Rabu, 18 Juli 2012

Indonesia Ajak Australia Bersikap Netral dalam Konflik Laut China Selatan

http://jurnalparlemen.com/photos/thumb/3745/281/183/fdd17fc1551be79c2eebe6de8f2200af.jpgSenayan - Komisi I DPR RI menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr dan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty. Dalam pertemuan tersebut Komisi I menyampaikan keresahan masyarakat Indonesia terhadap pembangunan pangkalan militer AS di Australia.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, Indonesia menghormati hak Australia dan Amerika untuk beraliansi di bidang militer. Tapi, kata Mahfudz kepada delegasi Australia, aliansi militer itu sudah cukup mengganggu stabilitas kawasan.

Bob Carr lalu menjelaskan bahwa peningkatan kerja sama militer Australia-Amerika hanya fokus untuk latihan bersama dan penanggulangan bencana. Sehingga tidak mungkin misalnya, marinir yang bertugas di pangkalan tersebut akan digunakan untuk mengamankan kepentingan Amerika Serikat di Papua.

"Kita nyatakan, jangan sampai kerja sama militer Australia-Amerika itu dijadikan jembatan untuk membuka pintu intervensi terhadap pihak lain," kata Mahfudz Siddiq di ruang kerjanya, Senin (16/7).

Mahfudz juga meminta agar Australia dapat bersikap netral terhadap konflik perbatasan antara Filipina dan sejumlah negara yang tergabung dalam ASEAN dengan China. Ia menjelaskan posisi Indonesia yang merespons konflik ini dengan penyelesaian dua kamar.

Kamar pertama, ASEAN mengkonsolidasi gagasan tentang konflik Laut China Selatan melalui 'code of conduct' sambil menggalang dialog ASEAN plus China. Jika dibutuhkan, dialog ini dapat mengundang Australia. Kamar kedua, mengupayakan pembicaraan netral antara China dan Filipina karena adanya kesepakatan di antara kedua pihak ini bakal meredakan potensi ketegangan di wilayah sekitarnya.

"Dalam konteks konflik Laut China Selatan, kami mengajak Australia bersikap seperti Indonesia yang mengambil posisi netral. Kalaupun Australia punya aliansi dengan Amerika, mereka diharapkan mempertimbangkan kawasan ini ketimbang perspektif Amerika," kata Mahfudz.
Sumber : Jurnal Parlemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.