Rabu, 11 April 2012

Serangan Teror Di Bumi Pertiwi

Klaim bahwa Bom Mega Kuningan dilakukan jaringan teroris internasional Alqaeda mungkin ada benarnya, mengingat modus teror 17 Juli itu memang memiliki banyak kemiripan dengan teror-teror serupa sebelumnya, terutama metode serangan berulang yang adalah ciri khas Alqaeda dan kelompok-kelompok teror yang berafilasi dengannya.

Perhatikan fakta-fakta teror berikut.

Tanggal 26 Febuari 1993, World Tade Center (WTC) berusaha di robohkan dengan bom mobil. Gagal.
September 1997, Kedubes AS di Tanzania menerima teror bom.
7 Agustus 1998, Kedubes AS di Tanzania dan Kenya dihajar truk bom bunuh diri.
3 Januari 2000, perahu cepat penuh bahan peledak gagal menghancurkan Kapal perang AS, USS the Sullivans. Sembilan bulan berselang, 12 Oktober 2000, USS Cole ditabrak perahu serupa, ditempat yang sama, Teluk Aden, Yaman, 19 orang tewas.
11 September 2001, dua jet Boeing menabrak diri ke Menara Kembar WTC. Simbol kejayaan ekonomi AS itu runtuh mengubur ribuan nyawa.
Tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang bom bunuh diri, 202 orang tewas.
Jakerta, 6 Agustus 2003, 11 nyawa melayang oleh bom mobil bunuh diri di JW Marriot.
Malam 28 Agustus 2003, London gelap gulita, aliran listrik disabotase. Kemudian, Agustus 2004, rencana membom London terbongkar. Namun 7 Juli 2005, tiga stasiun KA bawah tanah dierang bom bunuh diri, 56 orang tewas.
1 Oktober 2005, bom bunuh diri dari kelomok teror yang sama meletupkan Bali II, 23 orang tewas.
Mumbai, 11 Juli 2006, bom meneror kota itu, 209 meninggal dunia. Dua tahun kemudian, 26-29 November 2008, Laskar e-thaiba menyerang, menembaki dan membom delapan titik simbol kejayaan India, 173 orang tewas.
17 Juli 2009 Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton dibom bunuh diri, 9 orang tewas.

Itu sekian contoh dari puluhan aksi teror yang di lakukan berulang, dari Thailand sampai Filipina, dari Madrid sampai London, dari Ankara sampai Nairobi. Polanya sama, menyerang banyak titik sekaligus, seperti pada Bom Madrid 2004, dan Serangan 11 September 2011, atau melancarkan teror bom sepanjang tahun, seperti sering melanda Filipina atau Indonesia pada 2000, 2001, 2003, 2005 dan 2009.

☠ Momentum

Bom Mega Kuningan
Hampir semua teror bom itu dilakukan dengan mempertimbangkan waktu dan momentum, entah pemilu, KTT, kunjungan kenegaraan pemimpin negara besar, perhelatan akbar olah raga, pertunjukan musik dan sejenisnya. Semua menghajar simbol dan indentitas nasional atau simbol asing di luar negeri, entah gedung perwakilan diplomatik atau perusahaan asing.

Semua pengulangan teror itu memberi pesan bahwa teroris sabar menunggu aparat lengah, pandai membaca momentum, terus-menerus memperbaiki metode dan taktik, serta pahan psikologi, reaksi massa dan menarik media massa.

Melihat cara mereka menembus dan mengelabui aparat keamanan, serta memanipulasi media untuk mengumbar panik massa yang malah menguntungkannya, teroris bukanlah kriminal biasa. Meminjam istilah mantan Komandan Detasemen Khsus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) Suryadarma Salim, dalam wawancara dengan Tv One saat itu "Mereka bukan kelompok taman kanak-kanak." Mereka tak pernah menyerang tanpa rencana dan tak memilih sasaran tanpa melihat momentum. "Persiapan serangan teror umumnya berlangsung kurang dari enam bulan sebelum serangan, diawali oleh aksi pengelabuhan sehari atau sesaat sebelum serangan." kata Brent Smith, Profesor kriminologi Universitas Arkansas dalam bukunya. 


