Senin, 17 September 2012

TNI AL Minta Kapal Berpeluru Kendali Diperbanyak

KRI Klewang 625
Jakarta – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) meminta pemerintah memperbanyak kapal-kapal cepat berpeluru kendali, termasuk KRI Klewang untuk memperkuat pengamanan di wilayah perairan.

Namun, kapal-kapal perang berukuran kecil tersebut harus ditopang dengan sistem persenjataan yang canggih. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno mengatakan, wilayah laut Indonesia yang sangat luas memerlukan dukungan alat utama sistem senjata (alutsista) yang banyak dan canggih. “Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti Klewang,” ungkap Soeparno di Jakarta kemarin.

Namun,karena sekarang ini baru memiliki satu kapal kawal cepat rudal (KCR) dengan tiga lunas, penempatannya baru bisa dilakukan di Armada RI Wilayah Timur (Armatim).

Dia menyebut, KRI Klewang adalah kapal yang dari segi desain unik dengan ada tiga lambung. Dengan tiga lambung itu, kapal ini memiliki stabilitas yang tinggi saat menghadapi gelombang. Namun, biaya membuat kapal tersebut juga mahal yakni mencapai Rp 114 miliar. Meski demikian, Soeparno mengatakan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, sebelumnya TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR yakni KRI Clurit dan KRI Kujang.

Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama dengan pemerintah China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705. Seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140 kilometer itu. TNI AL juga sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini.

Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menurut Menhan Purnomo Yusgiantoro, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan. ●fefy dwi haryanto
(Seputar Indonesia)

 Indonesia Butuh Banyak Kapal Cepat Rudal

Jakarta - Indonesia membutuhkan banyak kapal cepat rudal (KCR) untuk mengimbangi wilayah laut yang begitu luas dan daratan yang tersebar. Keberadaan KCR dinilai mampu mempermudah TNI maupun para pengelola keamanan di laut untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia. "Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti KRI Klewang," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Minggu (16/9).

KRI Klewang, tambah dia, merupakan KCR buatan asli Indonesia yang memiliki bentuk unik. Kapal ini juga banyak dipuji sebagai kapal siluman yang memiliki kecepatan tinggi dan mampu menembus ombak besar karena memiliki tiga lambung. Tak heran jika biaya pembuatan satu pesawat ini mencapai 114 miliar rupiah.

Menurut dia, produk buatan PT Lundin Industry Invest ini juga merupakan kapal yang berpeluru kendali dan berguna untuk menjaga perbatasan dan potensi laut di Indonesia. Saat ini TNI baru membeli satu KRI Klewang untuk ditempatkan di Armada RI Kawasan Timur. Meski demikian, Soeparno menuturkan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR, yakni KRI Clurit dan KRI Kujang. Total KCR yang saat ini dimiliki TNI AL tak lebih dari 10 unit yang masing-masing berukuran 40 meter.

 Idealnya 35 Unit

KRI Clurit 641
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan, idealnya Indonesia membutuhkan 35 unit KCR. "Perairan Indonesia cocok untuk pengoperasian KCR, terutama di wilayah barat karena cukup dangkal," jelasnya. Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama dengan China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.

Nantinya seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140 kilometer itu. TNI AL sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini. Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan.

"Kalau bisa produksi dalam negeri. Kami akan memasang rudal-rudal itu di daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya. KCR ini berbahan dasar komposit serat karbon yang tercatat lebih ringan, dan 20 kali lebih kuat dari baja ini memiliki panjang keseluruhan (length overall) 62,53 meter, lenght on waterline 60,7 meter, water draft 1,17 meter, beam overall 16 meter, bobot mati 53,1 ton.

Kapal ini digerakkan oleh 4 unit mesin penggerak pokok ini, didesain sebagai kapal siluman (stealth) canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Kehebatan kapal ini mampu menembus ombak setinggi 6 meter.

Pada acara peluncuran tersebut, Wakil Asisten Logistik Kasal, Laksma TNI Sayid Anwar menyatakan, bahwa momentum peluncuran kapal perang KCR pertama X3K Trimaran Class ini diharapkan akan menjadi titik awal pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL, sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani. "Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan industri militer dalam negeri," tambahnya. [nsf/P-3]
(Koran Jakarta)

1 komentar:

  1. Terbakarnya KRI Klewang harus dijadikan pelajaran agar tdk terulang lagi kebakaran KRI produksi dalam negeri. Penguasaan teknologi serat karbon harus lebih mumpuni shg dpt diketahui kelebihan dan kekurangannya. kehandalan persenjataan terutama sistem elektroniknya harus canggih shg dapat memenangkan setiap perang elektronik.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.