, alias belum berhasil (teken kontrak-red).
"Proses pembelian memang membutuhkan waktu agak lama, mulai dari soal anggaran, spesifikasi teknis, kontrak dengan kemudian pembuatan, apalagi untuk sampai kontrak pun bisa makan waktu 1 atau 2 tahun," kata pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis kepada CNBC Indonesia Selasa (20/4/21).
Untuk anggaran harus ada proses konsultasi dengan Bappenas untuk (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) RPJMN dan dengan Kementerian Keuangan, termasuk jika nantinya menggunakan skema pinjaman luar negeri, khususnya jika beli Alutsista luar negeri. Proses ini tentu tidak bisa secepat kilat atau buru-buru.
"Yang paling alot dalam mekanisme ini tentu, di Kementerian Keuangan karena menyangkut kesediaan anggaran dan juga proses seleksi kreditur," sebut Beni.
Untuk spesifikasi teknis, Beni menyebut sekarang tidak terlalu sulit karena nggak harus ke negara produsen. Namun tentu informasi ini harus mendapatkan persetujuan dari tim evaluasi pengadaan (TEP) di Kemenhan yang terdiri Kemenhan, Mabes TNI, dan Mabes Angkatan-Angkatan.
"Kemudian secara teori diadakan tender, namun sebagian besar adalah penunjukan langsung bagi produsen alutista yang terkait," sebutnya.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terus bergerilya melakukan pertemuan ke banyak pihak mencari alutsista untuk Indonesia. Terbaru, Menhan Prabowo bertemu dengan Dubes Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Rabu (14/4/2021).
Sebelumnya, Menhan Prabowo juga sudah mengunjungi banyak negara, mulai dari Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan hingga Jerman. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai alutsista mana yang bakal menjadi pilihan Indonesia, alias belum berhasil (teken kontrak-red).
"Proses pembelian memang membutuhkan waktu agak lama, mulai dari soal anggaran, spesifikasi teknis, kontrak dengan kemudian pembuatan, apalagi untuk sampai kontrak pun bisa makan waktu 1 atau 2 tahun," kata pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis kepada CNBC Indonesia Selasa (20/4/21).
Untuk anggaran harus ada proses konsultasi dengan Bappenas untuk (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) RPJMN dan dengan Kementerian Keuangan, termasuk jika nantinya menggunakan skema pinjaman luar negeri, khususnya jika beli Alutsista luar negeri. Proses ini tentu tidak bisa secepat kilat atau buru-buru.
"Yang paling alot dalam mekanisme ini tentu, di Kementerian Keuangan karena menyangkut kesediaan anggaran dan juga proses seleksi kreditur," sebut Beni.
Untuk spesifikasi teknis, Beni menyebut sekarang tidak terlalu sulit karena nggak harus ke negara produsen. Namun tentu informasi ini harus mendapatkan persetujuan dari tim evaluasi pengadaan (TEP) di Kemenhan yang terdiri Kemenhan, Mabes TNI, dan Mabes Angkatan-Angkatan.
"Kemudian secara teori diadakan tender, namun sebagian besar adalah penunjukan langsung bagi produsen alutista yang terkait," sebutnya.
★ CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.