Rabu, 10 Oktober 2012

Antisipasi Selat Malaka

 Kapal Tempur Pesisir Di Selat Malaka

KRI Clurit 641 TNI AL
Batam - Indonesia akan menempatkan kapal tempur pesisir di dekat Selat Malaka. Penempatan itu bagian dari respons terhadap rencana penyebaran armada Amerika serikat di Asia Pasifik.

Kepala Pusat komunikasi Publik kementrian pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin mengatakan, kapal tempur pesisir mungkin akan ditempatkan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kota di Pulau Bintan itu menjadi Markas Pangkalan Utama TNI AL IV. "Pemerintah mengikuti dinamika kawasan dan akan mengimbangi," ujarnya, Selasa (9/10), di Batam, Kepulauan Riau.

Indonesia akan menempatkan kapal tempur pesisir di Pangkalan Utama TNI AL (lantamal) IV Tanjung Pinang. Namun tidak tertutup kemungkinan penempatan kapal korvet jika dibutuhkan. "Teknisnya akan ditentukan Koarmabar (Komando Armada RI Kawasan Barat)," ujarnya.

Hartind memaparkan itu saat ditanya tentang rencana Amerika Serikat menempatkan USS Freedom di Singapura. Kapal tempur pesisir itu akan mulai beroperasi di Asia Tenggara selama 10 bulan mulai tahun depan. "Penempatan itu lebih karena dinamika Laut China Selatan," ujarnya.

Selain itu, AS juga memandang perlu berkosentrasi pada Asia Pasifik. Karena itu, AS merombak pos-posnya di luar negeri, antara lain dengan menempatkan armada di Singapura dan pangkalan sementara untuk marinir di Darwin, Australia. "Saya sudah bertemu AL AS dan Australia. Saya tegaskan, Indonesia siap merespons pergerakan dari luar," ujarnya.

Salah Satu respons itu adalah penambahan kapal di Koarmabar. Dalam dua tahun ke depan, TNI AL akan menambah enam kapal patroli pesisir yang empat diantaranya dilengkapi dengan rudal. Dua kapal cepat rudal (KCR) sudah di operasikan TNI AL. Sementara empat kapal lain sedang dibangun di Batam.

Komandan Satuan Tugas Pembangunan Kapal Patroli di Batam Kolonel Nurwahyudi mengatakan, KCR pertama dan kedua sudah dioperasikan TNI AL. Sementara KCR ketiga sudah proses penyelesaian akhir. Adapun KCR nomor empat akan mulai dibangun tahun depan. Pembangunan dilakukan di galangan PT Palindo Marine, Batam.

TNI AL juga tengah memesan dua kapal patroli dari perusahaan itu. Kedua kapal tersebut direncanakan diterima TNI AL pada April 2013. "Perbedaan dengan KCR hanya terletak pada rudalnya. Kapal patroli tidak dilengkapi rudal seperti KCR," ujarnya.

Hartind mengatakan, kapal-kapal sejenis KCR cocok untuk perairan Di Indonesia barat. Dikawasan itu, perairan relatif dangkal dan banyak selat sehingga dibutuhkan kapal-kapal dibawah 60 meter yang lincah untuk tipikal perairan seperti itu. " Untuk Indonesia timur yang lautnya dalam, perlu kapal-kapal lebih besar," ujarnya.

Hartind mengatakan pemerintah memesan enam kapal tempur pesisir ke PT Palindo Marine. Di Surabaya, pemerintah menggandeng PT PAL dalam program Korvet nasional. (RAZ)

 Situasi Selat Malaka Semakin Aman

Situasi keamanan pelayaran di perairan Selat Malaka diklaim terus meningkat seiring dengan menurunnya angka kejahatan di jalur pelayaran paling padat di dunia itu.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Batam Kolonel Laut (P) Nurhidayat menuturkan, terkait pengamanan Selat Malaka ini, sekarang belum perlu ada penempatan Kapal Perang (KRI) di perairan Kepulauan Riau. Pasalnya, keamanan perairan Selat Malaka semakin kondusif.

"Penggunaan KRI bila tingkat kerawanannya terus meningkat. Ini pun harus dilaporkan terlebih dahulu kepada gugus tempur laut (Guspurla), sebelum pengerahan kapal perang," katanya saat menerima kunjungan Puskom Publik Kemhan dan wartawan di Batam, Selasa (9/10/2012).

Meski demikian, dia juga mengakui beberapa kendala yang kerap dihadapinya dalam pengamanan Selat Malaka, seperti terbatasnya personel di Lanal Batam yang hanya berjumlah 143 orang.

Selain itu, Lanal Batam juga hanya memiliki 12 unit kapal yang digunakan untuk patroli. Karenanya, pihaknya mengajukan penambahan enam armada kapal laut untuk memaksimalkan penjagaan keamanan di wilayah itu.

Beruntung, Lanal Batam memiliki 12 unit radar sistem pengawasan maritim yang terpasang di sepanjang wilayah Sabang hingga Batam. Teknologi dari radar tersebut menurut Nurhidayat, sangat membantu dalam pengamanan wilayah tersebut.
© Kompas, Sindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.