Sehari sebelum serangan bom ke Mega Kuningan, kantor KPK yang berada di Kuningan diancam bom, ternyata Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton yang dibom. ini mungkin termasuk pengelahuan seperti disebut Brent Smith.

Dan berbeda dari teroris domestik, teroris internasional mempersiapkan aksi lebih panjang. Ilustrasinya, dari sepuluh serangan teror internasional ke AS, persiapan serangan rata-rata memakan waktu tiga bulan. Jika Bom Mega Kuningan berhubungan dengan 'event' internasional, kedatangan tim sepakbola Manchester United yang diberitakan media sejak Januari 2009 akan menginap di hotel Ritz Carlton, dibom teroris. Selain tertuju pada MU, mata dunia juga memperhatikan Pemilu Indonesia 2009 yang disebut banyak kalangan sebagai contoh sukses demokrasi di negara berkembang. Oleh karenanya menyerang Indonesia berarti memalukan demokrasi seluruh dunia sehingga spektrum pesan teroris lebih luas dari sekedar tekanan nasional. Hendropriyono, mantan Kepala BIN dalam Kompas (24/7). menyebut dunia kecolongan, karena Bom Mega Kuningan menunjukan jaringan teroris global masih terus beraksi.

☠ Kronologi Bom Mega Kuningan II

Bom Mega Kuningan II
Rabu (15/7/2009)
Seorang pria bernama Nurdin A, melakukan Check in di Hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta.
Jum'at (17/7/2009)
07.44 Seorang Pria mengenakan baju berrwarna gelap dengan topi dan membawa dua tas berjalan didalam lobi dan langsung mengambil kearah kanan. Satu tas berjenis trolly yang diseret dengan tangan kanan, satu tas lainnya dijinjing dibahu kanan.
07.45 Terjadi ledakan di lantai dua Hotel JW Marriot. diduga telah terjadi tiga kali ledakan, yakni di Bank Panin, Bank Permata dan Lobby Hotel JW Marriot.
07.47 Ledakan juga terjadi di restoran Airlangga Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta.
08.30 Polisi menutup Kawasan Mega Kuningan.
09.15 Menko Polhukam Widodo AS, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri meninjau ke lokasi ledakan di Hotel Ritz dan Marriot.
09.25 Presdir PT Holcim Indonesia Tbk Timothy McKay (60) meninggal saat berada di RS Medistra.
10.30 Tim Gegana Brimob dan Puslabfor lakukan olah TKP.
11.00 Gubernur DKI Fauzi Bowo dan Menkokesra Aburizal Bakrie terlihat berbincang didepan Hotel JW Marriot dengan staff khusus presiden, Dino Pati Djalal sibuk bicara via HP.
11.20 Korban tewas diangkut pakai empat mobil ambulan.
11.30 Sby rapat terbatas soal ledakan Ritz Carlton dan JW Marriot.
12.14 Wakapolri Komjen Makbul Padmanagera tiba di lokasi.
12.30 Polisi menemukan bom di kamar 1808 Hotel JW Marriot.
12.35 Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono bersama Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga tiba.
14.00 Sby memberikan keterangan pers menuding ledakan terkait Pilpres.
14.47 Presiden bersama Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, meninjau korban ledakan bom di RS MMC Kuningan, Jakarta.
16.00 Kapolri menetapkan Jakarta Siaga Satu.
16.45 Capres Megawati mengadakan konferensi pers menyikapi tudingan Sby yang menuding ledakan terkait dengan Pilpres.
18.00 Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Sukarna mengumumkan dugaan 9 orang tewas dan 41 orang luka-luka. Namun kantung mayat di RS Polri Sukamto terdapat 12 kantong mayat, 7 kantong jasadnya utuh, sisanya hancur. Dari 50 korban, sebanyak 14 warga asing.
19.00 Cawapres Prabowo mengadakan konferensi pers menyikapi tudingan Sby yang menuding ledakan terkait dengan Pilpres.

