Minggu, 15 April 2012

Dari Kongo sampai Aceh

Bagi Yonkav 7 keluar masuk medan tempur serta tugas mendadak sudah jadi makanan harian. Tak hanya berlaku di wilayah Ibukota, melainkan juga siap beraksi ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan hingga luar negeri. Berikut sejumlah pengalaman prajurit Pragosa Satya di medan tugas.

Yonkav 7 (Foto jericholeimena)
Hanya dalam tempo enam bulan setelah diresmikan, Yonkav 7 langsung mendapat perintah operasi. Seluruh Batalyon di kerahkan ke Kongo sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB, Kontingen Garuda III.

    Tepatnya 19 Februari 1963, kontingen diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menumpang kapal TNI AD, ADRI XIV. Untuk sampai ke tujuan awal yaitu Mombawa, mereka mesti berlayar selama sebulan.

    Begitu sampai tujuan kekuatan Yonkav 7 dibagi dua. Pertama di Jadotville (sekarang Likasi) dan sisanya di Elisabethville (sekarang Lubumbasbi). Seperti diungkap Serma (Pur) H Misdi, salah satu personil Yonkav 7 yang turut bertugas di Kongo. Saat itu bisa di bilang semua kekuatan Batalyon di libatkan. Termasuk armada panser Ferret, Saladin dan Saracen. "Tapi kita sering menggerakan Ferret dan Saracen," ujar Misdi yang masuk bagian Kompi A Peleton 1. Kegiatan sehari-hari adalah patroli di wilayah rawan konflik serta penyapuan ke desa-desa untuk menjaring senjata.

    Penugasan Misdi ke Kongo bukan yang terakhir. Tahun 1985 kembali dirinya dikirim ke medan operasi di Timor Timur. Dalam operasi di Timtim, Yonkav menggunakan sekitar 13 panser V-150 yang penempatannya disebar ke beberapa titik seperti Bacau dan Dili.

    Misi yang diemban beragam. Mulai dari pengawalan logistik dan personil maupun bantuan perkuatan bagi pergerakan infanteri. "Kami memakai dua panser, untuk pengawalan. Satu didepan sisanya di belakang. Biasanya panser terdepan bergerak terlebih dahulu." Selain misi pengawalan, Misdi pernah diperintahkan membantu pasukan Yonif 516 Brawijaya yang terjebak di pedalaman Viqueque. Di situ kami berfungsi sebagai pembuka jalan dan sekaligus membantu tembakan pada posisi yang mencurigakan.

 ⚔ Aceh

    Melaksanakan tugas yang menyerempet bahaya juga pernah dilakukan Sertu Adji Yudhono saat Yonkav 7 di terjunkan ke Aceh, 2003. Anggota Kiser 73 (Kompi Serang 73) ini di tempatkan di sektor B, wilayah sekitar Banda Aceh berserta empat panser VAB plus sepasang panser varian intai V-150. Kejadian cukup unik terjadi saat satuan dikerahkan ke Sireuen, 20 km dari Banda Aceh, untuk melakukan penyapuan. Dalam pergeseran itu dikerahkan sebuah panser VAB dan V-150 intai plus dukungan dari pasukan Yonif 112 Kodam Iskandar Muda. Kedua panser parkir sedemikian rupa pada mulut tikungan untuk mencegah kemungkinan penerobosan.

    Taktik ini terbukti manjur. Apalagi kondisi saat itu sudah mulai gelap. Dari arah mulut tikungan muncul dua orang naik sepeda motor berboncengan yang dengan tiba-tiba melepaskan tembakan. "Rupanya mereka kaget dan tak menyangka kalau disitu ada panser TNI." cerita Adji.

    Seketika itu juga TNI membalas tembakan. "Senapan M-60 juga ikut menyalak." Hasilnya satu orang roboh di tempat, sementara yang lain walau akhirnya tertangkap, sempat melarikan diri. Dalam peristiwa itu sempat disita sepucuk pistol Smith & Wesson buatan AS. Sebagai catatan, Yonkav 7 menurunkan satu kompi dan dukungan 13 unit panser dalam operasi pemulihan keamanan di Aceh (NAD) mulai tahun 2002 sampai 2005.


Sumber :
    ◆ Commando, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.