Minggu, 26 Februari 2012

Banjar Kadaton : Helm muter di terjang peluru

Logo Raider
atalyon Infanteri 300 / Raider Banjar Kadaton (Yonif 300 / RBK) adalah cikal bakal satuan batalyon infanteri 327 / Brajawijaya (Yonif 327 / Bjw), salah satu "Pasukan Siliwangi" kebanggaan masyarakat Jawa Barat, yang sudah teruji dan terbukti pengabdiannya kepada bangsa dan negara Indonesia. 

Nama Brajawijaya memiliki hubungan yang erat dengan Banjar Kadaton karena keduanya merupakan nama salah satu pasukan perang semasa Kerajaan Pajajaran. Arti dari Banjar berarti daerah, Kadaton berarti Pusat Ibukota, dengan demikian  maknanya Suatu Batalyon yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keutuhan Wilayah NKRI, Pemerkasa pembentukan Batalyon ini yaitu Jendral TNI Ryamizard Ryacudu (Mantan KASAD) yang dibentuk pada tanggal 22 Desember 2003 bertepatan dengan peringatan Hari Juang Kartika tahun 2003. Peresmian dilakukan bersama di Jakarta dengan 9 Raider lainnya dari Seluruh Indonesia. 

Tidak berlangsung lama setelah resmi menjadi satuan raider, pada Januari 2004 Yonif 300 / RBK diberikan tugas untuk di BKO (Bawah Kendali Operasi) kan koops TNI dalam tugas operasi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama 17 bulan.

Ketika mengetahui dirinya akan berangkat tugas operasi, Atif yang masa itu "baru lahir" sebagai tentara berpangkat Prajurit Dua (Prada) merasa senang dan bangga.

Belum seminggu berjalan di NAD, Prada Atif berserta rekan rekannya satu batalyon di perintahkan bergerak ke Gunung Salak. Namun selama dua bulan, tidak ada satu tim pun yang bertemu kelompok GAM. kemudian Tim Banteng yang beranggotakan 15 orang termasuk Prada Atif diperintahkan untuk mengamankan pemilu di kampung Ule Gajah, daerah Jeunib. Di informasikan kalo kampung Ule Gajah rawan GAM, tapi Prada Atif tidak gentar karena sudah bertekad sejak awal untuk dapat berhasil menjalankan tugas.

Yonif 300 / Raider
Untuk mengantisipasi situasi, tim Banteng melakukan patroli dan pengendapan secara bergantian. Saat itu tanggal 7 Mei 2004 menjelang petang dengan situasi remang remang, Prada Atif yang berada didepan sebagai pengintai melihat seseorang, yang dikiranya masyarakat biasa, " Saya lihat satu orang memegang botol air mineral berada di semak-semak. Saya pikir orang itu masyarakat setempat yang sedang berkebun, karena tempat itu masih berdekatan dengan kampung," kata Atif.

Ketika semakin mendekat, terlihat lebih jelas kalo orang itu berpakaian loreng militer TNI dengan pangkat Prada. Untuk menghindari salah tembak, sebagaimana prosedur di militer, maka Prada Atif memberikan sandi dan memberitahukan bahwa dia bersama rekan rekannya adalah anggota TNI dengan teriakan "pasukan kawan". Namun apa yang terjadi? Orang itu kaget dan berlari. Disusul dari semak - semak sekitarnya muncul beberapa orang yang kemudian lari kalang kabut.

Melihat mereka lari setelah mendengar "pasukan kawan", maka jelas mereka bukan anggota TNI, maka Prada Atif dan bersama rekan - rekannya spontan melancarkan tembakan kepada mereka. Setelah 10 menit dirasakan tidak ada tembakan balasan, berarti musuh sudah melarikan diri dan dilokasi itu tidak ada anggota GAM lagi.

Disitulah Atif baru menyadari bahwa orang yang dilihatnya adalah anggota GAM yang sedang tugas jaga malam, menjaga kawan kawannya yang sedang tidur. " Kalau orang itu lihat saya duluan, pasti saya dan rekan rekan akan dihajar tembakan dan kami habis," kenang Atif.

Yonif 300 / RBK
Dalam keadaan yang mulai gelap itu, seorang anggota tim berteriak mengatakan bahwa dia melihat ada satu tikar lagi sambil menunjuk kearah posisi Atif, maka dia menuju ke tempat itu untuk melihat dan mengambil barang bukti tersebut. "Saya kaget karena didekat saya ternyata ada orang yang hampir saja terinjak kaki saya, Lebih kaget lagi, ketika orang itu langsung mengeluarkan tembakan kearah saya," kata Atif.

Atif punya niat lain. Dia ingin menangkap orang itu hidup - hidup, sehingga dia tidak menembaknya. Padahal Helmnya sampai berputar terkena peluru tembakan tadi. "Helm saya sampai muter kena tembakan. Saat itu saya tidak tahu, apakah kena kepala saya atau tidak, karena saya tidak merasakan sakit," kenang Atif.

Atif lalu berusaha merebut senjatanya. namun setelah melihat anggota GAM itu akan menembak lagi dan merasa nyawanya terancam, maka tidak ada pilihan lain, Atif menembak kepala orang itu tiga kali dan anggota GAM itu pun tewas di tempat.

Setelah kejadian itu, Atif meraba helmya, "Ketika saya meraba helm yang saya pakai, saya jadi kaget karena helm saya bolong. Kemudian saya membukanya dan darah pun mengalir dari kepala saya," ujar Atif.

Rupanya peluru yang ditembakan musuh telah menyerempet batok kepala Atif. Dia kemudian melaporkan ke komandannya kalau dia tertembak. Kemudian Dantim Banteng memerintahkan personil kesehatan yang ada di tim untuk memberikan pertolongan pertama pada Atif. Lalu lewat Radio melaporkan kejadian itu ke komando atas. Atif pun lalu di evakuasi ke rumah sakit korem di Lhokseumawe. Setelah dinyatakan boleh keluar dari rumah sakit, dia lalu dibawa kekantor perwakilan batalyon di Bireuen untuk di rawat jalan. Setelah jahitan di kepala dilepas, Atif bergabung kembali ke timnya.

Yonif 300 / RBK anti teror
Kini, Atif yang mendapat "kenang kenangan" berupa guratan bekas jahitan disebelah kanan kepalanya, telah kembali ke homebase satuannya di Sukabumi dengan menjalankan tugas sehari hari dengan menyandang pangkat Prajurit Satu (Pratu).


Kejadian kepala tertembak, tidak membuat Atif jera apalagi surut semangat. Dia malah menunggu nunggu kapan satuan di tempatnya bertugas. "Saya siap tugas, kapan saja dan dimana saja, Nyawa saya sudah menjadi milik negara," tegas Pratu Atif Nurlatif Pachrul Hayat, Tamtama Kompi Bantuan  (Ta Kiban) Yonif 300 / RBK, kelahiran Bandung 17 Maret 1983, mengakhiri ceritanya kepada Defender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.