Minggu, 04 Maret 2012

Brimob Ranger War (1)

☆ KISAH PERANG BRIMOB RANGERS 1 ☆
PERISTIWA PENARIK, MUKO - MUKO, PERTENGAHAN TAHUN 1960 

Hasil wawancara dengan mantan anggota Kompi A Brimob Rangers. (Mei 2008) 
Anton A. Setyawan 
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen UGM 

eristiwa ini diangkat dari pertempuran antara dua peleton pasukan dari kompi A Brimob Rangers pimpinan Aiptu Suwandi (Danton II) dan Aiptu Soepeno (Danton III) dengan satu Batalion pembrontak PRRI/Permesta. Seperti kita ketahui, tahun 1958 muncul pemberontakan PRRI/Permesta dengan pusat di Pekanbaru dan Padang yang dimotori beberapa perwira menengah Angkatan Darat di Sumatera. Inti dari pemberontakan ini adalah ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah pusat di Jakarta.

Pemberontakan dalam skala besar sudah berhasil ditumpas dengan Operasi Tegas dan Operasi 17 Agustus. Pada akhir 1958, semua kota besar di Sumatera, baik Pekanbaru dan Padang sudah kembali ke pangkuan RI, selain itu banyak dari pasukan pemberontak yang menyerah. Namun demikian, sampai tahun 1961 banyak sisa pasukan PRRI. Salah satunya batalion dipimpin Letkol Nawawi yang bergerilya di hutan pedalaman Sumatera. Batalion ini dipersenjatai senjata bantuan Amerika Serikat pada awal 1958. Para prajurit infanteri Sumatera ini semuanya memegang senjata M1 Garand, M1 US Carbine, Thompson submachinegun, serta mortir 60 mm dan 80 mm. Menurut nara sumber dari Kompi A Brimob Rangers, Carbine mereka dari versi jungle popor lipat, yang berarti adalah M1A1 versi paratrooper.

Dua peleton Kompi A Brimob Rangers didaratkan di kawasan Pantai Ipuh pada Mei 1960 dengan kapal pendarat milik Polairud dengan kode lambung 801. Seperti standar pendaratan operasi ampibi, diawali tembakan senapan mesin 12,7mm dari kapal pendarat untuk memastikan tidak ada pembrontak yang menguasai pantai. Setelah penembakan baru satu kompi Brimob Rangers mendarat. Kompi A Brimob Rangers ini dikirim ke Sumatera untuk membantu Brimob Bengkulu yang beberapa minggu sebelumnya dibantai oleh Batalion Nawawi. Satu Batalion Brimob Bengkulu ini mengalami jumlah korban sangat besar karena serangan mendadak (raid) dari pembrontak PRRI. Markas Brimob Bengkulu ini sudah mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan didalam markas hanya tinggal tesisa beberapa anggota yang selamat dari serangan dadakan tersebut.

Pasca pendaratan, dua kompi Brimob Rangers melakukan konsolidasi di pantai dan langsung mengejar gerombolan pemberontak yang berlokasi di Kecamatan Ipuh. Mereka kemudian bergabung dengan satu Batalion TNI AD dari Bangka Belitung dibawah komando Letkol Dani Effendi, Brimob Rangers difungsikan sebagai peleton pengintai dengan jarak lima kilometer di depan Batalyon Infanteri.

Masuk perbatasan Sumatera Selatan, peleton 1 bertemu dengan kompi terakhir Batalion Ahmad Lubis, dan terjadi kontak senjata pertama. Anehnya, posisi peleton 1 justru mengejar satu kompi pemberontak. Pada saat hari menjelang malam, ada teriakan dari pasukan pemberontak "istirahat makan.......!!!". Sangat aneh, pada saat kontak senjata seru, musuh menyerukan untuk istirahat dulu. Permintaan ini dituruti oleh Danton 1 Brimob Rangers karena kedua pasukan dihalangi sungai sehingga percuma juga untuk menyerang. Selain itu pasukan butuh istirahat setelah hampir beberapa hari bergerak sambil terus melakukan kontak senjata.

