Sabtu, 22 September 2012

Teroris Solo II



 Lagi, Terduga Teroris Solo Ditangkap

Rudi ditangkap di depan Solo Square Mall tengah malam ketika turun dari bus.

Salah satu keluarga korban terduga teroris Solo, Jawa Tengah, yang ditembak mati Densus 88.
Keluarga korban terduga teroris
Dua orang warga Solo yang dicurigai sebagai pelaku terorisme ditangkap petugas dari Densus Anti Teror Mabes Polri, Sabtu (22/9) dinihari.

Belum diketahui keterlibatan kedua orang tersebut. Saat ini sejumlah petugas polisi dan TNI bersenjata lengkap bersiaga di sekitar pusat perbelanjaan Solo Square, Griyan, Pajang, Laweyan, Solo.


Sejumlah sumber menyebutkan kedua orang itu ditangkap di sekitar pusat perbelanjaan tersebut. Densus terlebih dahulu menangkap seseorang yang disebutnya bernama Rudi, warga RT 03 RW 07 Serengan. Rudi ditangkap di depan Solo Square Mall tengah malam ketika turun dari bus.


Seusai menangkap Rudi, giliran seseorang yang disebut bernama Budi turut di tangkap. Budi merupakan warga  RT 05 RW X Pajang, Laweyan. Dia ditangkap di jalan dekat rumahnya yang berada di sekitar Solo Square. Pihak kepolisian setempat tidak ada yang bersedia memberikan keterangan.


Polisi menutup akses menuju ke perkampungan yang berada di Solo Square. Mobil Gegana terlihat berada di lokasi tersebut. Police line juga telah terpasang. Hal itu mengundang perhatian
warga yang menyaksikan aparat keamanan berjaga-jaga di sekitar lokasi. 


 Enam Orang Terduga Teroris Digulung Densus

Pagi ini Densus 88 menggrebek sebuah tempat di belakang pusat perbelanjaan Solo Square di Griyan Padjang Wawean, Solo.

Ilustrasi Densus 88
Densus 88
Upaya tak kenal lelah Detasemen Khusus 88/Mabes Polri menggulung jaringan pelaku teror terus dilakukan.

Pagi ini detasemen berlambang burung hantu itu menggrebek sebuah tempat di belakang pusat perbelanjaan Solo Square di Griyan Padjang Wawean, Solo.


"Mereka ini pelaku yang merakit bom. Ada beberapa orang yang sudah kita amankan. Mereka terkait dengan sel teroris Depok dan juga Poso," kata seorang penyidik Densus 88/Mabes Polri yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi, hari ini.


Sementara itu Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang.


Seperti diberitakan, pelaku perakit Bom Depok yang tak sengaja meledak di Depok pada Sabtu (8/9) yang bernama Wahyu Ristanto ternyata berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah.


Pengungkapan asal usul Wahyu dari Karanganyar membuat polisi semakin yakin jika bom rakitan yang meledak  di kompleks Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara di Jalan Nusantara, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat itu terkait dengan serangkaian aksi teror di Solo belakangan ini.


Lokasi asal Wahyu sekitar 30 kilometer (km) dengan Bayu Setiono terduga kasus terorisme yang dibekuk di rumahnya di Dukuh Tempel, Keluruhan Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar pada Jumat (31/8).


Bayu ditangkap sesaat setelah Densus 88/Antiteror menembak mati dua teroris lainnya, Farhan Mujahidin dan Mukshin Sanny Permadi, di Solo.


Seperti diketahui, jaringan Farhan Cs ini melakukan setidaknya tiga rangkaian kasus terorisme di Solo. Yaitu penembakan Pos Pam di Serengan pada Jumat 17 Agustus yang menyebabkan dua polisi terluka.


Juga penggranatan Pos Pam di Gladak pada Sabtu 18 Agustus, dan penembakan di pos polisi di Singosaren yang menyebabkan Bripka Dwi Data Subekti gugur pada Kamis 30 Agustus.


"Saya belum bisa ceritakan kaitan langsung atau tidak langsungnya apa itu poros Depok-Solo ini, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, sesaat setelah bom Depok meledak, mereka di Depok ini sepertinya cukup reaktif merespon ajakan teror para ihwan-ikhwan yang di Solo," kata penyidik Densus saat dihubungi saat itu.



 Jaringan Teroris Solo Siapkan Bom Untuk Polisi

Mabes Polri pastikan teroris Depok berporos ke Solo.

Rumah terduga teroris di Depok, Jawa Barat, hancur akibat ditembaki Detasemen Khusus Antiteror 88.Ada dua orang pelaku teror yang ditangkap dalam operasi yang digelar Detasemen Khusus 88/Mabes Polri di Solo pada Sabtu (22/9).

Mereka terkait dengan Muhammad Toriq.

Menurut Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar, mereka yang ditangkap adalah RK yang lahir di Solo pada 2 Juli 1967, pekerjaan swasta, dan beralamat di Makam Bergulo RT 03 RW 07 Serengan, Surakarta. Dia ditangkap pada Sabtu pukul 00.00 di depan Solo Square saat turun dari bis dari Cilacap.


"Lalu terduga teroris yang kedua adalah BH, lahir di Solo, 18 Mei 1967, pekerjaaan wiraswasta, dan beralamat di Griyan RT 05 RW 10 Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dia ditangkap pagi tadi pukul 05.30 WIB di jalan dekat rumahnya," kata Boy.


