Sabtu, 04 Januari 2014

Pos Polisi di Papua Diserang

 Delapan pucuk senjata Brimob dirampas KSB

Jayapura Sebanyak delapan pucuk senjata milik Brimob Polda Papua dari berbagai jenis, Sabtu sekitar pukul 16.00 WIT, dirampas kelompok sipil bersenjata (KSB) di kawasan Kulirik, Kabupaten Puncak Jaya.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pudjo kepada Antara mengakui dari laporan yang diterima terungkap insiden itu berawal penyerangan yang dilakukan KSB bersama masyarakat saat pos hanya dijaga dua anggota Brimob.

"Kedua anggota Brimob yang berada di pos itu saat insiden berlangsung salah seorang di antaranya berada di belakang sedang memasak," katanya.

Saat penyerangan terjadi, sempat terjadi tarik menarik, namun karena kalah jumlah akhirnya kedua anggota Brimob melarikan diri melalui pintu belakang.

Kedelapan senjata yang diambil di antaranya jenis mouser, AK 47 dan lima pucuk SS1.

Menurut dia, kedua anggota Brimob yang berhasil melarikan diri itu kemudian melaporkan insiden tersebut ke polres dan akhirnya dilakukan pengejaran.

"Sempat terjadi baku tembak dengan kelompok tersebut, namun tidak ada korban jiwa," kata Kombes Pudjo.(E006/E011)

 Kalah jumlah, dua anggota polisi menyelamatkan diri ke sungai.

Pos Polisi di Kampung Kuririk, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Sabtu 4 Desember 2013, diserang sekelompok orang bersenjata. Dalam aksinya, mereka berhasil merampok sejumlah senjata api dan amunisi milik polisi.

Sekelompok orang itu, dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam, tiba-tiba mendatangi Pos Polisi Kulirik. "Mereka langsung menyerang, pelaku diperkirakan sekitar 20 orang," ujar Pujo Sulistyo, juru bicara Polda Papua, saat dikonfirmasi VIVAnews.

Saat kejadian, Pujo mengaku, anggota pos polisi yang biasanya dijaga sekitar tujuh orang, hanya dihuni dua orang. Lima orang lainnya tidak berada di tempat karena sedang berpatroli di kampung sekitar distrik.

"Karena jumlah personel di pos hanya dua orang, para pelaku berhasil menguasai pos, menyerang, dan berhasil merampas senjata dan amunisi," ungkap Pujo.

"Di antaranya delapan senjata api laras panjang yang terdiri dari AK 47   Mouser, SS1 5 pack, dan amunisi," imbuhnya.

Adapun kronologi kejadian, saat anggota lain sedang patroli, seorang anggota jaga sedang masak di dapur dan satu lainnya berjaga di pos.
Tiba-tiba, pelaku mendobrak pintu depan dan sempat tarik-menarik dengan pelaku yang mengambil senjata.
"Karena kalah jumlah, dua anggota menyelamatkan diri lewat pintu belakang ke sungai, dan kemudian melapor ke Polres," tutur Pujo.

"Yang jelas, satu pelepon Brimob di Kota Lama Mulia ibukota Puncak Jaya masih terus melakukan pengejaran. Anggota Polri dibantu TNI mencari jejak pelaku, bahkan tim mabes akan diperbantukan," ujarnya.

  Antara | Vivanews 

Pembangunan Dermaga TNI AL Tunggu Izin Pertamina

ilustrasiBalikpapan Setelah mengantongi izin dari Pemerintah Kota dan DPRD Kota Balikpapan, proses pendirian dermaga TNI Angkatan Laut di perairan Teluk Balikpapan kini tinggal selangkah lagi.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Markas Besar TNI AL, kontur lahan dan perairan yang nantinya akan digunakan sebagai area dermaga dianggap sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Pasintel Lanal Balikpapan, Mayor Laut (P) Robinson Hendrik Atwiyori di depan wartawan, Jumat (3/1) mengatakan, awal Desember kemarin pihaknya telah menyelesaikan survei di area yang ditunjuk untuk menjadi lokasi pembangunan dermaga.

