Sabtu, 09 Juni 2012

★ High Speed Flying Test Bed

 Wahana terbang penguji sistem kendali

Kemampuan di bidang pertahanan dan keamanan merupak:an hal yang sangat penting pada zaman sekarang. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar juga harus memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang handal. Setiap hari ancaman dan tantangan dapat terjadi pada Indonesia, seperti : masuknya kapal laut atau pesawat udara tanpa awak, milik negara lain yang masuk ke wilayah Indonesia.

Dengan demikian, Indonesia harus mampu dan mandiri dalam pengadaan alat pertahanan. Alat pertahanan dan keamanan yang strategis salah satunya adalah sistem pertahanan missile. Oleh karena itu Indonesia juga harus mengembangkan diri agar mampu menguasai teknologi missile dan selanjutnya mampu membuat missile sendiri. Teknologi missile membutuhkan sistem autopilot yang handal agar bisa terbang terkendali penuh tanpa melakukan kesalahan trayektori. Diperlukan satu wahana terbang untuk menguji sistem kendali terbang dengan memeriksa beragam koefisien parameter dinamika terbang yang tepat dan akurat agar kesalahan trayektori terbang dapat dikurangi.

High Speed Flying Test Bed (HSFTB) adalah wahana yang dirancang untuk mewujudkan keinginan di atas. Wahana terbang (HSFTB) ini dirancang, dibangun dan diterbangkan dalam tiga tahapan: Low Speed, Mid Speed dan Folded Wing.

Kegiatan ini meneliti pembuatan wahana terbang berbasis turbojet sebagai langkah tahapan menuju pembuatan rudal nasional berbasis turbojet. Penelitian ini dimulai dari mempelajari karakteristik dinarnika terbang roket LAPAN yang diteliti secara seksama, memahami karakter desain bentuknya, memprediksi trayektori terbangnya, memproduksi wahana terbang, dan menguji terbang hingga mampu.

 Beberapa manfaat dari kegiatan ini adalah :

1. mampu mendeteksi dan menganalisa anomali trayektori terbang sebelum dan sesudah terbang.
2. mampu menentukan sumber terbesar penyebab trayektori gagal dengan cara memasukkan kesalahan peralatan terbang pada simulasi terbang.
3. mampu menguji tingkat signifikansi perbaikan peralatan terbang pada trayektori terbang.
4. mampu menguji strategi kendali terbaik untuk setiap jenis wahana agar memenuhi sasaran misi terbang.

HSFTB adalah pesawat yang diluncurkan dari launcher dengan menggunakan roket booster, Pada saat motor roket burn out, diadakan separasi untuk memisahkan HSFTB dari boosternya, dan kemudian wahana ini akan terbang dengan menggunakan mesin sendiri.

Untuk Tahap I (kegiatan tahun pertama) HSFTB, telah selesai dirancang, dan juga telah mengalami beberapa kali uji terbang.

Untuk Tahap II (kegiatan tahun II), kembali dirancang HSFTB dengan beberapa
penyempurnaan berdasarkan hasil rancangan tahap I.

Berdasarkan hasil kajian dapat ditarik kesimpulan bahwa HSFTB sudah memenuhi kriteria kestabilan untuk terbang dan untuk dilontarkan menggunak:an roket. Namun untuk menghadap gangguan angin dari samping, HSFTB belum diketahui perilakunya.

Hasil yang dicapai memperlihatkan HSGTB yang diluncurkan dengan booster, lebih baik dibandingkan wahana yang diluncurkan dengan menggunakan engine, sehingga peluncuran dengan booster merupakan pilihan untuk dikembangkan lebih Ianjut. 

Pembuatan roket kendali memang rumit, karena Indonesia belum menguasai guide missile-nya. Sejak tahun 2010 guide missile tersebut dipelajari dengan membuat pesawat tanpa awak High Speed Flying Test Bed, HSFTB.

HSFTB merupakan wahana terbang turbojet, untuk menguji sistem kendali dengan memeriksa beragam parameter dinamika terbang yang tepat dan akurat.

Selain untuk roket pengorbit satelit, HSFTB berguna sebagai tahapan membuat rudal nasional dan UAV tingkat advance.

Wahana terbang HSTFB menganalisa anomali trayektori, menguji signifikansi perbaikan peralatan, serta menguji strategi terbang agar mencapai sasaran. 

Informasi dari pesawat HSFTB ditransfer ke RKN 200 untuk merevisi kemampuan flight control system (rate gyro, akselero dan GPS), sistem tracking rocket jarak jauh (Multi Gain IMU), serta teknologi UAV (komunikasi data).

Pesawat yang dijadikan acuan dalam proses desain HSFTB LAPAN adalah Long range missile: Storm Shadow/SCALP EG buatan Konsorsium Eropa, serta AGM-158 Joint Air-to-Surface Standoff Missile, Lockheed Martin, USA. 

HSFTB LAPAN sempat jatuh (stall), saat melakukan manuver akibat kehilangan daya dorong. Kejutan daya dorong yang berubah mendadak, tidak bisa diantisipasi oleh aerodinamika HSFTB.

Setelah mencoba selama dua tahun, Hasil yang dicapai HSFTB yang diluncurkan dengan booster, lebih baik dibandingkan wahana yang diluncurkan dengan engine. Kini peluncuran dengan booster merupakan pilihan yang dikembangkan lebih lanjut.

Semuanya itu terus diujicoba di Serpong Tangerag Banten, Garut - Jawa Barat, serta di Baturaja, Sumatera Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.