Senin, 17 September 2012

TNI Harus Mampu Bertindak Selaku Perekat Bangsa

Jakarta – Kebengisan dan kekejaman peristiwa aksi terorisme maupun konflik komunal di dalam negeri, seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang santun dan ramah serta memiliki budaya bergotong-royong.  Untuk itu TNI perlu mawas diri, bahkan TNI harus mampu bertindak selaku perekat bangsa dan membantu menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengembalikan jatidiri bangsa Indonesia yang cinta damai dan sangat religius.

Demikian amanat Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. yang dibacakan Kababinkum TNI Mayor Jenderal TNI S. Supriyatna, S.H., M.H. (selaku Irup) pada upacara bendera tujuh belasan yang diikuti oleh segenap personel Mabes TNI baik militer maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lapangan Upacara Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (17/9).

Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, maraknya unjuk rasa yang sering menyerang aparat, maraknya konflik berlatar belakang sara, serta maraknya konflik hak atas tanah adat pada akhir-akhir ini, mengindikasikan adanya skenario yang didalangi oleh pihak-pihak yang memiliki agenda dan kepentingan tertentu untuk menciptakan instabilitas di dalam negeri, sehingga kesemuanya itu menuntut TNI untuk lebih peka dan selalu meningkatkan kesiapsiagaan.

Berkaitan dengan tugas yang diemban TNI, diantaranya melindungi segenap bangsa Indonesia dan komitmen TNI dalam mengawal serta mengamankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,   Panglima TNI menyampaikan beberapa atensi dan harapan, sebagai pedoman dalam mengemban tugas dan komitmen, sebagai berikut : Pertama, implementasikan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai landasan moral, etika dan integritas dalam rangka mengemban tugas sebagai prajurit dan PNS TNI.

Kedua,  tingkatkan kewaspadaan nasional terhadap upaya-upaya untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi yang lain, karena Pancasila sudah teruji sebagai ideologi yang paling cocok untuk dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia yang sangat plural.

Ketiga, waspadai terus gerakan terorisme yang kehadirannya seperti pencuri di malam hari, sulit diprediksi namun tidak akan muncul apabila kita dalam kondisi siap. Terkait aksi terorisme tersebut, dan mengantisipasi terjadinya konflik komunal, kepada satuan Teritorial agar menghidupkan kembali Lima Kemampuan Teritorial yang di dalamnya termasuk Intelijen Teritorial, sehingga peristiwa di samping tidak terulang dan tidak menular ketempat lain.

Keempat, bantu tingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan terus ikut berupaya mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi masyarakat di sekitarnya, terutama oleh satuan kewilayahan, agar TNI senantiasa mendapat tempat di hati rakyat.  Kelima, tingkatkan dan pertahankan jatidiri TNI yang selalu memegang teguh disiplin, sehingga patut dijadikan teladan oleh masyarakat di sekitarnya guna mewujudkan disiplin nasional, karena hanya dengan disiplin nasional bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari bangsa-bangsa lain di dunia.

Upacara diikuti oleh prajurit TNI maupun PNS TNI yang bertugas di lingkungan Mabes TNI Cilangkap, berlangsung dengan tertib dan khidmat.

Kadispenum Puspen TNI
Kolonel Cpl. Ir. Minulyo Suprapto, M.Sc, M.Si, M.A.

 TNI Wajib Melindungi Bangsa Indonesia

kolinlamil-subJakarta - Amanat undang-undang menetapkan tugas pokok TNI untuk menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan NKRI, namun undang-undang juga mengamanatkan bahwa TNI berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dari berbagai ancaman termasuk aksi terorisme dan konflik komunal yang ada.

Demikian kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Panglima Kolinlamil Laksda TNI S.M. Darojatim pada Upacara Bendera 17 September 2012 di Lapangan Apel, Mako Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/9).

