⚓️ Jika memungkinkan, Indonesia menggunakan pembuat kapal lokal untuk membangun kapal untuk kebutuhan angkatan lautnya yang berbeda KRI Teluk Palu 523, LST terbaru TNI AL diresmikan KSAL [TNI AL]
Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL) menambah LST kelas Teluk Bintuni di Bandar Lampung pada 8 Maret. Kapal baru sepanjang 120 meter itu diberi nama KRI Telul Palu dengan nomor lambung ‘523’.
Merupakan kapal kedelapan dari sembilan LST dibangun untuk menggantikan kapal amfibi tua, dan kapal amfibi diharapkan akan berbasis di Lampung.
PT Daya Radar Utama membangun kapal ini, dan kapal sebelumnya diresmikan pada 12 Juli 2021. LST terakhir dari kontrak tiga kapal yang diberikan pada Januari 2017 harus diselesaikan tahun ini.
Laksamana Yudo Morgono, Panglima TNI Angkatan Laut, pada saat peresmian mengatakan, “Semoga kehadiran KRI Teluk Palu 523 dapat meningkatkan kekuatan dan kapabilitas TNI AL, terutama dalam operasi pendaratan amfibi dan administrasi oleh Komando Sealift Militer.”
Kapal LST kelas ini mampu membawa hingga sepuluh tank Leopard 2, satu lapis jembatan lapis baja, satu kendaraan angkut dan dua helikopter secara bersamaan. Setiap LST yang diawaki oleh 115 pelaut juga dapat menampung 360 prajurit/marinir, satu detasemen helikopter enam orang.
KRI Dorang 874. PC-60 produksi pertama PT CMS [CMS]
Di tempat lain, di Batam di Kepulauan Riau, pembuat kapal PT Karimum Anugrah Sejati mengadakan upacara pemotongan baja dan peletakan lunas pada tanggal 4 Maret untuk kapal patroli PC-60M ketiga untuk TNI-AL.
Kapal sepanjang 60m itu akan diluncurkan pada Mei 2023, dan diserahkan ke Komando Armada I TNI AL tiga bulan kemudian.
Kapal kelas PC-60M didasarkan pada kapal rudal KCR-60 angkatan laut, tanpa rudal anti-kapal.
Pembangunan PC-60M digalangan kapal lokal, dimana PT Caputra Mitra Sejati membangun pasangan pertama. Ini mulai bekerja pada ini pada Februari 2020, dan mereka diluncurkan pada 22 Maret. PT Malindo Marine sedang membangun PC-60M keempat, dengan upacara pemotongan baja yang diadakan pada 15 Maret.
Proyek PC-60M adalah salah satu dari sembilan program prioritas untuk Panglima Angkatan Laut. Tipe ini memiliki kecepatan tertinggi 24 knots dan daya tahan delapan hari. Mampu menampung 55 awak, dan persenjataan utamanya adalah satu meriam 40 mm yang dipasang di depan, ditambah dua senapan mesin 12,7mm.
KRI Dr Wahidin Sudirohusodo [TNI AL]
PT PAL, pembuat kapal angkatan laut terbesar di Indonesia, sedang membuat kemajuan dalam penambahan kapal rumah sakit untuk TNI-AL.
Pada pertengahan Maret, telah mencapai tingkat penyelesaian 67,58%, dengan 104 dari 121 blok selesai.
Mesin, gearbox dan generator diesel telah dipasang juga. Kapal seberat 7.300 ton harus diluncurkan akhir tahun ini.
Ini adalah kapal rumah sakit kedua PT PAL di kelas ini, yang pertama adalah KRI Dr Wahidin Sudirohusodo yang ditugaskan pada 14 Januari.
Akhirnya, KRI Semarang, LPD kelas Makassar yang diserahkan pada 21 Januari 2019 dan bertindak sebagai kapal rumah sakit sementara, dapat diberhentikan dari peran ini.
Mengingat kerentanan Indonesia terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami, kapal rumah sakit semacam itu memberikan kemampuan yang sangat penting untuk dikerahkan.
KRI 907 Bontang latihan RAS dengan KRI USH 359, merupakan kapal tanker kedua buatan galangan kapal Indonesia [TNI AL]
Indonesia juga telah mengontrak dua galangan kapal lokal untuk membangun tiga armada kapal tanker kelas Tarakan 6.274 ton untuk TNI-AL.
PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari membangun KRI Tarakan, sedangkan PT Batamec membangun KRI Bontang (beroperasi 2020) dan saat ini sedang membangun kapal tanker ketiga yang mampu mengangkut 5.500 m³ bahan bakar.
Sebelum kapal tanker kelas Tarakan sepanjang 123,5 m, Kementerian Pertahanan Indonesia telah memberikan kontrak untuk kapal tanker 99,5 m yang lebih kecil pada bulan Desember 2011.
PT Anugrah Buana Marine di Banten meletakkan lunas untuk KRI Dumai masa depan (nomor umbul '904') pada bulan April 2012, tetapi kapal itu tidak pernah selesai karena alasan yang tidak diketahui dan lambungnya belum selesai.
