Minggu, 04 Maret 2012

OV-10 Bronco TNI AU

Tiga unit Bronco TNI AU  melaksanakan latihan rutin terbang formasi

☆ OV-10 Bronco, Si Kuda Liar

OV-10 Bronco adalah pesawat militer ringan berbaling-baling bermesin ganda buatan North American Rockwell sebagai pesawat serang ringan dan pesawat angkut ringan. Pesawat ini dikembangkan pada tahun 1960-an sebagai pesawat khusus untuk pertempuran COIN (Counter-Insurgency) atau anti-gerilya. Walaupun memiliki sayap tetap, kemampuannya mirip dengan kemampuan helikopter serbu berat yang cepat, mampu terbang jarak jauh, murah dan sangat dapat diandalkan.

OV-10 Bronco mampu terbang pada kecepatan sekitar 560 km/jam, memuat bahan peledak eksternal seberat 3 ton, dan mampu terbang tanpa henti selama 3 jam atau lebih. Pesawat ini berharga karena kemampuannya dalam mengemban berbagai misi, memuat berbagai macam senjata dan kargo, area pandang pilot yang luas, kemampuan terbang dan mendarat di landasan yang pendek, biaya operasi yang murah dan kemudahan dalam perawatan. Dalam banyak kejadian, pesawat ini mampu terbang baik hanya dengan menggunakan satu mesin.

Teknisi sedang memasang persenjataan Bronco
Selepas kegagalan operasi bersandi Peace Pony I dan ll yang dilakukan Amerika guna meningkatkan kemampuan tempur TNI AU, Indonesia memutuskan untuk mengakuisisi pesawat COIN (Counterinsurgency) terbaru yang ada yaitu pesawat OV-10. Indonesia merancang sendiri persenjataan untuk melengkapi pesawat tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan. Maka tercipta­lah pesawat OV-10 dengan empat senapan mesin kaliber 7,62 mm, mampu membawa amunisi di luar badannya seberat 750 kg, mulai dari bom 100 Kg sampai 250 Kg jenis ZAB, MK-28, OFAB dan bisa disiapkan dengan peluncur roket FFAR. Serta mampu beroperasi dan landasan pendek bila perlu dan landasan rumput dan diberi registrasi OV­10F Bronco. Persyaratan teknis inilah yang akhirnya disetujui Amerika, namun kemampuan ini ternyata lebih ditingkatkan lagi oleh Indonesia dengan mengganti senapan mesin M60 kaliber 7,62 mm menjadi 12,7 mm, langkah progresif untuk pesawat yang mempunyai dua mesin ini.

Dari sisi sejarahnya Bronco yang dibeli oleh TNI AU sebanyak 16 unit merupakan pengganti bagi pesawat tempur P-51D Mustang yang sudah grounded. Salah satu yang membuat TNI AU tertarik kepada Bronco adalah kesuksesannya saat dioperasikan dalam Perang Vietnam. Proses pembelian Bronco seperti prosedur standar langsung dilakukan di AS sekaligus melaksanakan pendidikin para awaknya di negeri Paman Sam itu.

☆ Persiapan pengadaan


Untuk mengakuisisi pesawat Bronco persiapan dilakukan dengan menyeleksi pilot dan teknisi serta tes bahasa Inggris mengingat pendidikan semuanya akan dilakukan di Amerika. Dari sekian banyak personel TNI AU terpilih 24 teknisi dan 10 pilot, cukup guna mempelajari pesawat OV-10. Sebelumnya kebanyakan teknisi berbasis teknologi pesawat Mustang. Untuk para pilot tidaklah sulit beradaptasi terbang dengan pesawat baru, semakin baru pesawat semakin mudah diterbangkan.

Kendala justru akan ditemui para teknisi mengingat pesawat OV-10 sudah memakai generasi baru balk mesin maupun avioniknya. Mesin sudah mengadopsi turboprop sebelumnya para teknisi hanya mengenal mesin piston. Semua teknisi belajar dulu bahasa Inggris Tehnik di Lackland AFB selama dua bulan lalu ke Patrick AFB, Florida yang lebih dikenal dengan sebutan United State Air Force Eastern Test Range. Di tempat inilah para teknisi belajar bagaimana mempersiapkan pesawat, memasang amunisi, me-recover serta merawat pesawat sampai tingkat sedang. Sebuah pendidikan yang begitu lengkap dan bermanfaat.

Sementara itu para pilot setelah belajar bahasa di Lackland AFB, melanjutkan pendidikan di Randolph AFB terus ke Eglin AFB dan bergabung dengan teknisi Patrick AFB. Di tempat inilah pilot dan teknisi belajar bersama di bawah bimbingan para instruktur Amerika untuk mengoperasikan pesawat OV-10F Bronco sebagai alat utama sistem senjata utamanya sebagai pesawat COIN. Dan pengalaman para teknisi dan pilot. ternyata pesawat ini mempunyai sistem yang lebih sederhana bahkan dapat beroperasi stand alone jauh dari home base tanpa bantuan peralatan khusus termasuk saat start engine dapat memakai baterai dalam – sungguh pesawat yang cocok buat Indonesia.

