Jumat, 01 Februari 2013

Kami Bukanlah Pahlawan, Tapi Kenanglah Kami (2)

Kumpulan dari berbagai kesaksian para purnawirawan. Kami bukanlah pahlawan yang butuh pengakuan tercatat di Taman Makam Pahlawan, tetapi kenanglah dan ingatlah perjuangan kami.


Operasi Penyelamatan Anggota MIA

Narasumber : Mantan KKo Soetarno Moechali

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrYXWLLloVA8wyrBYlOlNB8nBFB3-Ep0p8gNGfjGGhJV0FgjyDcugmC0-VjzcTf1gPSY8QsgZ5-FJvfclCAHZGIoR9ZxyTaf0d95ZYC1zsViJIKt-TYQ0GUIKAGw_UcT7SZduz-5eipfU/s1600/10_Marinir.jpgKisah ini merupakan kejadian yang pernah dialami anggota KKo AL (yang tidak lain adalah anggota "Marinir tempo dulu") saat melaksanakan patroli di perbatasan RI dengan British Borneo alias "Malaysia Timur tempo dulu".

Kisah ini diawali telegram Danyon-1 KKo AL tentang tugas R.D/front KOLATARA Mayor KKo Sumari yang berkedudukan di Poskoma/ P Tarakan kepada Dan Kie-A Letnan KKo Djunaedi yang berkedudukan di Poskopan/P Nunukan yang inti beritanya bahwa 1 Tim sukarelawan KKo AL/Tim-W1 beranggotakan 21 orang dipimpin oleh Kopko Sukibat telah berangkat dari Tarakan menuju titik-X tanggal 12-12-1963, dimana perahu pengangkutnya menabrak sebuah karang di muara sungai Sebuku dan kandas. Tim kemungkinan tersesat dan gagal mencapai titik-X dan akhirnya diperintahkan mengirimkan Tim Pencari dari Pleton-X

Untuk menjaga kerahasiaan misi maka dilaksanakan pemusnahan dokumen dengan cara menenggelamkan ke laut mengingat sifat rapatnya sendiri "Sangat Rahasia" dan Danyon pun menyetujuinya.

Sehabis pelaksanaan pemusnahan dokumen maka berenanglah saya meninggalkan rombongan dengan prioritas menuju pos Bambangan namun tidak memiliki perahu dan sesuai laporan dari Den Kipamko Brigrat Letnan KKo Husen dalam rapat, di Sidadap ada dua perahu tempel siap operasional dengan harapan tim Kipamko mampu menjemput perahu rombongan Danyon kita untuk kemudian menariknya kedaratan pulau Nunukan sebelum mask ke perairan musuh.

Masih dalam keadaan pakaian seragam lengkap, sayapun berusaha secepat kilat ke arah barat menuju pos Kipamko di Sidadap/Nunukan. Namun nasib sial sedang menimpaku, dengan sikap renangku ke arah barat tapi aku lebih merasa ke arah utara akibat terbawa arus dan kenyataan "titik kenal" Pos Sidadap makin ke kiri dan terlewati sudah. Yang pasti saya tak mungkin mencapai pulau Nunukan di Sidadap tapi paling tidak di dermaga Nunukan. Mudah mudahan saja demikian, yang penting saya akan dapat segera melaporkan musibah rombongan Danyon-3 KKo AL kepada kesatuan Yon-1 KKo AL di Nunukan untuk selanjutnya ke Mako Brigrat.

Tanpa sadar arus telah membawa saya justru menuju ke posisi musuh, apa yang terjadi saat saya bertemu musuh ?

Nasib nasib sial sedang menimpaku. dengan sikap renangku yang ke arah barat tapi aku lebih merasa ke utara akibat terbawa arus dan kenyataan "titik kenal" Pos Sidadap makin kekiri dan terlewati sudah. Yang pasti saya tidak mungkin mencapai daratan Pulau Nunukan di Sidadap tapi paling tidak di dermaga Nunukan. Mudah-mudahan saja demikian yang penting saya akan dapat melaporkan mengenai musibah rombongan DanYon-3 KKo AL kepada kesatuan Yon-1 KKo AL di Nunukan selanjutnjya ke Mako Brigrat.

Bila kulihat lebih jauh ke kanan maka sudah kelihatan mengkilat kapal pos apung yang besar (jenis penyapu ranjau) pada posisi rutinnya. Sedangkan posisiku sendiri semakin merenggang dari daratan P. Nunukan yang kira kira berjarak waktu 1 Km dan lebih dekat justru ke Pulau Sebatik. Arus selat bahkan makin derasnya dan menurut perasaanku lagi tak mungkin juga kucapai dermaga Nunukan karena posisinya yang sudah lebih ke kiri dari arah renangku. Rasa panik mulai ada disaat aku melihat ke kanan terlihat pos apung musuh yang kecil jenis Sri Kedah/Sri Selangor mulai bergerak pelan. Hari sudah mulai gelap karena sudah menjelang mahgrib.