Angkatan Laut ingin memiliki enam kapal tanker di bawah rencana Minimum Essential Force 2024, jadi kapal tanker ini mungkin belum selesai, mungkin diikuti oleh dua lainnya.
Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL) menambah LST kelas Teluk Bintuni di Bandar Lampung pada 8 Maret. Kapal baru sepanjang 120 meter itu diberi nama KRI Telul Palu dengan nomor lambung ‘523’.
Merupakan kapal kedelapan dari sembilan LST dibangun untuk menggantikan kapal amfibi tua, dan kapal amfibi diharapkan akan berbasis di Lampung.
PT Daya Radar Utama membangun kapal ini, dan kapal sebelumnya diresmikan pada 12 Juli 2021. LST terakhir dari kontrak tiga kapal yang diberikan pada Januari 2017 harus diselesaikan tahun ini.
Laksamana Yudo Morgono, Panglima TNI Angkatan Laut, pada saat peresmian mengatakan, “Semoga kehadiran KRI Teluk Palu 523 dapat meningkatkan kekuatan dan kapabilitas TNI AL, terutama dalam operasi pendaratan amfibi dan administrasi oleh Komando Sealift Militer.”
Kapal LST kelas ini mampu membawa hingga sepuluh tank Leopard 2, satu lapis jembatan lapis baja, satu kendaraan angkut dan dua helikopter secara bersamaan. Setiap LST yang diawaki oleh 115 pelaut juga dapat menampung 360 prajurit/marinir, satu detasemen helikopter enam orang.
KRI Dorang 874. PC-60 produksi pertama PT CMS [CMS]
Di tempat lain, di Batam di Kepulauan Riau, pembuat kapal PT Karimum Anugrah Sejati mengadakan upacara pemotongan baja dan peletakan lunas pada tanggal 4 Maret untuk kapal patroli PC-60M ketiga untuk TNI-AL.
Kapal sepanjang 60m itu akan diluncurkan pada Mei 2023, dan diserahkan ke Komando Armada I TNI AL tiga bulan kemudian.
Kapal kelas PC-60M didasarkan pada kapal rudal KCR-60 angkatan laut, tanpa rudal anti-kapal.
Pembangunan PC-60M digalangan kapal lokal, dimana PT Caputra Mitra Sejati membangun pasangan pertama. Ini mulai bekerja pada ini pada Februari 2020, dan mereka diluncurkan pada 22 Maret. PT Malindo Marine sedang membangun PC-60M keempat, dengan upacara pemotongan baja yang diadakan pada 15 Maret.
Proyek PC-60M adalah salah satu dari sembilan program prioritas untuk Panglima Angkatan Laut. Tipe ini memiliki kecepatan tertinggi 24 knots dan daya tahan delapan hari. Mampu menampung 55 awak, dan persenjataan utamanya adalah satu meriam 40 mm yang dipasang di depan, ditambah dua senapan mesin 12,7mm.
KRI Dr Wahidin Sudirohusodo [TNI AL]
PT PAL, pembuat kapal angkatan laut terbesar di Indonesia, sedang membuat kemajuan dalam penambahan kapal rumah sakit untuk TNI-AL.
Pada pertengahan Maret, telah mencapai tingkat penyelesaian 67,58%, dengan 104 dari 121 blok selesai.
Mesin, gearbox dan generator diesel telah dipasang juga. Kapal seberat 7.300 ton harus diluncurkan akhir tahun ini.
Ini adalah kapal rumah sakit kedua PT PAL di kelas ini, yang pertama adalah KRI Dr Wahidin Sudirohusodo yang ditugaskan pada 14 Januari.
Akhirnya, KRI Semarang, LPD kelas Makassar yang diserahkan pada 21 Januari 2019 dan bertindak sebagai kapal rumah sakit sementara, dapat diberhentikan dari peran ini.
Mengingat kerentanan Indonesia terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami, kapal rumah sakit semacam itu memberikan kemampuan yang sangat penting untuk dikerahkan.
KRI 907 Bontang latihan RAS dengan KRI USH 359, merupakan kapal tanker kedua buatan galangan kapal Indonesia [TNI AL]
Indonesia juga telah mengontrak dua galangan kapal lokal untuk membangun tiga armada kapal tanker kelas Tarakan 6.274 ton untuk TNI-AL.
PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari membangun KRI Tarakan, sedangkan PT Batamec membangun KRI Bontang (beroperasi 2020) dan saat ini sedang membangun kapal tanker ketiga yang mampu mengangkut 5.500 m³ bahan bakar.
Sebelum kapal tanker kelas Tarakan sepanjang 123,5 m, Kementerian Pertahanan Indonesia telah memberikan kontrak untuk kapal tanker 99,5 m yang lebih kecil pada bulan Desember 2011.
PT Anugrah Buana Marine di Banten meletakkan lunas untuk KRI Dumai masa depan (nomor umbul '904') pada bulan April 2012, tetapi kapal itu tidak pernah selesai karena alasan yang tidak diketahui dan lambungnya belum selesai.
Angkatan Laut ingin memiliki enam kapal tanker di bawah rencana Minimum Essential Force 2024, jadi kapal tanker ini mungkin belum selesai, mungkin diikuti oleh dua lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.