20.00 Pemerintah membentuk Jakarta Media Crisis Center dan resmi beroperasi sejak Sabtu (18/7) sampai Jum'at (24/7).

☠ Siapa dibalik serangan teror

Ibrohim
Pengeboman Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Mega Kuningan, Jakarta, Jum'at (17/7) pagi memang diduga berkaitan erat dengan aksi teror yang selama ini dilakukan Noordin M Top. "Dari modus yag dilancarkan, ini jelas terkait Noordin M Top," kata Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Ansyaad Mbai.

Meski modus yan digunakaan masih konvensional, yakni bom bunuh diri, teror ini akan dilakukan dengan cara yang lebih canggih, yakni dengan langsung menyusup kedalam sasaran. Dalam berbagai aksi teror sebelumnya, bom bunuh diri hanya dilakukan di luar, di halaman hotel. Namun kali ini ditengah sistem pengamanan yang sudah begitu ketat, mereka bisa menembus hingga ke target sasaran utama.

Menurut Mbai, jaringan Noordin terbukti aktif. Meski dalam empat tahun terakhir aksi teror terorisme tidak terjadi di Indonesia. Noordin M Top berserta sel-sel jaringannya terus aktif melakukan konsolidasi. Padahal dalam kurun waktu tersebut aparat juga kerap menyisir dan menangkap para kaki tangan Noordin M Top.


Berdasarkan berbagai pendekatan analisa terhadap jaringan Jemaah Islamiyah (JI) tanpa menganggap enteng Noordin M Top sekalipun, Jabir (sudah berhasil ditembak mati) dan Zulkarnaen alias Daud alias Arif Sunarso adalah 'pusat kekuatan' dari Jemaah Islamiyah di Indonesia. Dari analisa jaringan teror yang terdapat dibawah ini, Zulkarnaen terlihat sebagai individu yang paling sering menjadi sentra bagi operasi-operasi teror yang di lakukan JI selama ini.

Selain itu beberapa pendapat mengatakan bahwa Noordin M Top sudah 'pecah' dari JI karena ketidak sepakatan mereka dalam hal perjuangan melalui kekerasan dan menjadikan Indonesia sebagai medan perang. Jaringan teroris internasional JI mengalami perpecahan internal. Noordin M Top yang diduga menjadi dalang dibalik ledakan bom di JW Marriot dan Ritz Carlton memimpin kelompok sempalan yang tidak tunduk pada JI induk.

"Penting untuk dibedakan antara Noordin Dan JI. Dia memang anggota JI, tapi selama 5 tahun belakangan ini sudah menjadi ketua kelompok sempalan, dimana ada beberapa anggota JI tapi mereka tidak tunduk kepada JI sebagai organisasi," kata Direktur International Crisis Group (ICG) Sidney Jones.

Selain kelompok Noordin, sebagian kelompok sempalan lain bergabung dengan Jamaah Ansharul Tauhid (JAT) pimpinan Pengasuh Ponpes Ngruki Abu Bakar Ba'asyir yang merupakan sempalan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Namun ada pula sebagian yang tidak setuju dengna JAT, ada yang disingkirkan karena diduga tidak bersih, dan ada yang sudah tidak aktif lagi. Berbagai pihak memperkirakan, pelaku pemboman kali ini terkait dengan jaringan Noordin M Top. Tokoh utama yang diburu itu masih sangat berbahaya karena terus merekrut orang-orang untuk menjadi pelaku aksi pengeboman. Selanjutnya Sidney Jones mengatakan bahwa Noordin masih berbahaya karena kelihatannya masih aktif merekrut orang untuk operasi pemboman melalui temannya di Cilacap.