Begitu posisi renangku kurang lebih 300 meter lagi dari pos apung kecil, maka tak mau kutahan kecepatannya menunggu lewatnya pos apung kecil. Jarak ke kapal makin lama makin dekat sehingga kadang-kadang aku terpaksa harus sebentar-bentar menyelam guna menghindari sorot lampu pos apung saat lewat di atas kepalaku. mengenai baret yang aku gunakan, sudah sejak jauh jauh aku lepaskan dan kusimpan dalam baju sehubungan warnanya yang menyolok.

Akibat dari sorotan lampu-lampu kapal maka kadang-kadang juga terlihat adanya kegiatan musuh yang kelihatan sibuk di salah satu lambung pos apung besar tetapi tidak begitu jelas apa yang mereka lakukan, hanya dalam pikiranku muncul "jangan jangan rombongan komandan kita sudah duluan diketahui musuh atau sudah sampai pos apung musuh dalam rangka usaha menolongnya".

Akibat kedekatannku dari buritan pos apung kecil yang laju bergerak memotong arahku terbawa arus maka bertambah kuat dugaanku bahwa adalah benar rombongan komandan kita sudah diketahui oleh musuh, maka bertambah kuat tekadku untuk menghindari dari penghilatan musuh, apalagi sampai tertangkap.

Akupun cepat-cepat meninggalkan lokasi dan kuputuskan berenang mengkuti arus saja yang kebetulan masih cukup deras ke arah pulau Tinabasan yang berada diperairan kita sendiri dan sejak akhir tahun 1963 kita kenali betul-betul karena termasuk dalam lintasan patroli rutin kita. Pada waktu itu kami selaku Dan Ton-X Yon-1 KKo AL tugas "R.D" dan dalam lintasan setiap kali Ton-X menyusupkan sukarelawan-sukarelawan KKo AL dalam rangka membantu kegiatan Tentara Nasional Kalimantan Utara -TNKU di wilayah Sabah.

Hanya diakibatkan derasnya arus yang memang kumanfaatkan saat itu kira kira pukul 19:00 dengan mengucap syukur dan gembira saya berhasil mencapai daratan yang semula aku anggap Pulau Tinibasan. 

Tetapi alangkah terkejutnya, ternyata pulau yang saya capai adalah pulau milik musuh..... bagai domba masuk kawanan srigala.


Tetapi begitu melihat tanda tanda medan yang sudah remang-remang, kulihat adanya pohon besar dan tinggi serta warnanya agak keputih-putihan. Maka aku langsung teringat diposisi pohon itulah letak pos pengawasan musuh yang kita kenal dan kita namai Pos Kayu Kering yang pada pertengahan tahun 1964 pernah kita serang oleh 1 regu anggota Ton-X bersebjata 1 pucuk BAG dan 7 pucuk SOR Belgie serta menggunakan alat angkut SPP. Karena terpantau adanya beberapa anggota satuan musuh yang berada di pantai termasuk adanya pos di atas pohon tersebut terlihat diantara mereka ada yang berkulit putih.

Teringat masa lalu itu, kegembiraanku yang ada secepat itu lenyap dan secepatnya akupun meninggalkan tempat itu karena saya mendarat di pulau yang salah. Kulanjutkan lagi dengan berenang menyeberangi laut mengambil arah ke kiri atau ke selatan mumpung masih ada tenaga untuk memasuki perairan kita sendiri.

Setelah berenang kurang lebih 1 jam, akhirnya tanganku berhasil meraih ujung daun nipah di daratan pulau Tinabasan. Tuhan telah mengabulkan permohonanku yang mendalam selama kejadian musibah itu pertama-tama aku telah terhindar dari bahaya penangkapan musuh. Karena sebelumnya saya sudah jadi target karena saya yang memasukkan 4 tim sukarelawan KKo AL ke wilayah Sabah pada Desember 1963 dalam operasi penyerangan pos musuh di kota Kalabakan 28 Desember 1963. Pemberangkatan 4 tim seluruhnya berhasil kembali dengan selamat ke pulau Nunukan dan saya di diberi gelar Wanted dengan hadiah tertentu terpampang diselebaran di kota Tawao.

Untuk itulah saya tidak mau mati konyol ditangan musuh. Status itulah yang membangkitkan semangatku untuk berenang dan berenang lagi agar dapat memasuki perairan kita sendiri kemudian mebdarat di daerah daratan Kalimantan Timur yang dikawal Brigrad -1 KKo AL.

