Senin, 26 Maret 2012

✪ Senapan Serbu Nasional

♛ Cikal Bakal Senapan Serbu Nasional

senapan serbu Beretta BM-59 Mk.1 (SP-1)
    Sebelum lahirnya senapan serbu kebanggaan Nasional SS-1 (1984) dan SS-2 (2002), maka senapan serbu laras panjang atau assault rifle pertama buatan dalam negeri adalah senapan SP-1 (Senapan Panjang 1) yang merupakan modifikasi dari senapan serbu Beretta BM-59 Mk.1 buatan Italia dengan amunisi kaliber 7,62 mm.

    SP-1 ini dipilih menjadi senapan serbu infanteri masa itu. pada waktu 1968 sampai 1974, PSM (Pabrik Senjata dan Mesiu, nama lama PINDAD) telah memproduksi sekitar 50.000 pucuk senjata SP-1. Kemudian senjata ini di kembangkan lebih lanjut menjadi SP-2 maupun SP-3.

senapan serbu Armalite AR18 (SS-77)
    Senapan serbu SP-1 ini diterjunkan dalam operasi seroja untuk menyatukan Timor Timur kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun ternyata banyak kendala di temui di lapangan yang di keluhkan para prajurit yang bertempur di medan operasi. Mulai dari selongsong yang tidak keluar, picunya copot hingga kompesatornya lepas.

♛ Jalan Pintas

    Dari pengalaman di lapangan tersebut, maka tercetuslah ide pengembangan senjata baru pada tahun 1976 yang lebih mumpuni. Setahun kemudian lahirlah prototipe senapan serbu baru bernama SS-77 (Senapan Serbu 1977). Desain senjata ini mengacu pada senapan serbu Armalite AR18 dengan sistem  mekanik gas operated, dan kapasitas peluru dalam magasen sebanyak 30 butir dengan kaliber 5,56 mm.

    Selain versi standar SS 77 juga dikembangkan untuk versi Para berlaras pendek dan menggunakan popor lipat. Mode penembakan juga bervariasi menjadi mode Safe, Semi dan Auto. Tahun 1979 senapan serbu ini kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan peluru kaliber 7,62 mm menjadi SS-79 (Senapan Serbu 1979). Keberhasilan pengembangan senjata ini, pihak AD dan Hankam tertarik untuk menjadikannya sebagai senjata standar infanteri .

    Berdasarkan pertimbangan BPPT tahun 1982, bahwa untuk memproduksi sendiri senapan ini dari awal, memerlukan waktu delapan tahun dan biaya litbang yang tinggi, maka diputuskan untuk membuat lisensi senjata yang sudah ada di pasaran yang terbukti tangguh dan kehandalannya di lapangan.

    Akhirnya tersaring tiga jenis senapan serbu dari enam yang di uji coba. yaitu HK33 (Jerman), M16A1 (Amerika) dan FNC (Belgia). Uji coba dilakukan untuk melihat ketangguhan dan kehandalannya temasuk akurasi, daya rusak, jarak jangkau maupun daya tahan terhadap iklim tropis di negeri kita.

♛ Senapan Serbu Modern



Senapan Serbu 1 Pindad
    Pada awalnya senjata jenis HK 33 menjadi favorit TNI, tapi karena teknologi yang rumit dan mahal, dengan tidak menggunakan sistem mekanik gas operated tapi sistem delayed blow back. Juga beberapa part yang tidak bisa di buat dalam negeri. Akhirnya FNC menjadi pemenang senjata modern infanteri TNI.

    Keputusan memilih FNC, dikarenakan kemudahan yang diberikan prinsipal dari Belgia untuk alih teknologi dan akan dilimpahkan ke PT Pindad. Pertimbangan lainnya karena senapan serbu ini menggunakan peluru standar NATO, yaitu peluru inti baja atau disebut Full Metal Jacket.


Senapan Serbu 2 Pindad
    Berbeda dengan M16A1 buatan Amerika ini yang persyaratannya lebih ketat dan spare part yang harus import langsung dari Amerika, serta musti dapat izin dari kongres untuk mempergunakannya di luar Indonesia dan maksimal produksi pun dibatasi hanya 150.000 pucuk saja. Pastinya ini membuat kemunduran jika kita mengadopsi senjata tersebut, karena rawan embargo dan tidak mandiri.

    Selanjutnya berdasarkan kesepakatan BPPT yang mewakili Indonesia bersama FN Herstal SA, Belgia sebagai prinsipal tahun 1983, PT Pindad akan memproduksi minimal 200.000 pucuk sebagai syarat yang ditentukan FN. Setelah itu tidak perlu lagi membayar royalti kepada prinsipal. Senjata sebanyak itu di rencanakan akan di produksi selama 10 tahun.

    Pada tahap awal senjata ini di datangkan langsung dari Belgia. Baru tahun1984 setelah jalur produksi beres, senapan serbu FNC resmi diproduksi di Pindad dengan memakai nama SS-1 (Senapan Serbu 1). Hingga tahun 1990 sudah 60% komponen yang bisa dihasilkan pabrik Pindad, Bandung sisanya masih buatan FN Herstal Belgia.

PM2 Pindad
    Selain di gunakan untuk kebutuhan TNI, diluar perkiraan orang ternyata Pindad berhasil mengekspor senapan tipe SS1-V1 ke luar negeri. Negara pengimpor senjata Pindad adalah Uni Emirat Arab pada tahun 1991, kemudian Kamboja tahun 1992, Sementara itu Negara Nigeria merupakan pengimpor terbanyak antara tahun 1990-1998 sebanyak hampir 3.000 pucuk senjata.

    Keberhasilan inipun di dukung dengan sering menangnya pasukan TNI menggunakan SS-1 dalam perlombaan tembak antar negara dan selalu menjadi juara umum. Dengan demikian terbukti senjata ini layak dan handal. Produk Pindad pun layak disandingkan dengan senjata produksi dunia lainnya.

    Selanjutnya Pindad telah berhasil mendesain dan membuat senjata sendiri bernama SS-2 dan telah diproduksi dan dipakai oleh TNI.


Sumber :
    ⌂ Majalah Angkasa

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.