Senin, 27 Februari 2012

Sorot 74 : Dari Aceh ke Pamulang

erdamaian di Aceh tiba-tiba terkoyak. sekelompok orang brsenjata disergap Polisi di Bukit Jalin, Jantho, Aceh Besar. Mereka bukan dari anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Beredar kabar, kelompok ini bagian dari gerakan radikal Islam yang hendak menjadikan Aceh basis dari aksi mereka di Asia Tenggara. Polisi menuding mereka bagian dari jaringan teror dari aneka kelompok radikal Islam, diantaranya diduga terkait jaringan Al- Qaidah, pimpinan Usama bin Laden. "Mereka pikir itu gampang karena Aceh itu Islam dan ada GAM, Ternyata mereka salah kira," kata Irwandi, Gubernuh Aceh, Selasa 9 febuari 2010.

Gerakan itu kempis sebelum beraksi. Polisi menghajar kamp pelatihan yang berkekuatan 50 orang itu. Ditemukan senjata api, peluru dan buku-buku. Tiga polisi tewas, sembilan belas anggota kawanan ini dibekuk, dan dua anggota jaringan tewas ditembak di Aceh. Dari Aceh, Polisi menemukan jejak jaringan di Pamulang, Tanggerang Barat, Banten. Dua tersangka teroris, yang disebut-sebut terkait kasus Aceh, ditembak mati. Satu diantaranya Dulmatin, gembong teroris kakap yang terlibat aksi teror di Bali pada 2002.

Tamatnya Dulmatin
Dulmatin
Penggerebekan di Pamulang, Tanggerang, Banten, menewaskan tiga orang diduga teroris, pada selasa 9 maret 2010. Kepala Polri (Kapolri), Bambang Hendarso Danuri, memastikan salah seorang diantaranya adalah Dulmatin. Tokoh penting di Jamaah Islamiyah, yang malang melintang di Moro, Filipina. Dia juga terlibat pengeboman di Bali 2002. Pemerintah Amerika Serikat menjanjikan hadiah US$ 10 juta kepada yang menemukannya.

◎ 1970
Dulmatin alias Amar Usman, Joko Pitoyo, Joko Pitono, Abdul Matin, Pitono, Muktamar, Joko, dan Noval. Lahir di desa Petarukan, kecamatan Petarukan, Pemalang, 6 Juni 1970, Dia anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Usma dan Masriyati.

◎ 1992
Menamatkan SMA di Pemalang, Dulmatin hendak menimba ilmu ke perguruan tinggi, dia merantau ke Yogya. Gagal, lalu merantau ke Malaysia. Diduga dia bergabung dengan kelompok Dr. Azahari (tewas di Malang 2006) dan Noordin M. Top (tewas di Solo 2009), di Pesantren Lukmanul Hakiem, Johor, Malaysia.

Disini dia bergabung dengan tokoh Jemaah Islamiyah seperti Amrozi, Imam Samudra, Muklas, yang hukuman matinya sudah dieksekusi pada 2008. Lalu pria bertumbuh tinggi berkulit coklat ini berlatih di kamp-kamp Al Qaedah di Afganistan.

◎ 1995
Kembali ke Indonesia dan berkerja sebagai makelar mobil dan bertani. Menyunting seorang perempuan bernama Istiada. Mereka sekarang memiliki enam anak. Disini Dulmatin berganti nama lagi menjadi Asmar Usman. dia menjadi pengunjung tetap Pesantren Ngruki.

◎ 1999
Dulmatin menghilang dari kampung halamannya. Diduga dia terlibat pengeboman sejumlah gereja di Indonesia.

Monumen peringatan di Bali
◎ 2002
Bom meledak di Sari dan Paddy's Club, Bali. Akibatnya 202 orang korban tewas disini. Muncul nama Dulmatin yang diduga adalah perancang bomnya. Jejak Dulmatin terendus di Poso, lalu kabur ke Filipina. Isteri berserta anak-anaknya juga menghilang dari kampung.

◎ 2005
Dulmatin dikabarkan tewas dalam serangan udara di Pulau Mindanao, Filipina Selatan, Januari 2005. Tapi ternyata Dulmatin selamat. Disana, dia menjadi instruktur di kamp Hudaibiyah. Dulmatin memakai nama samaran Zaid Ali.

◎ 2006
Tentara Filipina kembali mengabarkan soal kematian Dulmatin. Lagi-lagi tidak akurat. Diketahui Dulmatin telah bergabung dengan puluhan militan dari Indonesia, diantaranya Umar Patek. Di Pendaton, mereka sempat membangun kamp sendiri. Lalu bubar, Dulmatin pindah ke Basilan bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf.