Namun untuk melakukan proses pembanguan pihaknya masih harus meminta izin kepada pihak Pertamina, karena lokasi yang diinginkan merupakan lahan milik perusahaan BUMN tersebut.

Hasil survei sendiri loaksi yang berada di antara Banua Patra dengan salah satu restoran di bibir itu dianggap cukup menunjang karena punya kedalaman laut sekitar 20 meter kebawah.

"Rencana loaksi kita sudah survey disebelah pondok kelapo itu kita belum tahu arealnya yang diizinkan dengan Pertamina," katanya.

  Tribunnews  

US$ 45 Juta disiapkan untuk beli simulator sukhoi

Jakarta Kementerian Pertahanan melanjutkan rencana pembelian simulator kemudi pesawat tempur Sukhoi yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Pagu anggaran yang ditetapkan, menurut Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis, sebesar US$ 45 juta atau sekitar Rp 540 miliar.

”Pagu tersebut hanya untuk satu unit simulator Sukhoi,” ujar Rachmad kepada Tempo, Kamis, 2 Januari 2014. Ia mengatakan, Kementerian kini tengah memproses evaluasi dokumen penawaran simulator Sukhoi.

Selanjutnya, pemaparan oleh peserta lelang. Rachmad enggan menyebutkan pihak-pihak yang sudah mengajukan penawaran ke Kementerian Pertahanan. Namun dia membenarkan jika PT Dirgantara Indonesia masuk sebagai penawar simulator Sukhoi dari dalam negeri.

Dari pemaparan setiap produsen simulator, dia melanjutkan, Kementerian akan menyeleksi dan menuangkan dalam daftar peringkat peserta lelang. Setelah itu dipilih beberapa produsen simulator berdasarkan urutan peringkat tertinggi. Tahapan selanjutnya, kata Rachmad, ”

Akan ditinjau fasilitas produksi dari beberapa peserta yang paling potensial.” Rachmad mengatakan, pertimbangan pihak Kementerian dalam penentuan pemenang adalah berdasarkan kemampuan produsen memproduksi simulator yang paling menyerupai kemampuan asli pesawat tempur Sukhoi.

Pertimbangan lainnya, lama waktu pembuatan dan pengiriman serta jaminan purnajual. ”Termasuk alih teknologi apabila pemenangnya dari luar negeri,” ujar dia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengungkapkan rencana pemerintah membeli simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi SU-27 dan SU-30. Kementerian Pertahanan tengah memilah produsen simulator Sukhoi tersebut.

Soalnya, ada tiga negara yang bisa memproduksinya, yakni Rusia, Cina, dan Kazakstan. Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, menyarankan pemerintah agar tidak membeli simulator pesawat tempur Sukhoi dari luar negeri.

Ia mengatakan, misi utama simulator banyak berisi pelatihan-pelatihan menjalankan misi pesawat tempur, dan banyak yang bersifat universal. ”Di dalamnya adalah doktrin tempur TNI AU,” kata dia. Menurut Andi, semua negara pengguna pesawat tempur Sukhoi memilih membuat sendiri simulator

kemudinya, dengan pertimbangan untuk melindungi rahasia negaranya. Contohnya, kata dia, Cina dan Malaysia yang membuat sendiri simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia itu. Adapun Rizal Dharma Putra, pengamat militer, menilai harga simulator kemudi pesawat tempur Sukhoi yang akan dibeli pemerintah terlampau mahal.