Lebih lanjut dikatakan bahwa bulan September terdapat beberapa catatan terkait aksi  terorisme, baik yang terjadi di luar maupun di dalam negeri, seperti peristiwa pengeboman gedung WTC di New York, Amerika Serikat pada tahun 2001 yang menewaskan sekitar 3.000 korban jiwa, dan peristiwa bom mobil di depan kedutaan Australia pada tahun 2004.

Dikatakannya,  peristiwa  ini hendaknya menjadi pengingat untuk selalu waspada terhadap kemungkinan aksi terorisme, karena para teroris memiliki sasaran yang sangat variatif, mulai dari menyerang institusi maupun ruang publik orang asing, pusat perbelanjaan, tempat peribadatan, bahkan belakangan sasarannya diarahkan kepada aparat keamanan khususnya aparat dari Kepolisian, seperti yang terjadi secara berturut-turut di kota Solo baru-baru ini.

Ia menambahkan, kebengisan dan kekejaman peristiwa aksi terorisme maupun konflik komunal di dalam negeri, seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang santun dan ramah serta memiliki budaya gotong royong. Oleh karenanya ia tegaskan bahwa TNI harus mampu bertindak selaku perekat bangsa dan membantu terciptanya kondisi yang kondusif untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia yang cinta damai dan sangat religius, serta dengan  berpartisipasi aktif dalam mendukung terciptanya rasa aman di kalangan masyarakat.

Hadir pada upacara bendera 17-an tersebut para pejabat teras Kolinlamil, Komandan Satuan Lintas Laut Militer Surabaya dan Jakarta, serta para komandan unsur yang berada di Pangkalan Kolinlamil.  Bertindak selaku Komandan Upacara Letkol Laut (T) Boy Sutan Sianipar, yang sehari-hari menjabat sebagai Kadepsin KRI Tanjung Nusanive-973.

(dispenkolinlamil/syamsir)

 Aksi Teroris Pengingat TNI Untuk Waspada

Jakarta – Dua aksi terorisme pada bulan September baik di luar negeri maupun dalam negeri seperti peristiwa pegeboman Gedung WTC di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang menewaskan 3000 korban jiwa dan Bom mobil di kedutaan Australia tahun 2004, hendaknya menjadi pengingat bagi TNI untuk selalu waspada terhadap kemungkinan aksi terorisme,  yang sasarannya sangat variatif baik institusi, ruang publik orang asing, pusat perbelanjaan, tempat peribadatan dan aparat  Kepolisian seperti di Solo baru-baru ini, tegas Panglima TNI.

Penegasan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E tersebut dibacakan Wakil Asisten Personel Kasau Marsma TNI Sugihardjo pada upacara bendera 17-an di lapangan Apel Mabesau Cilangkap, Senin (17/9).

Dikatakan, konflik komunal yang terjadi di Sampang dan beberapa daerah lain yang sampai menelan korban jiwa, telah mengusik rasa kebinekaan yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Kebengisan dan kekejaman aksi terorisme maupun konflik komunal dalam negeri seolah-olah sudah menjadi bagian kehidupan Bangsa Indonesia yang dikenal santun dan ramah serta memiliki budaya gotong royong.

Panglima TNI menekankan kepada seluruh satuan di jajaran TNI untuk mawas diri dan harus mampu bertindak selaku perekat bangsa dan membantu menciptakan suasana yang kondusif guna mengembalikan jatidiri Bangsa Indonesia yang cinta damai dan religius.

Maraknya  unjuk rasa, konflik berlatar sara dan konflik hak atas tanah adat yang sering menyerang aparat, mengindikasikan adanya skenario yang didalangi oleh pihak-pihak tertentu untuk menciptakan instabilitas di dalam negeri, untuk itu menuntut TNI lebih peka dan selalu meningkatkan kesiapsiagaan, tegas Panglima TNI.

a.n Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara
Sesdispenau

M. Akbar Linggaprana
Kolonel Sus Nrp 511339

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.