◎ 2007
Militer Filipina telah mengabarkan Dulmatin telah terluka, dalam sebuah baku tembak di Jolo, Filipina Selatan pada 16 Januari 2007. Pemerintah Amerika mengumumkan, barang siapa yang bisa menemukan Dulmatin akan diberi hadiah US$ 10 juta.

Bom di Hotel J.W Marriot
◎ 2008
Isteri Dulmatin kembali ke Indonesia dan bermukim di Pemalang bersama enam anaknya. Pada 28 Januari 2010, keluarga ini pindah ke Sukoharjo, Jawa Tengah. Dia bertetangga dengan Zakiyah Darojat, janda Imam Samudra, dan Rina Yudi Astuti, istri Urwah alias Budi Bagus Pranoto.


◎ 2009
Bom meledak di Hotel J.W Marriot dan Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan. Jumlah korban yang tewas tercatat adalah sembilan orang. Hotel J.W Marriot telah dua kali diledakan, sebelumnya pada 5 Agustus 2003, menewaskan 12 orang.

Pada peledakan kedua, keberadaan Dulmatin di Indonesia mulai terendus. Didapat kabar, Dulmatin kesusahan di Filipina. Dia ke Indonesia karena ada yang menjanjikannya dana ratusan juta untuk beroperasi di Filipina. Sembari mengambil dana, dia menyusun kekuatan hingga membantu membuka kamp pelatihan di Aceh.

◎ 2010
Terjadi serentetan penggerebekan pada Febuari - Maret 2010. Dimulai dari kamp latihan di wilayah Aceh Besar. Disini ditangkap belasan tersangka teroris. Kemudian dari pengakuan tersangka, polisi melakukan penelusuran Pamulang, Tanggerang, Banten, dan menangkap sejumlah tersangka teroris. Disini pula petualangan Dulmatin berakhir. Dia tewas ditembak aparat Densus 88.

Desingan Pelor di Lembah Seulawah
Umar Al Farouq
◎ Desember 1999
Umar Al Farouq berkunjung ke Aceh. Wakil Al Qaeda Asia Tenggara berada di Desa Tanjung Baroh, Aceh Utara. Selama tiga hari dia ditemani Fauzi Hasbi Geudong, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Fauzi adalah adik kandung Dr. Muchtar, Wakil Wali Nanggroe GAM, pada masa awal gerakan itu berdiri. Dia ditangkap oleh Kopassus, lalu diketahui berseberangan sikap dengan pemimpin GAM Hasan Tiro. Hasbi kemudian mendirikan Front Mujahidin Aceh.

Selama di Aceh, Al Farouq bicara jihad dan menawarkan bantuan Al Qaeda untuk Aceh. Dia melarang berfoto, wanita dilarang keluar rumah, tak boleh sekolah dan berkerja. Upaya ini gagal, karena di Aceh tidak ada konflik Agama. Perlawanan bersenjata oleh GAM menuntut kemerdekaan Aceh dari pemerintah pusat yang dinilai tidak adil.

◎ Desember 2004
Tsunami meluluh lantakan Aceh. Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Front Pembela Islam (FPI) masuk ke Aceh untuk membantu korban Tsunami. Pemimpin GAM Swedia menolak kedatangan mereka, karena diduga ounya agenda tersembunyi dan tak termasuk organisasi yang kompeten dalam menanggulangi bencana. GAM menyerukan mereka keluar dari Aceh.

◎ 2009
Januari, Front Pembela Islam (FPI) merekrut relawan untuk berjihad ke Palestina dalam rangka melawan serangan Israel ke jalur Gaza. Untuk persiapan, sejumlah mantan relawan akan membekali mereka dengan pelatihan perang dan kemampuan menghadapi musuh. Menurut keterangan ketua FPI Aceh, Yusuf Qardhawi, ada 60 relawan jihad asal Aceh siap diberangkatkan melalui jalan darat lewat Mesir. Belakangan, pengiriman itu gagal karena terbentur masalah biaya.

◎ September 2009 - Januari 2010
Polda Aceh memantau kegiatan orang-orang dari luar Aceh, yang diduga melakukan aktifitas terorisme. Bergerak berpindah-pindah, diantaranya Geumpang, Tangse, Daerah Nagan sampai Aceh Barat. Tiga lokasi ini adalah pegunungan dan hutan di Aceh.

◎ 22 Febuari 2010
Anggota Brimob Polda Aceh, dan sejumlah polisi dari Polres Aceh Besar mengepung Desa Kreung Linteung, Jalin, 16 kilometer dari kota Jantho, Aceh Besar. Diduga ada 50 orang berlatih perang dan 17 diantaranya bersenjata.

