Rabu, 16 Mei 2012

KRI Sultan Hasanuddin Diberangkatkan ke Lebanon

TRIBUNNEWS.COM - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., melepas Kapal Republik Indonesia Sultan Hasanuddin, nomor lambung 366 (KRI Sultan HSN-366) menuju Lebanon sebagai Satuan Tugas (Satgas) Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-D/UNIFIL yang merupakan bagian keseluruhan dari operasi UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Lebanon. Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com.

Pelepasan dilaksanakan dengan upacara Militer di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok Jakarta Utara, Rabu (16/5/2012).

KRI Sultan Hasanuddin-366 merupakan salah satu kapal terbaru yang dimiliki TNI AL, berjenis korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) buatan Belanda. Di jajaran Alutsista TNI AL, KRI Sultan Hasanuddin-366 masuk dalam Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkorarmatim).

Kapal ini memiliki berat 1.700 ton, panjang 90,71 m. lebar 13,2 m, kecepatan 28 knots dengan tenaga penggerak Diesel STC MAN, dilengkapi senjata Main Gun 76 mm Rudal Self Defence Tetral, Rudal anti Kapal Excocet MM 40 blok 2, torpedo 3 A 244S Mode II/MU dan satu Helikopter jenis Bolcow BO-105.


Satgas MTF ini diperkuat oleh 105 prajurit TNI AL, dipimpin oleh Letkol Laut (P) Dato Rusman lulusan AAL Angkatan 40 (tahun 1994). Ini merupakan Satgas keempat yang pernah ditugaskan TNI ke Lebanon setelah sebelumnya menugaskan KRI Sultan Iskandar Muda-367, KRI Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365 dalam misi yang sama. KRI Sultan Hasanuddin-366 akan bertugas selama 6 bulan di Lebanon terhitung sejak Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

Melalui amanatnya, Panglima TNI mengatakan bahwa penugasan satuan TNI untuk bergabung dalam Satgas Maritim PBB kali ini, merupakan penugasan keempat kalinya yang diikuti oleh satuan jajaran TNI Angkatan Laut, sehingga selain membawa misi TNI, bangsa dan negara dalam mengemban amanat Konstitusi, tentunya juga memiliki nilai dan dimensi politis serta diplomatis strategis bagi kredibilitas Indonesia di komunitas regional dan Internasional. Oleh karena itu, dipundak para prajurit terletak beban berupa kehormatan dan kepercayaan dari bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang telah berhasil dilaksanakan oleh tiga Kontingen Garuda pada penugasan sebelumnya.


Operasionalisasi Satgas Maritim UNIFIL memiliki dua Misi Pokok, yaitu : Pertama, melaksanakan Maritime Interdiction Operation (MIO) untuk membantu Angkatan Bersenjata Lebanon dalam mencegah masuknya pasokan senjata dan materiil ilegal lainnya ke Lebanon, sesuai Resolusi PBB Nomor 1701. Kedua, membantu Angkatan Laut Lebanon dalam meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas penegakkan kedaulatan negara di wilayah perairannya.

Diakhir amanatnya, Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., menyampaikan harapan yaitu; pertama, tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar senantiasa diberikan petunjuk dan bimbingan dalam setiap pelaksanaan tugas. Kedua, pegang teguh disiplin keprajuritan dengan berpedoman pada Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI, serta taati hukum internasional, hormati hak azasi manusia dan norma-norma yang berlaku dimana para prajurit bertugas.

Ketiga, bangun komunikasi dan jalin koordinasi yang baik dengan sesama Peacekeepers agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik, benar dan profesional. Di samping itu, manfaatkan komunikasi tersebut untuk dapat saling bertukar informasi dan pengetahuan yang dilandasi semangat kesetaraan dan saling menghormati sehingga dapat menambah wawasan para prajurit sekalian. Keempat, perhatikan faktor keamanan personel dan materiil serta senantiasa bekerja sesuai Standard Operating Procedure (SOP) dan Rules of Engagement (ROE) sebagai prosedur tetap yang telah di tetapkan oleh UNIFIL, agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian yang tidak perlu. Kehadiran prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 sangat diharapkan dapat membantu proses penciptaan perdamaian di kawasan, sehingga harus dihindari kemungkinan terjadinya konflik yang kontra-produktif terhadap tujuan digelarnya pasukan pemeliharaan perdamaian PBB di wilayah tersebut. Kelima, pelihara kondisi kesehatan dan rawat peralatan yang dimiliki guna mendukung kesiapsiagaan personel dan satuan selama pelaksanaan tugas.(tribunnews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.