Selasa, 17 April 2012

Radar Giraffe

Kemampuan dasar yang harus dimiliki prajurit Arhanud yaitu harus memiliki kejelian melihat berbagai jenis dan bentuk pesawat tempur, helikopter, pesawat angkut hingga UAV meski berukuran kecil ataupun berbentuk siluet.

Kepekaan yang tinggi dalam mengindetifikasi lawan yang terlihat kecil dan bergerak cepat dibutuhkan karena belum tentu selalu menggunakan radar dalam kondisi pertempuran.

Untuk indra pencitraan maupun penciuman yang menjadi andalan kesatuan Arhanudri TNI AD adalah Radar Giraffe buatan Swedia yang mulai masuk dinas tahun 1985.

Radar Giraffe Arhanud TNI AD
Karakteristik utama radar ini adalah mampu mengikuti tiga sasaran yang berbeda dalam waktu bersamaan. Sekaligus juga dapat mengetahui jarak, arah dan kecepatan lawan yang datang untuk segera menginformasikan datanya ke sembilan satuan tembak sekaligus.

Begitu juga halnya dengan sista (sistem senjata) rudal yang dioperasikan oleh TNI AD. Dari beragam rudal anti serangan udara yang dimiliki TNI AD, kesemuanya jelas memerlukan kehadiran radar, termasuk rudal manpad (rudal panggul) seperti satuan rudal RBS-70 dan Rapier. sekalipun idealnya memerlukan informasi taktis berupa panduan dari tim radar.

Beragam jenis radar militer yang dimiliki TNI, terdapat radar pengintaian dan pengendali operasi rudal. Salah satunya adalah Giraffe buatan Saab (d/h Ericsson Microwave Systems AB), Swedia. Radar miliki satuan arhanud TNI AD ini sudah memperkuat pertahanan nasional sejak lama, meski tidak diketahui informasi kedatangannya, penulis sudah melihat sosok Giraffe pada tahun 1995, saat itu radar Giraffe ditampilkan dalam defile HUT 50 Tahun ABRI di Lanud Halim Perdanakusumah. Jelas dari segi umur, radar ini terbilang sudah cukup lama dioperasikan TNI.

Radar Giraffe TNI AD dalam gelar latgab,
Sesuai dengan namanya, Giraffe yang artinya jerapah. Antena radar ini terbilang radar yang khas, terutama dari desainnya, saat diaktifkan bisa menjulang setinggi 13 meter. Sebagai radar mobile, maka platformnya dapat dipindah-pindahkan dengan mudah,  sehingga radar TNI AD ini ditempatkan dalam kontainer di truk jenis Volvo N10 Turbo 16 ton, walau ada juga yang mengunakan truk jenis Mercedes Benz.

Radar Giraffe sendiri dibuat dalam beberapa tipe dan platform, selain di setting untuk pertahanan udara di darat, tipe lain Giraffe juga ada yang disiapkan untuk pengoperasian di atas kapal perang (Sea Giraffe). Giraffe pertama kali diproduksi pada tahun 1977, dan hingga tahun 2007, ada 450 Giraffe yang telah terjual di seluruh dunia. Varian pertamanya adalah Giraffe 40, kemudian Giraffe 50AT, Giraffe 75, ARTE 740, Giraffe S, dan Giraffe AMB. Walau belum ada konfirmasi resmi, TNI AD sendiri disebut-sebut menggunakan Giraffe 40.

Giraffe dalam parade, dibawa truk Mercedes Benz
Hadirnya Giraffe dipandang ideal bagi arsenal Arhanud TNI AD yang masih mangacu pada penggunaan rudal anti serangan udara jarak dekat. Tak diketahui persis berapa unit Giraffe yang dimiliki Indonesia.

Tapi bila di setiap Detasemen Arhanud dilengkapi satu unit radar Giraffe, maka minimal Indonesia memiliki 4 unit radar Giraffe, mengingat TNI AD memiliki 4 Denarhanud yang mengoperasikan Rapier. Satu detasemen mengoperasikan satu jenis rudal, setelah era Rapier lalu digantikan rudal Poprad/Grom. Nah, untuk RBS-70 sendiri dioperasikan oleh Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse), salah satu yang menggunakan RBS-70 adalah Yon Arhanudse 15 Kodam IV/Diponegoro yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tangah. Bisa jadi ada lebih dari 4 unit Giraffe yang beroperasi di Tanah Air.

Rudal RBS-70 dalam gelar operasi Latgab
Selain memandu target pada unit penembakan rudal, operator radar Giraffe juga dapat mendistribusikan informasi ke unit pertahanan udara non rudal, seperti pada elemen meriam Bofors L/70 40mm, Meriam S-60 57mm, Rheinmetal 20mm, dan kanon Giant Bow 23mm. Giraffe hingga saat ini kerap ditampilkan dalam event latihan gabungan (Latgab) TNI dan parade-parade militer. Gelar radar ini pun hanya dilakukan secara taktis, alias bilamana dibutuhkan saat adanya potensi ancaman.

Di lingkungan ASEAN, Singapuran dan Malaysia diketahui juga mengoperasikan radar Giraffe. Malaysia diketahui menggunakan Sea Giraffe, sedangkan Angkatan Darat Singapura hebatnya sudah menggunakan Giraffe AMB (Agile Multiple Beam). Giraffe AMB adalah versi paling mutakhir dari keluarga radar ini, jangakauan radar bisa mencapai 60 Km dan dapat menampilkan target data dalam format 2 dan 3 dimensi. Selain jauh lebih akurat dari Giraffe 40, gelar operasi Giraffe AMB hanya memakan waktu 10 menit dan bisa dioperasikan cukup dengan 2 awak.

 Speksifikasi

Panjang radar dan mobil : 9,2 m
Panjang kabin radar : 5,9 m
Tinggi radar terlipat : 3,6 m
Tinggi antenna siap tempur : 13 m
Berat radar dan mobil : 16,500 kg
Berat kabin radar : 7,000 kg
Basic radar : Jarak capai 40 km
Frekwensi : C band 5,4-5,9 Ghz


- sumber indomiliter -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.