Pada akhirnya, peleton 1 sampai di daerah Penarik, Muko-Muko (saat ini menjadi daerah transmigran).Pada jam 17.00, Agen Polisi Ristoyo mendengar kokok ayam jantan di tengah hutan. Hal ini aneh karena biasanya yang terdengar adalah ayam hutan. Setelah melapor kepada Danton, dua prajurit Rangers dari peleton 1 merayap menuju arah suara tersebut, ternyata kompi staf batalyon dan beberapa kompi lain dari pemberontak sedang beristirahat. Musuh yang beristirahat diperkirakan berjumlah 300 orang, sedang menunggu giliran menyeberang sungai.

Peleton 1 segera mengambil posisi menyerang. Pada saat itu (1960) Brimob Rangers yang menggunakan Carbine, submachine gun Carl Gustav dan Bren MK3. Persenjataan dan posisi pasukan dipersiapkan oleh Danton sebaik mungkin. Kemudian Danton memberikan komando, tembak....!!! Desing peluru dari senapan anggota peleton 1 berhamburan. Pada tembakan magasen pertama, mereka masih membidik dengan baik sesuai teori. Namun pada magasen kedua dan selanjutnya penembakan reaksi lebih banyak dilakukan, karena pertempuran terjadi pada jarak dekat, selain itu hari sudah malam sehingga posisi musuh hanya bisa diketahui dari bunyi tembakan balasan mereka.

Pada awal posisi pertempuran, jarak antara pasukan musuh dengan peleton 1 Brimob Rangers sekitar 300 m, namun yang terjadi kemudian adalah pertempuran jarak dekat. Jarak antara Brimob Rangers dan musuh menjadi sekitar 5-6 m. Pertempuran yang terjadi tanpa garis pertahanan. Balasan dari musuh dengan berbagai senjata ringan sangat hebat, namun tampaknya mental bertempur mereka sudah jatuh karena banyak pewira yang tewas. Tentara PRRI dengan perlengkapan lengkap yaitu Bazooka berhasil melepaskan beberapa tembakan dan memakan korban Agen Polisi Suharto yang terkena pecahan peluru Bazooka di punggungnya. Korban lain adalah Brigadir Fattah yang terkena tembakan pada kakinya. Akhirnya setelah 1,5 jam, pertempuran usai dan musuh mundur. Peleton 1 tidak mengejar karena kelelahan. Setelah mengatur giliran jaga, anggota peleton 1 tidur di lokasi yang sebelumnya menjadi medan petempuran.

Beberapa menit setelah kontak selesai, dua orang anggota pasukan PRRI melakukan perembesan masuk ke daerah pertahanan peleton III dengan membawa senjata Garand. Bigadir Ketut Wahadi, Danru 1 Peleton III yang mengetahui hal itu, spontan membidikkan senjata Jungle-nya dan dua tembakan dilepaskan tepat mengenai kepala kedua tentara PRRI. Anggota regu 1 lain mengambil posisi tiarap dan menunggu penyusup lain, ternyata tidak ada tentara PRRI yang menyusul, hanya dua prajurit malang itu.

Pagi harinya, anggota peleton 1 menghitung jumlah korban dan senjata yang ditinggalkan. Ada sekitar 60 mayat pasukan musuh dan ada sekitar 10 perwira tewas. Senjata yang diringgalkan adalah puluhan M1 Garand, mortir dan Bazooka. Para anggota peleton 1 Brimob Rangers lega, karena musuh hanya sebentar menggunakan senjata tersebut. Jika senjata digunakan secara optimal ceritanya bisa lain. Agen Polisi Kartimin terkaget-kaget karena tempat yang ditidurinya semalam dekat dengan mayat pemberontak. Dalam pertempuran ini tidak ada satupun prajurit Brimob Rangers yang tewas, hanya dua korban luka Selanjutnya korban luka dibawa ke Palembang untuk perawatan.


Sumber :
  • scribd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.