Senin, 18 Juni 2012

Semangat Yang Tak Pernah Padam

Semangat juang yang tertanam pada diri para prajurit Grup-2/Parako Kopassus di dalam tugas - pantang mundur dalam pertempuran hingga titik darah penghabisan - benar-benar mereka buktikan, meski sebagian anggota badan harus rusak karenanya...

erma Niko, ketika bertugas di Ambon, Maluku (2001) sebagai bagian dari Yongab-2 (berisi personil Kopassus, Marinir dan Paskhas) mendapat perintah utuk membantu membebaskan personil Yonif 408 yang terkepung dan tidak dapat keluar dari suatu tempat ketika mereka sedang mengadakan patroli, karena dihadang dan dibarikade oleh salah satu kelompok yang berkonflik disana.

Dalam upaya pembebasan rekan-rekannya yang terkepung itu, di sekitar PAM Haur Kuning dia bersama pasukannya  dari Batalyon Gabungan (Yongab) dihadang lalu terjadi kontak senjata dengan kelompok yang membarikade lokasi pasukan Yonif 408. Namun mereka dapat dan berhasil mengurung lawan, sehingga personil 408 dapat keluar dengan aman.

Selanjutnya pasukan melakukan penelusuran dengan menaiki sebuah tebing sehingga pandangan menjadi luas. Di atas tebing, terlihat sebuah rumah yang dijadikan pos oleh salah satu kelompok bersenjata yang bertikai di Ambon.

Pos itu lalu diserang dan terjadilah baku tembak. " Saat menyerbu ke rumah itu, pasukan dihadang dengan senjata mesin Minimi, tapi berhasil dilumpuhkan sehingga rumah itu dapat dikuasai. Di dalam rumah tersebut banyak mayat tergeletak akibat baku tembak, " katanya. Sedikitnya 15 orang personil lawan terkena tembakan.

Pasukan dari Yongab-2 itu lalu mengadakan pembersihan ke dalam rumah. Selesai pembersihan, sesaat sebelum keluar dari rumah, ternyata lawan melempar granat dan masuk ke dalam rumah. Niko lalu teriak "Granat" dan pasukan yang ada di dalam segera lari keluar, sehingga granat itu tidak sempat mengenai mereka.

Namun tanpa diduga, di luar rumah kembali mereka dilempari granat. Dua granat secara berturut-turut dilempar. Granat pertama tidak mengenai pasukan, tapi granat ketiga mengenai salah satu personil pasukan  Batalyon Gabungan (Yongab).

Secara spontan, Bintara Kompi yang sekarang menjabat Bintara Tinggi Logistik Grup-2 ini lalu mengendong rekannya yang terluka, berlari mencari tempat berlindung, karena tembakan masih gencar menghujani mereka.

"Saya dan rekan dari Paskhas AU yang saya gendong berguling-guling untuk menghindari tembakan. Sebagai prajurit Komando, saya tidak gentar dan pantang menyerah, walaupun saat itu musuh yang menembaki sangat banyak. Saya harus lolos dari maut, walaupun hati kecil pesimis, karena melihat kondisi maupun situasi medan yang susah dan lawan yang kuat tersebut. Bahkan, karena gencarnya tembakan, kami tidak dapat membalasnya," katanya.

Begitu mendapat tempat berlindung berupa bangunan kios kecil berdinding dan beratap seng, dia dan pasukannya melakukan tembakan balasan. Namun kembali seorang rekannya kena tembak di punggung dan ketika akan menolongnya, sebutir peluru mengenai helmnya. "menurut saya, tembakan itu berasal dari Sniper. Peluru itu terasa berputar-putar lalu mengenai mata kanan saya hingga pecah. Serpihan peluru juga mengenai mata kiri saya." kenangnya.

Peristiwa kontak senjata di Haur Kuning itu mengakibatkan satu prajurit gugur dan beberapa lainnya luka-luka, termasuk Niko.

Kini, mata kanan lelaki bertubuh besar itu mengalami kebutaan dan terpaksa dia menggunakan mata palsu. Untung saja mata kirinya bisa berfungsi kembali dengan normal, sehingga dia masih tetap bergabung di Kopassus, Niko yang pernah ditugasi dalam tugas di Timor Timur (1993-1994), Irian Jaya/Papua (1996-1998), juga akhirnya bertugas kembali ke Ambon pada tahun berikutnya.

Atas keberhasilan dan pengorbanannya itu, dia mendapat kenaikan pangkat dua tingkat, melalui KPMT (Kenaikan Pangkat Medan Tempur) pada Januari 2005, yakni dari pangkat Sertu (Sersan Satu) menjadi Serma (Sersan Mayor). Dan, atas cacat mata kanannya yang sudah tidak dapat berfungsi lagi, maka membuat Serma Niko menjadi penembak kidal, karena musti membiasakan diri menembak dengan mata kirinya untuk membidik sasaran target.

“ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA ”
(dikutip dari Majalah Defender, April 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.