Rabu, 25 April 2012

Ada Gula, Ada Semut, Ada Lebah Madu

Stromer Starstreak
Kunjungan kenegaraan PM Inggris David Cameron ke Jakarta tanggal 11-12 April 2012 menyiratkan betapa manisnya sosok gadis yang bernama alutsista yang harumnya sampai ke mancanegara. Dalam sebuah wawancara dengan media nasional sebelum kedatangannya di Jakarta PM Cameron mengatakan, lupakan masa lalu mari menjemput masa depan yang lebih baik. Kalimat ini adalah sebuah rayuan agar si gadis mau melupakan masa lalu yang pahit manakala dia disia-siakan dan ditelantarkan.

Semua ini terkait dengan dengan “luka hati” si alutsista ketika dengan seenaknya jet tempur ringan Hawk buatan Inggris pesanan RI ditelantarkan di Bangkok Thailand akhir tahun 90an karena diputus sepihak tanpa menyertakan kearifan mengantar sampai Jakarta baru diputus gitu loh. Belum lagi ketika Scorpion melakukan “jalan-jalan militer” di Aceh tahun 2003 tiba-tiba saja datang perintah, jangan pakai Scorpion kata London. Sakit hati si alutsista belum pulih.

PM Inggris itu memang perlu datang ke Jakarta untuk merayu karena Jakarta menyimpan gula alutsista yang legit dan harum. Inggris saat ini memang lagi melakukan langkah ofensif untuk jualan alutsistanya setelah Typhoon mengalami kekalahan telak dalam tender jet tempur medium multi combat untuk Angkatan Udara India. Inggris pun datang menawarkan alutsistanya, dan memastikan salah satu alutsistanya rudal starstreak jadi dimiliki dan digelar di beberapa batalyon Arhanud akhir tahun ini.

Lalu ada pesawat angkut berat A400M buatan Airbus Military yang mampir ke Air Base Halim Jakarta untuk unjuk kerja dan unjuk performansi. Meski dibantah tapi kita meyakini bahwa Typhoon juga ikut ditawarkan untuk perkuatan TNI AU. Beberapa tahun lalu ketika Menhan AS datang dan menawarkan 6 F16 blok 52 ke RI untuk memperkuat skuadron F16 kita, dibantah juga dengan mengatakan bahwa kita belum menganggarkannnya. Tapi dua tahun berselang yang terjadi adalah kita dapat 24 F16 blok 52 upgrade dari Paman Sam plus 6 pesawat “suku cadang”.

Setelah David Cameron, Presiden Kazakhtan Nur Sultan Nazarbayev datang mencari sisa gula yang mungkin masih bisa dimanfaatkan berupa peluang kerjasama. Memang sih baju release setiap kunjungan beberapa kepala pemerintahan negara sahabat ke Jakarta warnanya multi dimensi. Tapi sejatinya ada gula penarik yang membawa misi bisnis para kepala negara itu ke RI apalagi kalau bukan si rupawan alutsista yang seksi itu.

Kalau tidak ada halangan Juni mendatang Kanselir Jerman Angela Merkel datang berkunjung ke Indonesia. Boleh jadi kunjungan ini akan membuat kejutan baru bagi peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara yang memang sudah terjalin baik selama ini. Salah satu kejutan itu bisa saja ada di alutsista paling strategis di laut yaitu kapal selam. Saat ini kita punya 2 kapal selam eksisting buatan Jerman yang sudah di retrofit Korea Selatan. Sudah pula pesan 3 kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan. Kapal selam pertama selesai tahun 2015 dan yang ketiga di PAL tahun 2018. Artinya tahun 2018 kita punya 5 kapal selam, tapi jangan lupa pada saat yang sama KRI Cakra pada tahun itu kondisinya sudah menurun jauh.

Sangat dimungkinkan ada tambahan 2 kapal selam baru U214 dari Jerman yang memiliki saudara sepupu U209 Cakra Class dan sepupu yang lain Changbogo Class yang sedang dibuat di Korea Selatan. Kapal selam Changbogo ini menurut petinggi TNI AL adalah U209 dengan rasa U214. Maksudnya rancang bangun badannya tetap memakai konstruksi U209 tetapi dalemannya setingkat U214. Seperti diketahui bahwa sampai dengan tahun 2020 TNI AL mengharap target 8 kapal selam bisa dipenuhi. Dengan asumsi pada tahun itu kapal selam Cakra Class yang berjumlah 2 unit sudah dianggap uzur maka pemenuhan target untuk 10 kapal selam RI bisa dipenuhi dengan pengadaan paralel kapal selam dari satu perguruan yang sama HDW Jerman.

Kerjasama pengadaan alutsista dengan beberapa negara sahabat apakah melalui metode beli murni atau transfer teknologi, dalam waktu dekat ini sudah menjelang panen raya. Tahun ini saja kita akan kedatangan beberapa unit Super Tucano, UAV, F16, T-50, Sukhoi, Helikopter serang, rudal darat ke udara. Sampai dengan tahun 2014 panen raya alutsista itu segera mengisi kesatrian TNI dalam jumlah dan jenis yang sangat menggembirakan dan membanggakan. Ini termasuk dengan alutsista buatan dalam negeri seperti Panser Anoa, Kapal Cepat Rudal, Kapal Trimaran Rudal, Roket Rhan dan lain-lain.

Tentu anggaran alutsista TNI yang dikucurkan itu menjadi magnet yang menarik negara-negara lain untuk mencari perhatian dan menarik simpati bagi RI. Tapi sejatinya negara-negara itu hanya berperan sebagai semut kecuali Korea Selatan, dan Cina yang mengambil peran sebagai lebah madu. Dia ambil gula itu tapi kemudian dia bagikan juga sebagai bagian dari transfer teknologi untuk memintarkan kita cara membuat produk, tidak sekedar memakai produk. Korea berbagi ilmu teknologi jet tempur, kapal selam, panser canon. Bahkan menghibahkan beberapa alutsista yang dia miliki, misalnya kendaraan amfibi LVT-7 dan 1 skuadron jet tempur F5E. Cina juga mau berbagi ilmu teknologi rudal, sebuah ilmu yang sangat sulit dicari di semua universitas alutsista di seluruh dunia. Rudal C705 menjadi batu loncatan untuk pengembangan teknologi rudal segala matra, dan itu sudah diambang pintu.

Meski masih banyak negara yang cari perhatian itu hanya memerankan diri sebagai semut, tidaklah menjadi sebuah persoalan bagi kita. Misalnya kita beli Sukhoi karena untuk menyetarakan kemampuan teknologi pertempuran udara. Atau beli MBT untuk menyamakan posisi gahar dengan negara jiran. Itu semua bagian dari strategi untuk memenuhi kebutuhan alutsista kita yang ketinggalan jaman. Seiring dengan itu kita pun sedang menyiapkan dan membangun industri alutsista segala matra. Dan itu memerlukan waktu. Dan itu memerlukan kesabaran. Ketika saat itu akan tiba dan tidak lama lagi, maka peran semut tadi semakin berkurang tapi tidak bisa juga hilang sama sekali, namanya juga semut pasti akan mencari gula. Tetapi peran lebah madu yang banyak bermanfaat itu diniscayakan merupakan menu utama yang disajikan dalam setiap pengadaan alutsista kita karena kita telah menghasilkan madu sendiri untuk TNI kita.

Jagvane / 23 April 2012/Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.