Menurut dia, jika pemerintah tetap membeli simulator berbiaya tinggi tersebut, harus diperhitungkan langkah jangka panjangnya. Sebab, pesawat tempur yang Indonesia punya bukan cuma Sukhoi. ”Indonesia punya pesawat tempur F-16, F-5 Tiger, dan pesawat tempur latih T-50 Golden Eagle,” kata Rizal saat dihubungi Tempo, Kamis, 2 Januari 2014. Menurut Rizal, pemerintah terlalu membuang duit jika membeli satu jenis simulator pesawat tempur, sementara penggunaan pesawat tempur Indonesia berbagai jenis.

Rizal melanjutkan, kepemilikan satu skuadron atau 16 pesawat Sukhoi SU-24 dan SU-30 Indonesia belum perlu untuk membeli simulator. Jika nekat beli simulator Sukhoi, dia melanjutkan, pemerintah harus konsisten ketika membutuhkan penambahan pesawat tempur.

Pemerintah mau tak mau harus membeli pesawat tempur jenis Sukhoi lagi. Menanggapi hal itu, Kementerian Pertahanan membantah jika dikatakan bahwa harga simulator kemudi pesawat tempur Sukhoi itu kemahalan. Menurut Kementerian, pagu anggaran US$ 45 juta untuk satu unit simulator Sukhoi sudah sesuai harga pasaran.

”Simulator yang rumit, risiko tinggi dengan kecepatan supersonik, harganya pun hampir sama dengan pesawat asli,” kata Rachmad. Karena alasan itu, kata dia, pemerintah baru berani membeli simulator setelah pesawat tempur Sukhoi SU-27 dan SU-30 yang dimiliki TNI Angkatan Udara genap satu skuadron atau 16 unit.

  ● Tempo  

Jumat, 03 Januari 2014

Teroris Ciputat Berencana Serang Polsek dan Densus 88

 "Masuk Polsek, hancurkan musuh. Bawa pistol dan siap serang Densus." 

http://img.okeinfo.net/dynamic/content/2014/01/02/500/920824/rBwjF7l2GN.jpg?w=400
Jakarta Polisi menemukan catatan tulisan tangan dalam sehelai sobekan kertas koran yang berisi rencana aksi-aksi teror dan penyerangan terhadap kantor Polsek dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Catatan itu disita polisi dari di rumah kos teroris Hidayat alias Dayat Kacamata di Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan.

“Sobekan koran ini tertanggal 30 Juni 2013, berisi tulisan rencana jihad. Tulisan itu sudah disalin ke dalam komputer. Isinya, ‘Masuk Polsek, hancurkan musuh untuk jihad. Punya amunisi yang layak dan menggetarkan. Bawa pistol dan SMG (senjata ringan untuk menyerbu) dan siap menyerang Densus 88’,” kata Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 3 Januari 2014.

Dayat merupakan salah satu teroris yang tewas ditembak Densus 88 dalam penyergapan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangsel, di malam tahun baru, 31 Desember 2013-1 Januari 2013. Penyergapan itu berlangsung selama hampir sepuluh jam karena kelompok teroris di dalamnya melakukan perlawanan sengit sehingga baku tembak terjadi.

Catatan tulisan tangan di sobekan koran itu memaparkan rencana aksi para teroris tersebut. Pertama, merekrut anggota untuk menambah personel dalam melancarkan berbagai aksi. “Menyaring, merangkul yang lain, memilih yang terbaik, dan menerima sebagai anggota,” kata Boy membacakan isi tulisan dalam sobekan koran tersebut.

Kedua, memberikan tugas kepada anggotanya untuk ikut jihad dengan melakukan penyerangan terhadap target. Ketiga, mengumpulkan dana untuk membiayai aksi-aksi teror tersebut.

Keempat, melakukan percobaan peledakan sampai ahli. “Bertahap mengikutsertakan anggota dalam teror, mengadakan kursus security, senjata ringan, eksposif, dan elektronik,” ujar Boy.

Boy lantas membacakan akhir catatan rencana teror tersebut. “Merampas senjata, mengumpulkan senjata untuk syariah, dan serangan kombinasi. Masuk Polsek, hancurkan musuh, ambil ghanimah (harta rampasan) untuk melanjutan jihad. Punya amunisi yang layak, mengancurkan jaring, menggetarkan pasukan syariah,” kata dia.

