Minggu, 06 Mei 2012

Paling Aman Berlindung dalam Tank

Panser Stormer Yonkav 1/Kostrad (Foto Formil Kaskus)

enjadi pengemudi tank memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak semua orang bisa melakukannya, karena membutuhkan keahlian khusus, Letak pengemudi Tank agak unik karena berada di sebekah kiri dan yang dipegang bukanlah kemudi. Disinilah dituntut keahlian khusus itu untuk mengemudikan tank berbeda dengan ranpur lainnya, terlebih saat di malam hari yang hanya mengandalkan periskop infra red.


Selain itu, pengemudi tank juga harus dituntut untuk mengerti segala peralatan dan pemeliharaan tank yang menjadi tanggung jawabnya. Itulah yang dialami oleh Serda M Sabdoyo, yang sudah bergabung dalam Batalyon Kavaleri sejak tahun 1993.

Prajurit TNI AD ini kelahiran Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah ini pertama kali mengenal kendaraan tempur tank pada saat Secata Kavaleri di Pusdikav pada tahun 1993. "Latar belakang saya memang bukan STM, saya malah SMA jurusan IPS, tapi emang suka hal yang berbau teknis," ujarnya ketika dijumpai di Yonkav 1/1 Kostrad, Cijantung, Jakarta Timur.

Menurutnya menjadi pengemudi tank adalah hal yang tidak mudah. Dirinya merasa beruntung karena dirinya merupakan tentara pertama dari kavaleri yang mendapat pelatihan langsung dari negeri pembuat tank Scorpion yaitu Inggris. Dia selama dua bulan mendapat pelatihan mengemudi tank sekaligus pemeliharanya oleh instruktur asing yang datang dari Inggris. "Saya boleh dibilang orang baru tapi langsung dipercaya untuk tampil pada HUT TNI pada Oktober 1995," ujarnya.

Pada saat ini Serda Sabdoyo bisa dikatakan supir tank yang paling senior di Batalyon kavaleri I/I Kostrad. Dari sudut pengalaman operasi ada pengalaman yang menarik sekaligus mencekam yang dialami oleh Serda Sabdoyo kelahiran 1974 ini.
 Panser Stormer TNI AD di Aceh

Panser TNI AD di Aceh
Pada saat tugas 2001 - 2002 di depur Cakra, Aceh dirinya mengalami serangan mendadak dari GAM pada saat mengawal pembebasan sandera kakak kandung dari Abdulah Puteh di Aceh Timur. "Pada saat itu kami mendapat penghadangan dari GAM bahkan dilempar bom rakitan dan meledak, tapi karena tank Stormer ini tangguh, maka serangan itu tak berarti. Dari situ saya berkesimpulan memang paling aman berlindung dalam tank, karena GAM sendiri ragu jika mendapat serangan dari tank" paparnya.

Pengalaman selanjutnya di Aceh juga tahun 2005, pasca Tsunami, Dengan tank Stormer AVBL, yang mempunyai kemampuan khusus untuk menggelar jembatan darurat berkekuatan 30 ton. "Dengan tank ini, jembatan yang seharusnya dapat dibangun sampai 2 bulan hanya dipersingkat menjadi 2 minggu," ujarnya. Ketika sedang membantu rehabilitasi pasca Tsunami di Lepung Long, Aceh Jaya, tank AVBL ini sempat diserang pasukan bersenjata, padahal pasukannya memang tidak membawa senjata amunisi. "Kami disana memang tujuannya membantu untuk pemulihan tapi malah diganggu," ujarnya.

Sebagai pengemudi tank yang paling senior, dia saat itu menjabat Danran tank AVBL. Selain itu juga melatih tamtama yang baru dan sudah lolos seleksi. Prajurit kavaleri ini mengaku sangat senang dalam tugasnya, walaupun tank sudah cukup umur, tapi dirinya tetap merawat dan memberi peltihan bagi prajurit baru di kavaleri agar tank ini tetap terawat seterusnya. Dia mempunyai prinsip, mati dan hidup ada dalam tank.


Panser Stromer versi Jembatan
- sumber dari Majalah Defender, Juli 2007 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.