Senin, 07 Januari 2013

Setelah 7 Terduga Teroris Tewas Ditembak

 Mereka terduga teroris. Ditembak mati karena melawan.

Lokasi penggerebekan terduga teroris di Dompu, NTB
Jakarta Detasemen Khusus 88 kembali menembak mati tujuh orang terduga teroris yang berusaha ditangkap di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Kemudian empat orang lainnya ditangkap.

Dua terduga teroris yakni Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah tewas di Makassar pada Jumat 4 Januari 2013. Kemudian, sejumlah orang lainnya yakni Thamrin, Arbain Yusuf, Syarifudin dan Fadli ditangkap di Makassar pada pukul 10 pagi, keesokan harinya.

"Mereka kelompok Abu Ruswa, jaringan Poso yang sedang melakukan teror di Makassar," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di kantornya, Jakarta, Sabtu 4 Januari 2012.

Dalam penelusuran jaringan Poso ini, petunjuk kemudiah mengarah ke Bima. Di perbatasan Bima dan Dompu, polisi menemukan empat lokasi pelatihan merakit bom. "Kami sudah intai dua bulan," katanya.

Di Bima dan Dompu

Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, Brigadir Jenderal Polisi Mochamad Irawan, mengatakan penangkapan lima terduga teroris di Dompu dan Bima, Jumat 4 Januari 2013, dilakukan di dua tempat kejadian berbeda, yakni di Bima dan Dompu.

Penangkapan terduga teroris di Bima, tepatnya perbatasan antara Dompu dan Bima, dilakukan terhadap dua orang, yaitu Roy yang merupakan warga Makassar, dan Bachtiar yang merupakan warga Bima. Keduanya ditembak mati karena melawan saat ditangkap. “Petugas terpaksa melakukan tindakan tegas karena mereka berusaha melawan,” kata Kapolda di Mataram, Sabtu 5 Januari 2013.

Roy dan Bachtiar pun tewas. Mereka merupakan jaringan teroris Poso. Dari tangan keduanya, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menyita satu unit sepeda motor serta dua senjata api laras pendek jenis revolver dan FN.

Sementara di Dompu, tepatnya Dusun Kandai Gintei Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, polisi menembak mati tiga terduga teroris. Irawan mengatakan, identitas ketiga teroris tersebut belum diketahui karena petugas tidak menemukan identitas dari ketiga teroris. Seorang terduga teroris lainnya berhasil melarikan diri dari sergapan petugas.

Kapolda mengatakan, polisi terpaksa menembak mati ketiga teroris tersebut karena mereka juga melawan petugas dengan senjata api saat ditangkap. Ketiganya bahkan memasang bom siap ledak di tubuh mereka. Akibatnya mereka langsung dilumpuhkan.

Dari ketiganya, polisi menyita barang bukti berupa tiga bom siap ledak, serta bahan-bahan merakit bom seperti pipa paralon dan paku. “Petugas gegana sudah melakukan disposal terhadap tiga bom yang berdaya ledak tinggi itu,” kata Kapolda NTB.

Dan hasilnya, "Selama 2x24 jam Densus 88 sudah menangkap 11 orang di Makassar dan Dompu," kata Boy.

Dalam penggerebekan ini polisi menyita bom pipa 1,5 inci yang siap digunakan, 4 bom pipa masih dalam penyelesaian perakitan, bahan pendukung campuran yang lazim digunakan di bom rakitan, pupuk urea, asam nitrat, dan beberapa paku besi yang diduga kuat bahan campuran peledak.

Eksodus dari Poso

Boy mengisahkan, beberapa minggu sebelumnya, tim fokus di Sulawesi. Terduga teroris kemudian berlarian meninggalkan Poso, bergabung di Sulsel, kemudian sebagian di Makasar dan yang lain menuju ke Dompu. Kelompok itu, kata Boy, terkait dengan penembakan dua anggota Polri di Poso pada akhir tahun 2012 lalu. Pasca penembakan ada semacam eksodus yang signifikan dari tim ini.

"Sudah dipantau sejak 1,5 bulan lalu, November pertengahan," katanya.

Boy menuturkan, anggota kelompok itu asalnya dari beragam daerah. "Campur-campur," katanya.

Kini jenazah para terduga teroris itu berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, untuk dilakukan identifikasi. Menurut keterangan petugas Instalasi Forensik dan Kamar Jenazah RS Polri Sukanto yang enggan disebutkan namanya, total terduga teroris yang sudah berada di ruang forensik ada 5 jenazah, dua dari Bima dan tiga dari Dompu.

"Semalam tiba pukul 20.30 WIB dan saat ini semuanya masih dalam proses identifikasi," kata dia  kepada VIVAnews, Minggu, 6 Januari 2012.

Ia menjelaskan untuk melakukan identifikasi butuh waktu, ada data-data yang harus dilengkapi untuk mengetahui identitas jenazah-jenazah tersebut.

"Teman-teman di wilayah masih mengumpulkan data antemortem. Ada dua data penting, ada primer dan sekunder. Primer berupa DNA, sidik jari, dan gigi. Sementara data sekunder seperti pakaian dan ciri-ciri fisik berupa cacat tubuh dan tahi lalat," ujarnya.

Jika data-data sekunder sudah pas, pihaknya harus memastikan lagi dengan data primer untuk ketepatannya. "Saat ini belum ada pihak keluarga yang dihubungi untuk mencari data-data tersebut," katanya. (eh)


Vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.