Rabu, 18 April 2012

Menyusup ke Irian

 Operasi Rajawali Yonif Linud 328

Pasukan TNI AD dalam Trikora (Foto supermarine)
Di tengah malam buta puluhan pasukan Yonif Linud 328 melayang-layang di atas wilayah Irian Barat. Mereka diterjunkan dengan target merebut kembali wilayah Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Tapi ketika mendarat di tempat yang asing, di atas pepohonan yang tinggi, prajurit Yonif Linud 328 ternyata harus bertempur telebih dahulu melawan ganasnya alam liar Papua.

Pada masa Trikora, Yonif Linud 328 mendapat tugas untuk melancarkan operasi militer di irian Barat dengan nama Operasi Rajawali. Pasukan ini berkekuatan 70 personil Yonif Linud 328 dan akan diterjunkan melalui udara dengan pimpinan Pelda Atma. Tugas Tim Rajawali ini untuk membantu dan memperkuat pasukan-pasukan tempur yang telah berhasil menyusup ke Irian Barat, khususnya wilayah Kaimana yang berhutan lebat.

Sebelum penugasan dimulai, Tim Rajawali mendapat latihan khusus, seperti menggunakan senjata peluncur roket (RPG) dan perlengkapan logistik. Setelah tim dirasa cukup latihan, maka mereka di berangkatkan melalui Lanud Husein Sastranegara, Bandung menuju Lanud Halim Perdanakusuma terus menuju Makasar dan beristirahat sejenak di Ambon dengan menggunakan pesawat udara. Setelah beristirahat cukup, pasukan diberangkatkan dari Lanud Pattimura, Ambon menuju titik sasaran dan diterjunkan di dropping zone (DZ) pukul 03.00 pagi.

Penerjunan ini beresiko sangat tinggi karena kurangnya informasi lapangan. Tim Rajawali tetap diterjunkan di wilayah hutan lebat yang masih asing tersebut. Tim Rajawali direncanakan akan diterjunkan di atas laut, sehingga pasukan diharapkan dapat mendarat di pantai.

Karena Tim Rajawali membawa bekal dan persenjataan yang berat, maka terjadi pergeseran waktu operasi penerjunan. Hampir semua personil Tim Rajawali mendarat di pohon yang tinggi dan harus menunggu sampai fajar untuk turun dengan selamat.

Untuk turun dari pohon yang tinggi, pasukan Rajawali menggunakan tali maupun parasut cadangan dan ternyata bukan cara yang mudah. Salah sau personil Rajawali, Prada S Ismail gugur karena jatuh dari ketinggian. Selain itu jarak pasukan Rajawali ini cukup berjauhan, sehingga cukup lama untuk bisa bertemu dan berkumpul menjadi satu tim tempur. Setiap personil berusaha keras untuk bisa menemukan rekan-rekannya dan Komandan Regu 3, Serda Ilyas hilang dan dinyatakan gugur.

 Usaha konsolidasi

Pasukan TNI di hutan Papua (Foto supermarine)
Usaha demi usaha dilakukan untuk dapat menemukan rekan-rekannya, salah satunya mereka membunyikan suara letusan senapan, supaya terdengar lainnya dan berharap saling mendekati untuk mencari suara tersebut. Upaya inipun sebenarnya sangat beresiko, karena dapat terdengar oleh pasukan patroli Belanda. 

Cukup memakan waktu yang lama untuk melakukan konsolidasi. Selain mencari rekannya, mereka juga melakukan observasi, serta mencari bahan makanan untuk survival. Kontak tembak dengan Belanda pun sering terjadi, bila mereka dengan tidak sengaja berpapasan dengan pasukan patroli Belanda. Posisi Tim Rajawali sempat di ketahui hingga mendapat hadiah dari Belanda berupa serangan mortir dan meriam.

Usaha untuk konsolidasi oleh tim Rajawali akhirnya berhasil dan merupakan suatu prestasi setelah sekian lama berjuang keras dibelantara yang ganas, maupun buruan dari pihak Belanda yang suka memberi hadiah kejutan berupa ledakan mortir. Tercatat dari semua personil yang beranggotakan 70 orang yang di terjunkan, 42 orang berhasil berkumpul , 13 orang tertangkap pasukan Belanda dan sisanya 15 orang dinyatakan hilang, yang kemudian dianggap gugur dalam tugas. Setelah berkumpul Tim Rajawali segera membentuk satuan tempur dan siap melancarkan serangan terhadap Belanda.

Dengan diketemukannya koli logistik, Tim Rajawali akhirnya memiliki radio, sehingga dapat melakukan komunikasi dan mendapat informasi terkini mengenai medan tugas di Irian Barat. Pada 23 Agustus 1962 pukul 22.00 dari radio tersebut, mereka mendapat informasi jika Belanda telah melakukan gencatan senjata dengan sandi vurdah. Komandan Kompi dengan pimpinan Pratu Supriyani memerintahkan Oratu Basir untuk membuat rakit dari batang pisang dan menyebrang ke wilayah yang diduduki lawan dengan tujuan mencari informasi kepastian gencatan senjata tersebut. Misi berhasil sehingga Tim Rajawali dapat memastikan keadaan sudah aman.

Selanjutnya target mereka adalah menemukan sisa-sisa pasukan yang telah menyusup ke Irian Barat dan usaha inipun berhasil dengan diketemukannya sejumlah pasukan dari satuan Yon 454, RPKAD, PGT maupun Yon 328 lainnya dengan total sebanyak 530 orang.

Bersamaan dengan penyerahan Belanda ke pangkuan RI lewat diplomasi PBB, Tim Rajawali berserta pasukan lainnya siap diangkut dengan kapal laut menuju Ambon. Akhirnya tanggal 15 Januari 1963 pukul 07.00 semua pasukan diberangkatkan menuju Ambon, kemudian ke Makasar dan selanjutnya menuju Tanjung Priok, Jakarta. Setelah beristirahat selama 15 hari, Tim Rajawali tiba kembali ke satuannya di Bandung, tanggal 20 februari 1963. tercatat semua mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB).

Biarpun misi ke Irian Barat tidak terjadi pertempuran yang besar antara pasukan Belanda dan RI, operasi penyusupan yang dilakukan berbagai satuan ini membukakan mata dunia internasional, bahwa kekuatan militer Indonesia saat itu tidak bisa diabaikan.

Melihat keberanian pasukan RI dengan banyaknya penyusupan di wilayah Belanda, dianggap spektakuler karena tingkat resiko dan bahaya yang tinggi. Operasi pernerjunan inipun selalu di ingat karena merupakan sejarah yang fenomenal bagi satuan militer Para TNI.


- sumber Angkasa -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.