Selasa, 03 April 2012

Serangan Minggu Pagi

MBM GATRA
27 Mei 1995 
Rubrik Nasional

TIMOR TIMUR
⚔ Seorang prajurit ABRI tewas ditembak gerombolan Fretilin

Pasukan TNI di Timtim
SERENTETAN tembakan menyalak di sebuah bukit, di pingiran Kampung Olabai, Kecamatan Kota Viqueque, Timor Timur, sekitar pukul 6.40 Ahad pagi pekan lalu. Rupanya Pos Pengaman (Pospam) II Kodim 1630 Viqueque diserbu segerombolan gerilyawan Fretilin.

Bunyi tembakan, kata Gomes Fernando, seorang penduduk Olabai, berlangsung sekirar empat menit. Sesudah itu, suasana kembali sunyi. "Tapi warga sini takut keluar rumah," Gomes menambahkan.

Para gerilyawan ini cepat kabur setelah melakukan aksi, meninggalkan Pratu (Prajurit Satu) Mathias Ormai da Silva dengan sejumlah luka di tubuh. Pratu Mathias da Silva tewas. Menurut sumber Gatra di Markas Kodam Udayana, Denpasar, Mathias da Silva sendirian di pos ketika para penyerbu datang. Maka betapapun telah mencoba bertahan habis-habisan, ia tak bisa berbuat banyak.

Sumber di Dili menduga serangan itu dilakukan oleh gerombolan Asioux yang memang dikenal sering kelayapan di hutan Viqueque. Kekuatan mereka diduga sekitar 15 orang. Namun ancaman kelompok gerilyawan ini dianggap tak berarti. Hampir lima tahun lamanya mereka tak berani mengusik pos-pos militer. "Paling mereka mendatangi penduduk desa dan meminta bahan makanan," ujar sumber Gatra di Dili.

Pospam II di Kampung Olabai itu biasanya dijaga enam personel. Mungkin karena keadaan dianggap aman maka komandan jaga Sersan Satu Jacinto dan empat anak buahnya pulang ke rumah untuk bersama keluarganya ke gereja menjalankan misa Minggu pagi. Mathius Ormai da Silva, bekas Hansip yang direkrut menjadi anggota militer itu menjaga pos seorang diri.

Maka gerombolan Asioux yang diperkirakan telah mengintai sejak beberapa hari sebelumnya, kini mendapat kesempatan. Setelah da Silva roboh, para gerilyawan menjarah pos militer itu. Dua pucuk senapan jenis SP-2, dan 3 pucuk bedil model kuno G-3, serta 240 butir peluru mereka bawa kabur. Sejumlah seragam militer dan obat-obatan ikut kena gondol.

Pihak militer tentu tak tinggal diam. Pengejaran segera dilakukan. Lima peleton prajurit dari Yon 406 Diponegoro, yang sedang bertugas di Timor Timur, segera dikerahkan. Tiga peleton diperintahkan menyisir ke daerah perbukitan di timur laut Viqueque dan dua yang lain ke arah barat laut. Tapi sampai akhir pekan lalu, belum diketahui hasil pengejaran.

Saat ini, kata Komandan Korem Wiradharma Dili Kolonel Kiki Syahnakri, kekuatan gerilyawan Fretilin tak lebih dari 176 orang dengan sekitar 105 pucuk senjata. Mereka terbagi menjadi banyak kelompok: ada gerombolan Cony Santana, Alut, David Alex, Lere, Ernesto, Maukonis, dan Asioux. Mereka makin terdesak karena sulit mendapat senjata, amunisi, dan anggota baru.

Operasi menangkal gerilyawan terus dilakukan. Pertengahan Mei lalu, satuan keamanan Timor Timur berhasil menangkap Mario Jose Guteris, gerilyawan Fretilin, di Desa Dare, Kecamatan Hatuberlico, Ainaro. Dari Guteris bisa dirampas sebuah senjata laras panjang dengan 150 butir peluru, dua granat, dan uang Rp 300 ribu. Beberapa hari sebelumnya, aparat Kodim Bobonaro menembak mati Aeulari dan Julio dalam sebuah kontak senjata. Dalam peristiwa itu, Apresio Miquel Soares, 20 tahun, tertangkap hidup. "Kami selalu menyerukan agar mereka menyerah," kata Kolonel Kiki Syahnakri. Ia berjanji gerilyawan yang menyerah tak akan disakiti.
PTH (Jakarta) dan RK (Dili)


[sumber diposkan priyono]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.