RK adalah Rudi. RK, kata Boy, terkait dengan kelompok Bojong Gede yang dimotori mendiang Wahyu Ristanto, yakni perakit bom yang meledak di Beji, Depok. RK juga merekrut pelaku lain dan ikut pelatihan para militer di Poso.


"Dia ini menyimpan tiga bom yang sudah jadi dirumahnya yang disiapkan untuk  menyerang polisi. Sedangkan BH (alias Badri) sebagai amir kelompok terkait dengan Rudi. Dia juga menyimpan bom dirumahnya. Sedang di upayakan untuk mencari bahan peledak  yang mereka simpan," tambahnya.


Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang. "Masih dikembangkan," katanya.

 Identitas Jaringan Teroris Poros Depok di Solo Terkuak

Rudi dan Badri telah mengaku membuat beberapa bom dengan skala besar yang saat ini telah jadi dan siap diledakan. 

Tim Gegana mengamankan hasil temuan di lokasi ledakan Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jabar. FOTO: ANTARADua identitas pelaku teror jaringan Depok yang berporos ke Solo telah dilansir Mabes Polri. Mereka adalah RK alias Rudi dan BH alias Badri. Lalu siapa pelaku teror lainnya yang belum dilansir itu?

Seorang sumber penyidik di Densus 88/Mabes Polri yang tak mau disebut namanya mengatakan jika Rudi dan Badri telah mengaku membuat beberapa bom dengan skala besar yang saat ini telah jadi dan disimpan di rumah Badri dan seseorang berinisal K.

Selain K, sumber itu menyebutkan, juga ada empat orang lain di dalam jaringan ini. Mereka berinisial N, M, W, dan A. "Saya belum bisa sebutkan mereka sudah atau akan ditangkap. Nanti saya sampaikan perkembangannya," kata sumber itu.


Seperti diberitakan, ada dua orang pelaku teror yang ditangkap dan dilansir Mabes Polri dalam operasi yang digelar Detasemen Khusus 88/Mabes Polri di Solo, hari ini. Mereka terkait dengan Muhammad Toriq.


Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar menjelaskan mereka yang sudah ditangkap adalah RK yang lahir di Solo pada 2 Juli 1967, pekerjaan swasta, dan beralamat di Makam Bergulo RT 03 RW 07 Serengan, Surakarta. Dia ditangkap pada Sabtu pukul 00.00 di depan Solo Square saat turun dari bis dari Cilacap.


Lalu  terduga teroris yang kedua adalah BH, lahir di Solo, 18 Mei 1967, pekerjaaan wiraswasta, dan beralamat di Griyan RT 05 RW 10 Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dia ditangkap pada pukul 05.30 WIB di jalan dekat rumahnya.


RK, kata Boy, terkait dengan kelompok Bojong Gede yang dimotori mendiang Wahyu Ristanto, yakni perakit bom yang meledak di Beji, Depok. RK juga merekrut pelaku lain dan ikut pelatihan para militer di Poso.


"Dia ini menyimpan tiga bom yang sudah jadi dirumahnya yang disiapkan untuk  menyerang polisi. Sedangkan BH (alias Badri)sebagai amir kelompok terkait dengan Rudi. Dia juga menyimpan bom dirumahnya. Sedang d upayakan utk mencari bahan peledak  yang mereka simpan," tambahnya.

Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang. "Masih dikembangkan," tandas dia.

 4 Bom Teroris Solo Akhirnya Diledakan

Peledakan bom itu menghancurkan satu ruang indekos dan rumah induk yang ditempati Chomeidi.

Ilustrasi ledakanPolisi akhirnya meledakan empat atas bom rakitan yang ditemukan di rumah terduga teroris Chomeidi di Kampung Griyan, Kelurahan Pajang, Kota Solo, hari ini.

Ledakan keempat dengan suara paling keras terdengar sekitar pukul 13.15 WIB, sedangkan ketiga sekitar pukul 12.45. Dua ledakan sebelumnya sekitar pukul 11.30 dan 12.00 WIB.

Saat peledakan keempat itu, terlihat dari jarak sekitar 200 meter dari rumah Chomeidi, ada benda beterbangan dari atap rumah tersebut. Saat mendengar ledakan keras itu, banyak warga keluar dari rumah untuk mengetahui keadaan rumah Chomeidi (43).

Petugas kepolisian melalui pengeras suara kemudian meminta warga agar tidak bergerak dari tempatnya berdiri karena tim gabungan kepolisian diperkirakan masih menjinakkan satu bom rakitan lainnya di rumah terduga teroris itu.

Sekitar pukul 13.40 WIB, mobil gegana dan kendaraan petugas lainnya meninggalkan lokasi itu, sedangkan petugas lainnya mempersempit letak garis polisi dari radius sekitar 200 menjadi 100 meter dari rumah Chomedi. Para petugas lainnya hingga saat ini masih menjaga keamanan di lokasi itu.

Ketua RT07 RW10 Kampung Griyan Eka Erwin mengatakan, ledakan dengan suara cukup keras itu menghancurkan satu ruang indekos dan rumah induk yang ditempati Chomeidi. "Bom disimpan di ruang induk itu sehingga polisi meledakkan di situ karena membahayakan," ungkap dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.