Kelompok teroris yang dilumpuhkan di Tangsel itu, kata polisi, terlibat pengeboman wihara. Mereka juga menjadi tersangka penembak polisi di Pondok Aren, Tangsel. Kelompok ini bagian dari jaringan Abu Roban.

Abu Roban sendiri sudah tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. Namun, menurut polisi, anggotanya terus bergerak. Kelompok Abu Roban telah dipersenjatai dan punya kemampuan menggunakan senjata. Mereka mengikuti kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah.

  Vivanews  

Kapal Selam dan Pesawat dari Rusia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaaZN4Uiw4yWAc1wSyh1aDkRDn80dHmgOOvj-0CeZv5s5wpU02_yjf-c2RVGX9I_pquYYjAeSpERPTs6pteEHeWWy_-aFGksTylqdNGsFVy2MvIg7KN2fum1c6hNPg4Q9GNdJKQcgAiVE/s1600/Su-35+Terminator.jpgJakarta Kementerian Pertahanan (Kemhan) terus membeli beragam perserjataan dan peralatan militer untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista). Pembelian peralatan militer yang segera terealisir adalah kapal selam dari Rusia.

Kabar yang beredar, Indonesia mengincar lima kapal selam berjenis Kilo Class. Kapal ini merupakan kapal selam untuk perang, yang dilengkapi senjata seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, anti peluru kendali, dan rudal Yakhont. Adapun daya jelajah rudal tersebut mencapai 300-400 kilometer (kin).

Masih dari produk Rusia, pemerintah juga akan menambah pesawat tempur Sukhoi. Ada enam pesawat yang akan dibeli. Ini untuk melengkapi sejumlah pesawat Sukhoi di TNI Angkatan Udara (AU) yang sebelumnya sudah datang pada Februari 2013.

Kepala Pusat Penerangan Kemhan Sisriadi memastikan, sudah membentuk tim untuk terbang ke Rusia. Namun, tim yang berasal dari TNI Angkatan Laut ini hanya untuk menjajaki sekaligus melihat langsung kondisi kapal selam.

Sedangkan untuk pembelian pesawat Sukhoi, Sisriadi mengaku belum tahu. "Jadwalnya (ke Rusia) Februari," iyar Sisriadi, Kamis (2/1).

Namun, Sisriadi enggan merinci anggaran pembehan peralatan perang tersebut. Alasannya, rencana pembelian ini masih tahap awal dan semuanya masih berproses.

Pastinya, pembelian itu ber- sumber dari dana di Anggaran Pendapatan dan Belarya Negara (APBN).

Tahun 2013, Kemhan mendapatkan jatah anggaran Rp 81,8 triliun, lalu 2014 naik menjadi Rp 83,4 triliun. Asal tahu saja, dari tahun 2008-2013, anggaran di Kemhan masuk dalam lima besar dan rata-rata pertumbuhan per tahun 21,7%. Besarnya anggaran itu karena pemerintah ingin menambah dan memperbarui alusista.

Sebelumnya Indonesia telah memiliki dua kapal selam buatan Jennaa yakni Cakra dan Nanggala. Kemhan juga tengah membangun tiga kapal selam baru bersama Korea Selatan dengan skema transfer of technology (ToT) senilai US$ 350 juta per unit.

Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, berujar DPR mendukung belanja alat perang karena banyak senjata TNI yang sudah.tua. Namun, Kemhan harus ingat, belanja senjata ini harus mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabel.

