6 drone untuk TNI AU, dan lainnya sebanyak 3 unit UCAV Anka Turkiye (ist)
Kabar bakal tibanya enam unit drone tempur (UCAV) Anka pada bulan Agustus, kemudian diikuti dengan enam unit lainnya yang akan dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia, ibarat angin segar bagi dunia alutsista di Tanah Air. Dengan total akuisisi 12 unit drone Anka, lantas menjadi pertanyaan, bagaimana komposisi penggelaran drone Anka oleh TNI kelak? Apakah akan dibentuk ke dalam satu skadron?
Dari website PT Turkish Aerospace Indonesia – tusas.co.id, disebut bahwa ke-12 unit drone Anka untuk Indonesia akan dikirim dalam tiga sistem. Lebih detail, akan ada enam unit drone Anka dialokasikan untuk TNI AU, tiga unit Anka untuk TNI AL, dan tiga unit Anka untuk TNI AD. Masih dari sumber yang sama, disebut kontrak pengadaan 12 unit Anka ditandatangani pada 2 Februari 2023 di Jakarta dengan nilai US$ 300 juta.
Dengan dibagi untuk tiga matra, khususnya ke TNI AL, maka drone Anka akan menyandang peran sebagai drone peronda di atas lautan. Yang menarik, oleh AL Turki, drone Anka juga difungsingkan untuk mendukung operasi sapu ranjau di Laut Hitam.
Untuk operasi deteksi ranjau, Anka dipasangi MILSAR synthetic aperture and moving target indicator radar (SAR/MTI). MILSAR dapat memindai area permukaan laut yang luas untuk mengambil gambar detail dan memungkinkan deteksi real-time pada ranjau yang hanyut di lautan.
Anka yang merupakan nama jenis burung dalam bahasa Turki, dihadirkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) dalam beberapa varian. Dan di antara varian Anka, Anka Block B (Anka-B) adalah yang potensial dan dipandang pas untuk kebutuhan TNI AU. Menyandang status drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), Anka-B dapat terbang hingga ketinggian maksimum 9.144 meter, terbang dengan endurance 26 jam dan punya jangkauan terbang 200 km.
Payload yang dibawa pastinya beragam, namun yang jadi andalan adalah SAR (Synthetic Aperture Radar dan Ground Moving Target Indicator. Misi utama yang diemban Anka adalah intelligence, surveillance, target acquisition and reconnaissance (ISTAR). Selain SAR radar, payload lain yang bisa dibawa adalah electro-optic, FLIR (Forward Looking Infrared serta laser range finder.
Anka-B berhasil menyelesaikan penerbangan perdana, termasuk autonomous flight capability serta Automatic Take-off and Landing pada 30 Januari 2015. AU Turki telah memesan 10 unit Anka-B pada tahun 2013.
Dirunut dari spesifikasi, drone Anka-B ini punya panjang 8 meter, lebar bentang sayap 17,3 meter dan tinggi 3,4 meter. Anka-B menggunakan mesin propeller dengan tiga bilah baling-baling. Drone yang punya kecepatan 217 km per jam ini punya bobot 1.600 kg.
Kesepakatan kerja sama pengembangan drone MALE antara PT Dirgantara Indonesia dan TAI telah dituangkan dalam MoU pada perhelatan International Defence Industry Fair (IDEF) 2017 yang diselenggarakan pada 9-12 Mei 2017 di Istanbul, Turki. Sejauh ini, belum ada keterangan resmi, tentang jenis atau varian drone Anka yang akan didatangkan TAI ke Indonesia. (Bayu Pamungkas)
Kabar bakal tibanya enam unit drone tempur (UCAV) Anka pada bulan Agustus, kemudian diikuti dengan enam unit lainnya yang akan dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia, ibarat angin segar bagi dunia alutsista di Tanah Air. Dengan total akuisisi 12 unit drone Anka, lantas menjadi pertanyaan, bagaimana komposisi penggelaran drone Anka oleh TNI kelak? Apakah akan dibentuk ke dalam satu skadron?
Dari website PT Turkish Aerospace Indonesia – tusas.co.id, disebut bahwa ke-12 unit drone Anka untuk Indonesia akan dikirim dalam tiga sistem. Lebih detail, akan ada enam unit drone Anka dialokasikan untuk TNI AU, tiga unit Anka untuk TNI AL, dan tiga unit Anka untuk TNI AD. Masih dari sumber yang sama, disebut kontrak pengadaan 12 unit Anka ditandatangani pada 2 Februari 2023 di Jakarta dengan nilai US$ 300 juta.
Dengan dibagi untuk tiga matra, khususnya ke TNI AL, maka drone Anka akan menyandang peran sebagai drone peronda di atas lautan. Yang menarik, oleh AL Turki, drone Anka juga difungsingkan untuk mendukung operasi sapu ranjau di Laut Hitam.
Untuk operasi deteksi ranjau, Anka dipasangi MILSAR synthetic aperture and moving target indicator radar (SAR/MTI). MILSAR dapat memindai area permukaan laut yang luas untuk mengambil gambar detail dan memungkinkan deteksi real-time pada ranjau yang hanyut di lautan.
Anka yang merupakan nama jenis burung dalam bahasa Turki, dihadirkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) dalam beberapa varian. Dan di antara varian Anka, Anka Block B (Anka-B) adalah yang potensial dan dipandang pas untuk kebutuhan TNI AU. Menyandang status drone MALE (Medium Altitude Long Endurance), Anka-B dapat terbang hingga ketinggian maksimum 9.144 meter, terbang dengan endurance 26 jam dan punya jangkauan terbang 200 km.
Payload yang dibawa pastinya beragam, namun yang jadi andalan adalah SAR (Synthetic Aperture Radar dan Ground Moving Target Indicator. Misi utama yang diemban Anka adalah intelligence, surveillance, target acquisition and reconnaissance (ISTAR). Selain SAR radar, payload lain yang bisa dibawa adalah electro-optic, FLIR (Forward Looking Infrared serta laser range finder.
Anka-B berhasil menyelesaikan penerbangan perdana, termasuk autonomous flight capability serta Automatic Take-off and Landing pada 30 Januari 2015. AU Turki telah memesan 10 unit Anka-B pada tahun 2013.
Dirunut dari spesifikasi, drone Anka-B ini punya panjang 8 meter, lebar bentang sayap 17,3 meter dan tinggi 3,4 meter. Anka-B menggunakan mesin propeller dengan tiga bilah baling-baling. Drone yang punya kecepatan 217 km per jam ini punya bobot 1.600 kg.
Kesepakatan kerja sama pengembangan drone MALE antara PT Dirgantara Indonesia dan TAI telah dituangkan dalam MoU pada perhelatan International Defence Industry Fair (IDEF) 2017 yang diselenggarakan pada 9-12 Mei 2017 di Istanbul, Turki. Sejauh ini, belum ada keterangan resmi, tentang jenis atau varian drone Anka yang akan didatangkan TAI ke Indonesia. (Bayu Pamungkas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.