Begitu sampai didaratan pulau Tinabasan keadaan sekitar sudah gelap kucoba berjalan menyusuri pohon-pohon Nipah ke arah kiri. Cukup jauh juga tetapi tak berhasil kutemui pohon bakau sebatangpun dengan tujuan sekedar kupanjat untuk beristirahat sejenak.

Dalam kesendirian aku menggigil sampai gigipun beradu dan berbunyi. Terkadang terlintas dalam pikiranku kemungkinan bahaya digigit ular laut atau ular bakau yang sekalipun kecil tetapi bisanya dapat mematikan hanya dalam hitungan detik.

Akhirnya kuputuskan untuk apa berlama-lama beristirahat, aku tidak bisa mengharapkan ada manusia yang lewat ditempat ini. Lagipula tidak satupun barang atau sesuatu yang bisa aku makan ditempat ini. Setelah kira-kira setengah jam mendekam disekitar pohon nipah, aku berenang lagi menuju ke pulau nunukan yang jaraknya 7 km, kebetulan air laut dalam keadaan tenang. Kurang lebih 3 jam aku berenang akhirnya aku tiba di pulau Nunukan. Perjalanan menembus hutan bakau sangat sulit karena begitu rapatnya sehingga aku sulit untuk mengenal medan.

Tiba tiba dari kejauhan aku mendengar suara mesin perahu. Aku yakin bahwa itu suara mesin tempel perahu KKo karena tidak pernah terjadi sejak tahun 1963 ada patroli musuh yang berani memasuki perairan kita. Tidak aku biarkan kapal patroli lewat begitu saja maka kupanggil mereka "Hai... Kawan..." rupanya teriakanku tidak terdengar. Aku coba lagi berteriak lebih keras agar mereka mendengar. Rupanya teriakanku kali ini terdengar dengan matinya mesin tempel dan lampu senter yang diarahkan keposisiku.


Tetapi rupanya orang yang berada di kapal patroli itu tidak langsung mendekat. Bahkan terlihat beberapa orang seperti sibuk mencari sesuatu. Terlanjur senang, kemudian aku mencoba mendekati kapal dengan berjalan dikedalaman lumpur. Semakin dekat aku lihat ada 7 orang berbaju putih di kapal patroli. Tubuh dan pakaianku sudah belepotan dengan lumpur, sehingga sulit untuk dikenali lagi saya dari pasukan mana.

Dari atas kapal, saya ditodong sengan senjata dan ada bentakan "Siapa Kamu.... Hayo Jawab!!!" Salah menjawab... Ujung pelor sudah menanti di kepala saya.

Suara itu aku sangat mengenalnya. Suara itu milik Letnan KKo Djaja yang pada waktu suaranya paling galak dan paling keras. Letnan KKo Djaja tidak lain adalah Dan Tim Patroli dari Yon I KKo AL yang ada di Nunukan.

Karena sudah mengenal suara itu, akupun lega. Aku terus mendekati kapal dan tidak menjawab pertanyaan tersebut. Bahkan sampai aku ditarik ke kapal, mereka sama sekali tidak mengenali aku yang seluruhnya sudah belepotan lumpur.

Akhirnya setelah aku meminta rokok barulah aku memperkenalkan diri sebagai anggota KKo. Sontak pak Djaja juga langsung mengenali suaraku.

"Pak Tarno ya ??" Sambil pak Djaja memelukku dengan sangat erat dan haru. Maklum aku dinyatakan telah hilang dalam perjalanan tugas.

Selanjutnya pak Djaja memerintahkan mesin dihidupkan dan secepatnya kembali ke Nunukan untuk melapor kepada Komandan Brigade Pendarat-1 (Brigat-1).

Saat perjalanan ke Nunukan aku berkata ke pak Djaja agar tidak langsung ke Nunukan tetapi melewati pulau Tinabasan terlebih dahulu. Alasan saya adalah waktu saya berenang, saya seperti mendengar suara orang berkali-kali berteriak minta tolong. Mungkin saja suara minta tolong itu berasal dari anggota yang mengalami musibah dan terdampar terbawa arus.

Atas saranku itu, pak Djaja kemudian mengikuti rute yang aku tunjuk. Berjalan pelan-pelan sambil melihat ke kanan dan ke kiri menyusuri tepian pulau Tinabasan sampai sebelum perbatasan.

Tetapi dalam pencarian tersebut, kami tidak berhasil menemukan anggota kita yang mendapat musibah.