  Tender  

Pesawat Tanpa Awak Buatan Undip

Izzudin dan Havez meraih Juara II dan berhak atas hadiah Rp 35 juta, serta menjadi semacam konsultan untuk TNI AD kalau nantinya karya tersebut dibuat riil oleh TNI

DEKAN Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro Dr Muhammad Nur menyatakan, Indonesia bisa menjadi negara unggulan teknologi kalau pemerintah mau mengakomodasi inovasi anak-anak muda dari berbagai penjuru Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Muhammad Nur di kampus setempat saat menerima dua mahasiswa jurusan Fisika FSM Muhammad Izzudin Shofar dan Havez Varirani Al Kautsar usai meraih penghargaan Juara II Lomba Karya Cipta TNI AD dari Litbang TNI AD.

Karya mereka berupa pembuatan model pesawat tanpa awak dengan tambahan teknologi telemetri dan multi fungsi. Kedua mahasiswa ditemani PD III FSM Ngadiwiyana Ssi,Msi.

“Indonesia ke depan akan menjadi negara luar biasa hebat kalau pemerintah mau memakai inovasi dan kreasi anak-anak muda yang hebat-hebat dari segala penjuru negeri ini,” ujar Muhammad Nur yang kami muat (3/1/2014).

Sedang Izzudin dan Havez menyatakan lomba yang dilaksanakan Litbang TNI AD di Jakarta dan Surabaya ini berlangsung pertengahan Desember 2013. Lewat karya model pesawat tanpa awak ini, Izzudin dan Havez meraih Juara II dan berhak atas hadiah Rp 35 juta, serta menjadi semacam konsultan untuk TNI AD kalau nantinya karya tersebut dibuat riil oleh TNI.

  Pelita Online  

Kedatangan T50i Golden Eagle di IWJ pada awal Tahun 2014

http://lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/495370.jpgPenlanud Iwj, Magetan ♼ Di awal tahun 2014, dua dari 16 pesawat latih tempur T-50i Golden Eagle yang dipesan Pemerintah Indonesia, datang kembali ke Lanud Iswahjudi setelah menempuh rute penerbangan selama dua hari dan diterbangkan oleh penerbang-penerbang Korea Selatan.

Kedatangan dua pesawat yang akan menggantikan pesawat Hawk MK-53 tersebut disambut langsung Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi, Kolonel Pnb Minggit Tribowo, S.IP.,Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Wastum serta segenap pejabat LanudIswahjudi di shelter Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Kamis (02/01).

Pesawat latih tempur T-50i Golden Eagle ini diperuntukkan melatih para penerbang tempur muda lulusan sekolah penerbang, sebelum mereka mengoperasionalkan pesawat Sukhoi, F-16, F-5 maupun Hawk 100/200. Selain itu pesawat tersebut juga akan dijadikan pesawat Aerobatik TNIAU.

Keterangan Gambar : Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi, KolonelPnb Minggit Tribowo, S.IP., didampingiKomandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Wastum menyambut kedatangan penerbangKorea yang menerbangkan T-50i Golden Eagle, di Shelter Skadron Udara 15, Kamis (02/01).(Foto.Pentak Lanud Iswahjudi)

  Lanud Iswahjudi 

Kamis, 02 Januari 2014

Kami Tak Ingin Teroris Tewas

 Enam teroris tewas. Satu anggota Densus terluka ditembak teroris.

Kapolri datangi lokasi penggrebekan Ciputat
Jakarta Kepala Kepolisian RI Jenderal Sutarman menyatakan, Polri sesungguhnya tak ingin drama penyergapan di Ciputat, Tangerang Selatan, berakhir dengan kematian 6 teroris. Menurut dia, polisi terpaksa menembak para teroris itu karena tak punya pilihan lain.

“Polri sebetulnya tidak mengharapkan ada korban, baik dari anggota kami maupun siapapun juga,” kata Sutarman di Jakarta, Kamis 2 Januari 2014. Polri juga tidak ingin ada aksi baku tembak antara Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan para teroris yang bersembunyi di dalam rumah kontrakan.

Namun teroris terus melawan. “Itu sudah bahaya. Mereka menyerah atau tidak menyerah, kami akan tindak,” kata Sutarman.