☆ Proses Kedatangan


KSAU Marsekal Ashadi Tjahyadi menginspeksi persenjataan Bronco dalam Operasi Seroja.

Secara bergelombang pesawat dikirim ke Indonesia lewat penerbangan yang melelahkan dengan rute San Fransisco – Honolulu – Guam – Manado – Halim. Gelombang pertama sebanyak tiga unit datang di Halim pada 28 September 1976. Pesawat yang diberi registrasi S-101, S-102 dan S-103 ini langsung bergabung dengan tim demo udara yang pada tanggal 5 Oktober 1976 akan mengadakan demo udara dalam rangka hari jadi ABRI yang dipusatkan di Parkir Timur Senayan. Tampilan pertama OV-10F Bronco di hadapan publik telah menguras perhatian masyarakat dan membuat bangga militer Indonesia – sejak saat itulah TNI AU telah mempunyai taring yang tajam (lagi) yaitu adanya pesawat bersenjata jenis Bronco. Tampil pertama kali di hadapan publik pesawat langsung diberangkatkan ke Bacau guna melaksanakan operasi militer.

Gelombang kedua datang tiga pesawat pada tanggal 13 November 1976, gelombang ketiga datang tiga pesawat pada tanggal 17 Desember 1976 lalu tiga pesawat pada tanggal 16 Februari berikutnya dua pesawat pada tanggal 16 Maret 1977 dan terakhir dua pesawat tiba pada 17 Mei 1977, semuanya memakai registrasi S-115 dan S-116. Belakangan registrasi pesawat diubah menjadi TT-1001 s/d TT-1016, yaitu Tempur Taktis. Perubahan registrasi ini membawa konsekuensi logic atas tugas yang diemban pesawat Bronco. Hampir dalam semua operasi kamdagri yang bersifat taktis kehadiran Bronco selalu ditunggu pasukan darat.

☆ Pindah Kandang

Latma dengan pilot-pilot Thailand
Selama menjadi pesawat tempur yang menjadi andalan bagi TNI AU sempat pindah kandang setelah kehadiran F-16. Teman baru Bronco itu ternyata menempati Skadron Udara 3 sehingga Bronco dimutasikan menjadi kekuatan udara Skadron Udara 1. Sesuai sejarahnya Skadron Udara I sejak tahun 1977 melalui surat keputusan KASAU Nomor Skep /37/VII/ tahun 1977 tertanggal 23 Juli 1977 telah dibekukan karena ketiadaan pesawat.

Hadirnya Bronco secara otomatis langsung mengaktifkan Skadron Udara 1. Pengaktifan kembali Skadron Udara 1 itu ditandai dengan upacara militer di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh yang dipimpin oleh KASAU Marsekal TNI Siboen. Pada perkembangan berikutnya setelah Bronco tidak operasional Skadron Udara I kekuatan pesawatnya diganti dengan jet tempur moderen buatan Inggris, Hawk 100/200.

Hampir tidak ada operasi kamdagri tanpa kehadiran si Kuda Liar. Sebut saja Operasi Seroja (1976-79), Operasi Tumpas 1977-78), Operasi Halilintar 1979), Operasi Guruh dan Petir 1980), Operasi Kikis Kilat (1980-81), Operasi Tuntas (1981-82), Operasi Halau (1985-97), Operasi Rencong Terbang (1991-93), dan Operasi Oscar (1991-92). Selain itu setiap tahun berlangsung latihan satuan. Penugasan Bronco ke luar negeri juga sering dilaksanakan mulai dari Elang Thainesia, Elang Malindo dan Elang Indopura, kesemuanya ini menjadikan para pilot OV-10F sebagai pilot yang bau mesiu.

OV-10 Bronco di atas gunung yang berada di Malang
Ulah GPK (Gerakan Pengacau Keamanan) kerap harus dihadapi dengan tindakan tegas, salah satunya dengan opsi militer. Dari sekian banyak cara untuk mematahkan aksi GPK, boleh jadi harus mencontoh kehebatan pesawat tempur OV-10F Bronco, sebagai pesawat dengan turbo propeller (baling-baling), Bronco sangat pas untuk misi anti gerilya dengan kecepatan yang tak terlampau tinggi, pas untuk ”menghabisi” secara akurat titik-titik konsentrasi pasukan gerilya GPK.

