Kamis, 04 Oktober 2012

DPR Disarankan Pelajari Sistem Keantariksaan India dan Iran

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBXA5-ksNFUrdbVWxKsTvdPTpAgm4Dh0uGOH2qV3BVVBlsRe7xdPP8-ZzcKotS0__ezEoda8haZMFl2yW6U-pSk34q9p-h-qZz3VTumn53www2J2GPxWRpaVcYxWWnyQCEOAb0jO777Ur_/s400/lapan.jpgAHLI sistem satelit Arifin Nugroho merekomendasikan anggota Komisi VII DPR untuk belajar dari sistem keantariksaan India dan Iran. Kedua negara ini memiliki pola pikir dan karakteristik yang sama dengan Indonesia.

"Kalau mau mencontoh, kepada negara yang memiliki mindset yang hampir sama dengan kita, demografinya hampir sama, kulturnya hampir sama. Negara yang patut untuk dilihat adalah India dan Iran," kata Arifin saat menjadi narasumber RUU Keantariksaan di Komisi VII, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (3/10).

Kedua negara itu, kata Arifin, sudah berhasil meluncurkan satelit pada orbitnya dan dua-duanya sudah memiliki produk misil untuk security.

Kata mantan ketua Asosiasi Satelit Indonesia ini, keantariksaan jangan diposisikan sebagai proyek mercusuar. Keantariksaan harus didudukkan dalam konteks kesadaran bahwa ruang (space) adalah sebagai geopolitik baru.

"Penguasaan space itu adalah penguasaan suatu resources yang akan membawa suatu tingkat atau kesenioran sebuah bangsa. Itu adalah martabat bangsa," katanya.

"Alangkah indahnya bila bangsa ini sudah beranjak pada penguasaan geopolitik baru ini. Untung ruginya barangkali tak harus menjadi penghalang tetapi kedepankanlah martabat bangsa ini," ujarnya.

"RUU Keantariksaan adalah inisiatif pemerintah dengan inisiatornya, LAPAN. Namun menjadi perdebatan, apakah nantinya otoritas Keantariksaan itu cukup dipegang lembaga khusus atau cukup hanya LAPAN," tambahnya.

© Jurnal Parlemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.