Selama dalam perjalanan sempat kutanyakan kepada pak Djaja dari siapa satuan Yon-1 KKo dan Brigrat-1 KKO Nunukan yang mengetahui bahwa perahu rombongan Dan Yon 3 KKo mengalami musibah? Dari pak Djaja akhirnya diketahui bahwa sehari sebelumnya musuh yang berada di Pos Apung dengan menggunakan lampu memberikan sinyal sandi morse ke arah Nunukan. Kemudian petugas Nunukan membaca sinyal tersebut dan menyampaikan kepada Perwira OHB Yon-1 KKo yang inti berita tersebut adalah:

"Pihak saya telah berhasil menyelamatkan 7 anggota Tuan yang hampir mati tenggelam di laut"

Dengan adanya berita tersebut maka perwira Komlek Brigrat-1 Mayor KKo Djoko Supriyadi disertai Perwira Staf Brigrat lainnya menuju dermaga Nunukan. Dengan menggunakan lampu, kami berusaha berkomunikasi dengan pihak musuh. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, kami mengirim sinyal yang berisi:

"Kalau boleh tahu siapa nama nama dari ke 7 anggota kita itu"

Musuh yang menerima pesan ini sepertinya tidak mau menjawab nama, melainkan hanya menyebutkan pangkatnya saja yaitu 4 orang perwira, 1 orang bintara dan 2 orang prajurit.

Dengan adanya berita ini maka komandan Brigrat-1 melalui Dan Yon 1 memerintahkan salah satu Dan Ton yaitu pak Djaja untuk melaksanakan patroli pencarian ke 5 anggota Yon 3 yang belum ditemukan.

Sesampainya saya di dermaga Nunukan saya sudah ditunggu oleh perwira staf Brigrat -1 dan Yon-1 KKo AL. Dengan digandeng oleh 2 orang anggota patroli, saya langsung diarahkan ke MAKO Brigrat karena sudah ditunggu-tunggu oleh Dan Brigrat Kolonel Sumardi.


Bagaimana dengan nasib 5 anggota Yon-3 yang belum ditemukan? Pencarian kemudian dilanjutkan....

Kami melakukan pencarian dengan mata yang terbuka lebar dan juga kuping kami harus bisa mendengar suara suara yang terkecil. Dengan menggunakan teropong kami melihat ada seseorang dikejauhan terapung diperairan kita. Tim patrolipun segera meluncur menghampiri orang tersebut yang jaraknya kurang lebih 800 meter dari dermaga. Saat kami mengangkat orang tersebut ternyata dia adalah Kapten KKo Sriyatno yang menjabat sebagai Dan Kie-H Yon-3. Masih dalam keadaan lemas, beliau kami angkat beramai-ramai ke atas dermaga. Saat diselamatkan tim patroli, pak Sriyatno masih dalam keadaan berpegangan erat pada sebuah tangki BBM. Kusambut beliau dengan rasa haru, kudengar suaranya yang lemah "oh.. Dik Tarno...". Kamipun. Saling berdekapan erat-erat tak sanggup menahan tangis. Dibagian dagu dan dadanya mengalami luka berdarah. Kemungkinan akibat benturan dengan tangki BBM.


Belum lama kami mengantarkan pak Sriyatno, kami kembali mendengar teriakan minta tolong. Dari Pos Ketinggian kami melihat ada sosok terapung tapi diposisi yang berbeda. Tim patroli menghampiri lagi kemudian kembali ke dermaga. Diketahui ternyata yang ditemukan tersebut adalah Prako Diyar dari Caraka Dan Kie-H. Menurut tim patroli, Prako Diyar ditemukan dalam berpegangan erat sebuah tangki BBM. Saat kami evakuasi, Prako Diyar kemudian jatuh pingsan. Pencarian selanjutnya kami tidak berhasil menemukan 3 rekan kami yang lain sampai sekarang. Mungkin mereka berhasil diselamatkan musuh atau hanyut terbawa air laut, entahlah.

Yang masih kuingat dan tak mungkin kita lupakan adalah sambutan masyarakat setempat yang sengaja ikut hadir di dermaga menyambut kita yang selamat dari musibah. Sebelum kita berangkat meninggalkan dermaga menuju Mako Brigrat-1 mereka mengadakan upacara kecil secara adat tentunya. Mereka beramai-ramai dan bergantian menaburkan beras kuning campur bunga-bungan ke arah badan kita bagaikan menyambut pengantin sunat.

Terima kasih kepada bapak-bapak dan ibu-ibu dari Nunukan yang memang sudah kuanggap sebagai keluarga atau saudara-saudaraku sejak penugasanku akhir tahun 1963. Wajah-wajah merekapun muncul terbayang satu persatu. Sungguh aku pribadi merindukan mereka untuk dapat bertemu.


--- END ---

Diposkan Suromenggolo (Kaskuser)

1 komentar:

  1. korp komando AL berbakti tanpa pamrih jalesu bhumyamca jayamahe

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.