Polisi menangkap empat tersangka, Ismet Hakiki (40 tahun), dan Zaki Rahmatullah (37 tahun) asal Padeglang, Jawa barat. Dua lainnya Yudi Zulfahri (27 tahun, warga perumnas Lambhee, Aceh Besar) dan Masykur Rahmat (21 tahun, warga Miruk, Krueng barona Jaya, Aceh Besar).

Polisi menyita barang bukti berupa baju loreng mirip yang digunakan tentara Malaysia, Sangkur, Teropong, dan sejumlah buku-buku bertema Jihad seperti Mimpi Suci di Balik Jeruji Besi karangan Ali Gufron.

Saat penyisiran, Polisi berpapasan dengan pemancing ikan, Kamaruddin (37 tahun), warga Kuta Cot Glie, Aceh Besar, yang berboncengan dengan anaknya Suheri, 14 tahun. Karena tidak mau berhenti, Polisi menembak. Kamaruddin tewas, Suheri luka-luka.

◎ 25 Febuari 2010
Polisi menyisir perbukitan dan menggerebek sebuah rumah di Saree, Aceh Besar. Tiga orang ditangkap, disita senjata M-16 dan AK-47 berserta pelurunya.

◎ 27 Febuari 2010
Pasukan Polda dibantu Densus 88 bergerak ke Lamtamot, Aceh Besar, sekitar 20 kilometer dari Jalin. Ada juga yang bergerak ke Padang Tiji, Pidie. Dua kawasan yang berada di kaki Gunung Seulawah. Beberapa menuju Bandar Baru, Pidie jaya. Polisi membekuk 14 orang yang diduga terkait terorisme.

Polisi membangun pos pos kecil di beberapa desa, diantaranya Meunasah Tunong, Simpang Bayu, Iboeh Tunong di kemukiman Lamkabeu, kecamatan Seulimuem dan di desa Teladan, kecamatan Lembah Seulewah. Di Pidie, Polisi meningkatkan razia kendaraan.

◎ 2 Maret 2010
Polisi melakukan sweeping di tikungan Desa Creung, kecamatan Padang Tiji, menyetop Bus Kurnia pada tengah malam. Tiga penumpang melarikan diri. Tembakan meletus. Satu orang terkapar. Polisi mengklaim dari tas orang ini ada sepucuk senjata M-16 berserta ratusan pelurunya. Belakangan terungkap korban adalah Abdullah. Ternyata, warga Lamtamot, Aceh Besar, menurut keluarganya hanyalah kernet truk dan tukang potong kayu.

◎ 3 Maret 2010
Belasan polisi bersantai di Simpang Bayu, Kemukiman Lamkabeu, Seulimum. Hari itu Nurbahri, 60 tahun, hendak ke ladangnya. Dia menjumpai polisi dan meminta senapan angin yang sebelumnya dipinjam polisi. tiba-tiba muncul segerombolan orang dari arah desa Iboeh Tunong turun ke arah Simpang Bayu. Terjadi baku tembak, tetapi yang terkapar adalah Nurbahri. Sebutir peluru menembus kepalanya.

Polisi jadi korban dalam operasi
◎ 4 Maret 2010
Polisi mulai menguasai Simpang Bayu, Lamkabeu. Mereka menyisir pedesaan yang di kelilingi bukit dan lembah. Senjata menyalak, Posisi penembak tepat di atas bukit ditutupi pepohonan rapat, Aparat kepolisisan berada di hamparan ladang pisang dan pepaya, dibawah bukit, terkena peluru.

Dalam peristiwa itu 11 personil polisi terluka. Korban dari kepolisian yaitu Bripda Darmansyah, Bripda Srihandri Kusumo, Briptu Boas Waosiri (Brimobda Aceh) dan anggota dari Detasemen Khusus Anti Teror 88 (Densus 88).

◎ 6 Maret 2010
Pasukan tambahan dikirim ke lokasi pengepungan teroris yang diduga masih berkeliaran di Aceh.

◎ 8 Maret 2010
Kepala Polisi (Kapolri) Jendral Bambang Hendarso Danuri, mengumumkan Polisi telah menangkap dua tersangka pemasok senjata kepada kelompok teroris di Aceh. Mereka ditangkap di Jawa Barat dan Jakarta. Kini, Polisi terus menyelidiki aliran pasokan senjata tersebut.

◎ 9 Maret 2010
Densus 88 mengepung Ruko Multiplus, Jalan Siliwangi, Tanggerang. Satu orang diduga teroris tewas ditembak dan dua orang di tangkap. selain itu polisi juga mengepung rumah di Jalan Asem, dekat pertigaan Gaplek, Pamulang, Tanggerang, milik Dr. Fauzi. Dua orang diduga teroris tewas ditembak saat hendak kabur. Polisi juga menangkap Dr. fauzi, dan mengatakan, tersangka teroris di Aceh berasal dari kelompok Pamulang ini.





Sumber :
  • Vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.