Bronco tergolong pesawat yang punya reputasi tempur tinggi, tak cuma di kancah perang Vietnam, di Indonesia sendiri pesawat yang dijuluki ”Kampret” ini punya reputasi yang memukau dalam banyak medan tempur. Kiprah terbesarnya tak lain saat memberikan BTU (bantuan tembakan udara) saat operasi Seroja melawan pasukan Fretilin di Timor-Timur, kemudian Bronco juga terlibat aktif dalam mendukung operasi penumpasan GPK Aceh Merdeka. Dan masih banyak operasi lain yang melibatkan Kuda liar ini.

Status OV-10 Bronco TNI AU
Kini si Kuda Liar sudah menjadi jinak, seperti yang terlihat di halaman Museum Mandala Dirgantara, Yogya. Pesawat registrasi TT-1015 mewakili teman-temannya untuk dapat dilihat keperkasaan semasa masih dinas aktif. Ini merupakan pesawat OV-10F Bronco bernomor ganjil yang “selamat”, lainnya registrasi TT-1001, TT-1003, TT-1005, TT-1007, TT-1009, TT-1011 dan TT-1013 telah total lost di berbagai tempat karena latihan dan tugas.

Untuk itulah pesawat Bronco TT-1015 ini dipasang logo Skadron 3 dan Skadron 1, unit OV-10 dan Skadron 21, satu-satunya pesawat militer TNI AU yang paling banyak berpindah domisili, paling banyak dalam penugasan dan paling lama dioperasikan (38 tahun sejak 1976 hingga 2004).

Penerjunan pasukan dari "pantat" Bronco
Untuk melindung pilot dan navigator dari terjangan peluru lawan, canopy depan dan lantai dasar Bronco dibalut lapisan anti peluru. Bronco juga punya kemampuan untuk menerjunkan pasukan. Dari semua negara pengguna Bronco, termasuk US Air Force dan US Navy, baru Indonesia yang pernah melaksanakan dropping pasukan. Salah satunya pernah diadakan ”combat free fall” dengan jumlah empat orang dari ”pantat” Bronco. Untuk misi jarak jauh, kompartmen di bagian ”pantat” bisa disulap sebagai tanki bahan bakar, seperti digunakan saat penerbangan ferry Bronco dari AS menuju Indonesia.

Dengan usia terbang yang lebih dari 30 tahun, membuat terbang Bronco lumayan berisiko, terakhir sebuah Bronco jatuh pada bulan Juli 2007 di area persawahan di kota Malang, dua awaknya dilaporkan tewas. TNI-AU pun tengah menunggu untuk mendapatkan pengganti Bronco, kandidat yang diajukan adalah EMB-314 Super Tucano dari Brazil dan KO-1 dari Korea Selatan.

OV-10F Bronco TNI-AU
Dengan kecepatan terbang yang rendah, Bronco pas untuk aksi COIN (Counter Insurgency), tapi bisa jadi buah simalakama bila menghadapi senjata penangkis serangan udara. Dengan kecepatan terbang yang rendah Bronco bisa jadi santapan empuk meriam dan rudal anti pesawat. Hal inilah yang menjadi kendala Bronco saat beraksi dalam perang Vietnam.

Sampai perang Teluk di tahun 1992, Bronco tetap eksis digunakan oleh US Marine sebagai pesawat intai. Berbeda dengan Bronco milik TNI-AU, Bronco milik US Marine dilengkapi alat pengintai canggih, kamera terintegrasi, radar, FLIR (Forward Looking Infrared) dan lebih hebat lagi Bronco US Marine bisa menggotong rudal udara ke udara Sidewinder. Sayang Bronco TNI-AU tak sempat di upgrade untuk persenjataan lebih canggih. Selain Indonesia, Bronco juga dipakai oleh Jerman, Thailand, Venezuela dan AS tentunya. 

Markas Besar (Mabes) TNI AU akhirnya memutuskan pengganti pesawat OV-10 Bronco yang dikandangkan medio 2007 lalu. "Penggantinya EMB-314 Super Tucano dari Brazil. Sudah ada keputusan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU)," ujar Wakil KSAU Marsdya I Gusti Made Oka disela-sela peringatan HUT TNI AU ke-62 di Jakarta, Rabu (9/4/2008).

Spesifikasi OV-10F Bronco
  • Produsen : North American, Rockwell International
  • Kru : 2
  • Lebar sayap : 12,9 meter
  • Tinggi : 4,62 meter
  • Berat kosong : 3,127 Kg
  • Berat Max Take off : 6,522 Kg
  • Mesin : 2 x Garret T76 G-410/412 turboprop, 715 hp (533 kW) each
  • Kecepatan Max : 452 Km / jam
  • Jarak Tempuh : 358 Km

Pengguna selain Indonesia
  • Amerika Serikat
  • Jerman Barat
  • Thailand
  • Venezuela


Sumber :
  • sejarahperang
  • indomiliter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.