Rabu, 18 April 2012

KRI Ratulangi

  Induk Semang Kapal Selam TNI AL


KRI Ratulangi

Untuk segmen kapal permukaan, sebenarnya ada beberapa nama kapal perang TNI AL lainnya yang juga fenomenal di masa tersebut. Sebut saja salah satunya adalah KRI Ratulangi (RLI), kapal yang disebut kapal tender kapal selam ini punya peran penting pada masa operasi Trikora sampai operasi Seroja di tahun 70-an.

Di Era Trikora, Indonesia mempunyai alutsista yang membuat negara tetangga segan, Di Udara kita mempunyai pesawat-pesawt yang canggih di masa itu, bahkan ada beberapa pesawat yang hanya dipunyai pembuatnya dan tidak dijual ke negara manapun, hanya ke Indonesia.

Di Laut pun kita mempunyai kapal berbagai jenis, termasuk 12 kapal selam kelas Wishkey buatan Uni Soviet. Karena membutuhkan alutsista yang mumpuni, maka Indonesia berusaha melobi negara maju seperti Amerika dan Rusia.

Untuk mengoperasikan armada kapal selam tersebut, Indonesia memerlukan kapal yang khusus mendukung dan mengontrol operasi taktis kapal selam, semacam kapal induk kapal selam. Karenanya ALRI membeli kapal khusus untuk keperluan kapal selam dari Uni Soviet bernama Kapal Ratulangi. Keberadaannya sangat diperlukan untuk menyuplai logistik, merawat, dan memperbaiki peralatan kapal di laut, serta tersedianya fasilitas medik untuk keperluan awak kapal selam. Jadi kapal-kapal tersebut tidak perlu berlabuh ke daratan. Ini sangat berguna karena keberadaan kapal selam yang misterius dan agar tidak mudah dilacak oleh lawannya.

Suplai logistik yang diberikan kepada kapal selam, pengisian bahan bakar, ganti oli pelumas, isi air suling elektrolit baterai, suku cadang dan peralatan tempur seperti torpedo, ranjau laut dan amunisi. Selain itu juga penyediaan bahan makanan dan persediaan air minum bagi awak kapal selam untuk bertugas.

Bila kapal selam sedang merapat di kapal Ratulangi untuk pengisian logistik atau perawatan di laut, maka kapal Ratulangi ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan para awak kapal selam yang sedang tidak aktif tersebut.

KRI Ratulangi ini merupakan kapal tender Don Class. Don Class mulai diproduksi pada tahun 1958 sampai 1961. Tercata Don Class pernah diproduksi sebanyak 7 kapal, yang salah satunya di gunakan oleh ALRI. Kapal tender jenis Don Class ini mampu melayani 6 kapal selam dalam operasinya.

Pembelian kapal ini termasuk sepaket dengan pengadaan 12 kapal selam kelas Whiskey, dalam kesepakatan yang di lakukan oleh Nasution waktu itu tertera bahwa Indonesia akan menerima 2 kapal tender kapal selam. Satunya lagi bernama KRI Thamrin (THR) yang merupakan Atrek Class. Kedua kapal tender ini tiba di Idonesia setelah koflik Irian Barat hampir selesai.

Kedua kapal ini baru bertugas setelah Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Kapal Ratulangi ini bertugas hingga tahun 1980-an dan berfungsi sebagai kapal markas maupun sebagai kapal perang.

Karena politik kita yang berubah saat itu, Indonesia mendapat embargo militer dari Uni Soviet, sehingga banyak kapal yang tidak dapat beroperasi karena kekurangan suku cadang, tapi kapal KRI Ratulangi tetap beroprasi dengan proses kanibalisasi suku cadang dari kapal perang yang lain.

Kedepan keberadaan kapal tender ini sangat diperlukan untuk membantu keperluan kapal selam khususnya atau kapal perang lainnya di laut.


Nomor lambung kapal ini sedikit berbeda dengan lainnya, mungkin karena berfungsi sebagai kapal penunjang operasi kapal selam maka memiliki nomor lambung 400. Nomor lambung dengan kepala 4 biasanya hanya untuk kapal selam bukan kapal perang permukaan. Namun kapal ini juga terlihat dengan nomor lambung 4101, bahkan ada foto lainnya yang menggambarkan kapal ini dengan nomor lambung 552.

  Mesin

KRI Ratulangi ditenagai mesin diesel listrik, denga diesel listrik olah gerak kapal ini menjadi lebih lincah dan efektif. Diesel utama memutar generator, dan generator menghasilkan tenaga listrik. Tenaga listrik memutar elektro motor, dan selanjutnya elektro motor memutar poros baling-baling yang ujungnya terpasang daun baling-baling. KRI Ratulangi memiliki dua poros baling-baling yang memutar pada sisi kanan dan kiri.

  Desain


Desain KRI Ratulangi sepintas lebih mirip kapal penumpang dibanding kapal perang, sebab lambung kapal dibuat tinggi dengan banyak jendela kedap. Kapal ini terdapat fasilitas bengkel dan gudang menjadikan kapal ini layaknya depot. Fungsi kapal sebagai induk semangnya kapal selam, pada ujung haluan terdapat sebuah katrol berukuran besar dengan daya angkat sampai 300 ton. Katrol ini diperlukan untuk perbaikan baling-baling dan sistem poros kapal selam dengan jalan menggulingkan kapal selam kedepan, sehingga baling-baling mencuat ke permukaan.

Satu hal lagi, tidak jelas pula bagaimana nasib akhir KRI Ratulangi, apakah kapal tender tersebut berakhir sebagai besi tua, atau dijadikan sasaran latihan tembak.

  Spesifikasi KRI Ratulangi


Pabrik : Nikolayev shipyard

Dimensi : 140 x 17,7 x 6,4 m

Berat Standar : 6.800 ton

Berat Penuh : 9.000 ton

Awak : 300 – 450 orang

Jarak Jelajah : 21.000 Km pada kecepatan 10 knot


Lama berlayar tanpa bekal ulang : 40 hari

Kecepatan max : 17 knot

Fasilitas Sensor : Radar Hawk Screech, Slim Net, 2 x Watch Dog ECM system dan Vee Cone Communication System.


  Persenjataan :

Meriam : 4 – 100mm guns (4×1, dalam 4 turret), 8 - 57mm guns (AAA)
Kapasitas Torpedo : 42 torpedoes 533 mm


- sumber indomiliter -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.