Rabu, 29 Agustus 2012

Imparsial: Kemhan Harus Prioritaskan Alutsista Laut Dan Udara

Ilustrasi Pertahanan Udara
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) diminta memprioritaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk wilayah laut dan udara mengingat sangat luasnya cakupan keduanya. Indonesia adalah negara maritim dan memiliki luas kekuasaan udara yang besar. Selayaknya pertahanan di dua wilayah itu diperkuat.

"Pada 2013, Kemhan harus merencanakan sungguh-sungguh anggaran untuk alutsista. Itu diperlukan agar dana yang besar tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya guna meningkatkan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, kepada Koran Jakarta, Selasa (28/8).

Pernyataan itu menanggapi kenaikan anggaran pertahanan pada 2013 menjadi 77 triliun rupiah atau naik sekitar 5 triliun rupiah dibandingkan tahun lalu. Pernyataan itu kembali dipertegas karena Imparsial melihat, pada 2012, Kemhan justru memprioritaskan pengadaan alutsista untuk kekuatan darat.

Salah satu pengadaan alutsista yang menonjol pada 2012 ini adalah pengadaan 100 unit main battle tank Leopard dari Jerman. Dari segi alokasi anggaran saja, lanjut dia, TNI AD mendapatkan jatah anggaran hingga 30 triliun rupiah pada 2012. Bandingkan dengan TNI AL yang hanya 9 triliun rupiah dan TNI AU yang hanya 8 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi anggaran itu, Poengky melihat pemerintah masih mengandalkan kekuatan darat dibandingkan laut dan udara. Poengky juga berharap Kemhan meningkatkan keterampilan prajurit, terutama prajurit yang mengawaki alutsista laut dan udara. Apalagi semakin hari teknologi alutsista semakin canggih dan modern.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan bahwa kebijakan mengerem pertumbuhan prajurit tak akan berlaku untuk para prajurit ahli seperti pengawak. "Artinya, kalau ada 10 prajurit yang pensiun, kita harus merekrut 10 prajurit lain," kata Purnomo.

 Tetap Seimbang

Menurut dia, penting diberlakukan manajemen sirkulasi yang baik agar jumlah kekuatan personel tetap seimbang. "Bukan berarti bahwa zero growth itu nol, dan tidak berarti persis sama dengan yang keluar. Kita menyadari ke depan butuh personel banyak karena akan ada tambahan banyak skuadron tempur dan skuadron angkut," jelas dia.

Purnomo bahkan menjanjikan akan mengadakan program pendek untuk para penerbang TNI. Di samping itu, lanjut dia, akan ada dua program lagi untuk menempatkan personel dalam jumlah yang pas di bagian tertentu. Kemhan juga akan membuat standar prajurit yang lebih baik. Sebagai contoh, ketika ada restrukturisasi Kodam dan terdapat sejumlah unit baru, tak harus ada penambahan personel.

Bisa saja dengan melakukan perpindahan personel. Sebelumnya, DPR banyak menyoroti keterampilan prajurit yang kurang seiring semakin masifnya pemerintah melakukan belanja alutsista. Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Kertopati, menyatakan alutsista secanggih apa pun, tanpa diimbangi dengan dukungan pengawak yang profesional, hanya akan menjadi onggokan barang yang tak bernilai.

Selain itu, tambah dia, Kemhan harus disiplin dalam menggunakan dana, baik untuk kegiatan strategis maupun operasional. Untuk itu, Kemhan harus transparan dalam penggunaan dananya agar publik dapat ikut mengawasi. "Kemhan harus transparan mengalokasikan dana. Yang penting, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) harus sebanding dengan dana operasional bagi pengembangan sumber daya manusia, khususnya pengawak dan prajurit," kata dia.

Disiplin terhadap rencana strategis, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, itu penting. Sudah transparan atau belumnya penggunaan anggaran tak akan terlaksana dengan baik jika tak didukung DPR. Kesejahteraan prajurit harus menjadi bagian yang utama. "Alutsista memang penting, tapi alutsista modern dan canggih harus sejalan dengan meningkatnya kemampuan prajurit," kata dia.

3 komentar:

  1. Tetap aja alasan LSM ini alasannya terkesan kurang cerdas dan kurang baca berita. 100 leopard second itu budgetnya kan 250 juta dolar US. katakan 2,5 triliun rupiah. mereka mungkin nggak tahu kalo dana buat beli Cang bo go itu 10 miliar dolar atau sekitar 10 triliun rupiah. belum itu fregat dari belanda
    itu 2 triliun, LST dan PKR yang dibuat di PAL itu katakan 2 triliun. belum trimaran, BMP-3F, CN 235 MPA, heli OTHT yang mau dipesen 4 triliun. itu sudah 18 triliun di Angkatan Laut.

    sekarang di angkatan udara. 6 sukhoi plus spare part, mesin, dan amunisi itu 3 triliun, 16 super tucano 4 triliun, 16 T-50 4 triliun, hibah F-16 2,5 triliun. hibah hercules 900 milyar, program KFX/IFX 20 triliun, 9 N-295 3 triliun lebih. itu sudah 37,4 trilun, belum termasuk perawatan.

    sekarang bandingkan 100 leopard yang harganya 2,5 trilun, dengan alutsista laut dan udara yang mencapai 55,4 trilun.
    sekarang pembaca tahu sendiri kan bahwa harga tank leopard itu sangat kecil dibandingkan alutsista angkatan lain? jika LSM bilang kalo kurang memperhatikan angkatan laut dan udara itu kira2 salah atau tidak benar? jawabannya tahu sendiri kan?
    sekarang tahu, yang kelihatan gak tahu apa2 soal alutsista itu LSM. sok tahu dan membodohkan rakyat.

    BalasHapus
  2. S7 Mas nama juga Imprasial yang penting buat statment eh salah jadi sial deh wkwkwk dan 1 lagi nama LSM itu duit darimana yah ????? Antek Asing sepertinya

    BalasHapus
  3. Itu dana yang dikatakan paling banyak untuk AD itu kan buat pengadaan tahun 2012. jadi AD menyerap dana paling banyak. Bukan cuman leopard aja yang dibeli tapi juga meriam, helicopter, senjata anti tank dll. jadi dananya kan bukan cma 2 trilyun aja.Ya lebh dr 2 trilyun. nah gmna tu? Jadi kan udah keluar dari rencana yg udah disusun. Yang paling harus diutamakan itu wilayah laut udara. karena wilayah ini lebih besar dari Eropa. Mikir lah. Tapi klo pengadaan Leopard itu memang harus ada. Karena Malaysia punya tank besar T91 Rusia. Biar gak merasa kecil gtu lho nyali. Ok lah klo bgtu?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.