Contoh Analisa Jaringan JI di Indonesia yang dilakukan dengan Program Social Network Analysis yang dilakukan pada tahun 2008. Para analis melihat pemboman Mega Kuningan merupakan bukti bahwa jaringan Noordin masih kuat. Oleh karenanya, menangkap dalang aksi teror itu harus menjadi prioritas aparat keamanan. "Selama aktornya belum ketangkap, ya segala upaya antisipasi septi apa pun akan sis-sia."ujar Mbai.

Pengajar Intelijen Strategis Universitas Indonesia, Andi Widjajanto mencatat, aksi teror itu sangat mencemaskan Presiden Sby. Jadi tak hanya mencemaskan masyarakat. Menurut Andi, pertama, indikasi kecemasan Sby khawatir teror terkait dengan keberadaan kelompok-kelompok politik yang tidak puas dengan hasil Pemilu 2009. Ada kesan bahwa Sby menduga ada elemen-elemen radikal di kelompok Mega-Prabowo, JK-Wiranto, atau kelompok golongan putih, yang menggunakan kekerasan menolak hasil Pemilu 2009.


Kedua, Andi Mencatat bahwa bagi Sby aksi teror terkait dengan keselamatan dirinya sebgai kepala negara. Penggunaan secara demonstratif gambar latihan penembakan yang menggunakan foto Sby sebagai target menunjukan tingginya kecemasan Sby dengan keselamatan dirinya. Secara tidak langsung, Sby mengkhawatirkan kualitas pengamanan berlapis yang selama ini digelar oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres).

Ketiga, bagi Sby aksi teror terkait dengan kemunculan kelompok baru yang di sebut sebagai drakula politik. Kelompok ini terutama terdiri dari para pelaku kejahatan di masa lalu yang lolos dari jerat hukum.

Beberapa faktor yang disampaikan presiden iu mengesankan bahwa aksi terorisme itu sangat mengerikan dan mencemaskan.

Dalam beberapa waktu terakhir, aparat sudah melakukan penyisiran dan penangkapan di beberapa daerah yang diduga sebagai tempat persembunyian dan aktifitas Noordin M Top dan kaki tangannya. Ini mencakup Cilacap, Bandar Lampung, dan Malang.


2 Pelaku bom bunuh diri Kuningan
Salah satu yang tertangkap adalah Syaefudin Zuhri, ketika penyisiran digelar di Cilacap, Juni 2009. Berdasarkan penuturan alumni sebuah pelatihan kamp di Afganistan pada tahun 1990, Noordin M Top masih memiliki pengaruh dan jaringan yang kuat di Indonesia.

Tak hanya itu, Noordin masih dilidungi oleh sesama anggota JI, sehingga aparat masih sulit untuk menemukan jejak secara pasti buronan nomor satu itu. Aksi teror lanjutan oleh jaringan Noordin sudah sangat mencemaskan dan membuat geram semua pihak.

Oleh karena itu, berbagai pendapat yang bisa dirangkum selama ini menyarankan agar pemerintah terus menggelar strategi kontra-terorisme untuk membongkar jejaring teror dan pemerintah juga secara terpisah menekankan solusi-solusi hukum untuk menyelesaikan konflik-konflik politik.

Mantan Danjen Kopassus dan mantan Menko Polhukam, yang juga ketua panitia kunjungan tim sepakbola MU ke Indonesia, Agum Gumelar, melihat kecemasan dan kegeraman rakyat atas kejahatan terorisme itu sudah demikian seriusnya, sehingga terorisme dan Noordin M Top harus diganyang dan dibabat agar kecemasan semua pihak bisa dilenyapkan. "Bangsa kita harus bersatu, mengatasi terorisme. Bahkan jika teroris itu tertangkap, mohon saya diijinkan yang menembak mati sebagai hukumannya,"tegas Agum Gumelar.

☠ Bagaimana Teroris merancang serangan mereka di Mega Kuningan ?

John J Fay, dalam 'Encylopedia of Security Management', mengungkapkan teroris mempersiapkan langkah cermat dalam aksi terornya.

Pertama, mempelajari momentum atau peristiwa yang cocok untuk melakukan teror, misalnya agenda politik seperti Pemilu dan penghelatan internasional.

Kedua, menentukan tujuan khususnya merancang aksi yang bisa memancing perhatian dunia dan media massa sehingga dampak teror terekspos selebar-lebarnya.

Ketiga, memilih target, melakukan riset dan pengamatan. Di tahap ini tujuan teror mempengaruhi target yang dipilih. Misal, jika teroris anti asing, maka turis dan perusahaan asing akan menjadi target serangan.

Keempat, perencanaan serangan, yaitu mempelajari semua hal yang berkaitan dengan pendanaan, intelijen, keamanan, komunikasi, dokumen, peralatan, wahana, senjata, persembunyian, taktik, operasi dan penyelamatan diri.

Kelima, eksekusi serangan, dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan sejumlah faktor.

Terakhir, evaluasi dampak jangka pendek dan panjang dari serangan teror dengan mempelajari korban serangan, kerusakan infrastruktur, perhatian media massa, reaksi publik dan pemerintah. Sekali masyarakat dan pemerintah panik, sehingga tak berpikir jernih, semakin leluasa teroris-teroris itu melancarkan serangan berikutnya.

Jika melihat tahapan tersebut, maka tampaknya teroris mempertimbangkan semua hal. Mereka, meminjam terminologi Brent Smith, berpikir secara global dan bertindak secara lokal.

Terorisme sendiri, tulis Louise Richardson dalam "What Terrorists Want: Undestanding the Enemy, Containing the Threat," adalah kekerasan yang sengaja dilakukan terhadap warga sipi untuk mencapai tujuan politik. Meski begitu, terorisme tak bisa dilawan oleh reaksi penuh benci dan kemurkaan yang sama seperti teroris. Bahkan, mengutip Louise, retorika "perang melawan terorisme" yang memang emosional pun keliru.

Ketika Mumbai diteror pada 2006, PM India Manmohan Singh yang terkenal lembut, berubah menjadi garang dan murka terhadap teroris. Namun teroris tak jera, dua tahun kemudian, simbol masyarakat kosmopolit dan inklusif India itu diteror lagi. Ini bukti bahwa terorisme bukan kekerasan biasa yang tak bisa didiamkan oleh langkah keras semata. "Terorisme adalah taktik, makanya tak bisa dikalahkan. Apa yang bisa dikalahkan, setidaknya dicegah, adalah mengurung kelompok-kelompok teror." tulis Louise.


Indonesia telah melakukan upaya seperti disebut Louise, tetapi itu tak dibarengi oleh langkah seperti yang misalnya dilakukan Arab Saudi.

Pemerintah Saudi, ulama, aparat keamanan, pakar dan masyarakatnya merangkul pelaku teror untuk hidup benar, menjauhi militansi dengan memperhatikan penghidupannya dan meyakinkan bahwa visi keagamaan mereka keliru, bahwa agama dan jihad tak ada kaitannya dengan kekerasan terorisme, termasuk bom bunuh diri.

"Para pemuda yang melakukan serangan bunuh diri itu tidak faham Islam atau jihad," kata ulama terkemuka Saudi Syekh Saleh bin Fauzan al Fauzan, seperti dikutip Daily Times, Pakistan(9/7). Ulama terkemuka Timur Tengah, Yusuf al Qaradawi, bahkan menyebut serangan terhadap orang tak berdosa adalah dosa besar, seraya mengutip Al-Maidah ayat 32.

Akhirnya Karena Bom Mega Kuningan sangat mungkin dilakukan jaringan teroris internasional, maka mutlak menjalin kerjasama internasional, terutama dengan negara maju. Ini karena sejak 2002, mengutip AM Hendropriyono dalam Kompas (24/7), negara maju sulit berbagi akses informasi intelijen dengan Indonesia. Ironisnya, merekalah yang mengetahui simpul lengkap jaringan teroris internasional.☆


Sumber :
◆ MajalaH Defender, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.