Satu anggota Densus juga jadi korban dalam aksi penggerebekan itu. Ia tertembak teroris di bagian kaki. Kapolri pun hari ini akan membesuk anggotanya itu yang sekarang dirawat di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Sutarman mengatakan, aksi teror yang dilakukan kelompok teroris Tangerang Selatan itu murni terorisme. “Tak ada hubungannya dengan tahun politik (Pemilu 2014). Mereka bertujuan memberi rasa takut pada masyarakat,” ujarnya.

Kelompok teroris Tangerang Selatan itu merupakan tersangka penembak polisi di Pondok Aren Tangerang Selatan. Mereka juga terlibat pengeboman Wihara Ekayana di Jakarta Barat. Mereka bagian dari jaringan Abu Roban.

Abu Roban sesungguhnya sudah tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. Namun anggotanya terus bergerak. Kelompok Abu Roban telah dipersenjatai dan punya kemampuan untuk menggunakan senjata. Mereka mengikuti kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah.(sj)

 Menyergap Teroris di Awal 2014  

Butuh 10 jam, ini penggerebekan terlama dalam sejarah Densus 88 

Tim Detasemen Khusus Anti Teror 88 Mabes Polri menggerebek satu rumah kontrakan di Jalan KH Dewantoro, Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Selasa malam, 31 Desember 2013. Penggerebekan ini berawal dari penangkapan Anton alias Septi, yang dicokok di warung internet di Desa Alasmalang, Banyumas, Senin.

"Dari hasil penangkapan itu, penyidik mendapat informasi bahwa teman-teman Anton tinggal di Kampung Sawah Lama dan tinggal di satu rumah kontrakan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

Lalu, sekitar pukul 20.00, Selasa, Densus menggerebek. Kala itu, ada anggota teroris, Dayat alias Daeng, yang akan meninggalkan lokasi dengan sepeda motor. Ketika hendak ditangkap, dia melawan dengan senjata api dan pisau. Ada sedikit aksi saling tembak, dan Dayat pun terkena timah panas. "Dayat meninggal di rumah sakit," ujarnya.

Upaya penangkapan itu tidak berjalan mulus. Aksi tembak-menembak di rumah kontrakan berlangsung hingga 10 jam. Sebenarnya, sekitar pukul 03.30 Rabu, 1 Januari 2014, sudah tidak ada suara tembakan balasan lagi. Tapi pasukan khusus itu tetap menunggu hingga pagi.

"Akhirnya menjelang agak terang, kami baru memastikan. Sekitar jam 05.00 kami masuk ke dalam dan menemukan mereka sudah tewas tertembak petugas," kata Boy.

Boy mengakui penangkapan ini merupakan yang terlama dalam sejarah Tim Densus 88. Alasannya, mereka mendapat informasi di rumah itu ada senjata api dan bahan peledak. Selain itu, suasana malam pun juga menghalangi kelancaran petugas.

Tidak sia-sia, polisi bisa menembak mati lima teroris lainnya. Jadi korbannya ada enam, termasuk Dayat yang mati di rumah sakit. Jasad-jasad itu sedang diidentifikasi di Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur.

Dari data sementara, keenam jenazah itu adalah Dayat alias Daeng, Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Teguh alias Sabar, Edo alias Amril, dan Hendi.

Kelompok Abu Roban
 

Boy mengatakan, Anton dan Dayat Cs merupakan pelaku teror yang terkait dengan kelompok Abu Roban. Mereka terlibat peledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, dan beberapa kegiatan perampokan, baik toko emas Tambora, dan perampokan bank. Mereka juga tersangka penembakan sejumlah anggota Polri yang terjadi pertengahan tahun lalu.

"Ada sembilan yang ditangkap, 6 tewas di Tangsel. Mereka kelompok Abu Roban,” kata Boy.

Siapakah sesungguhnya Abu Roban itu? Abu Roban alias Untung Hidayat alias Bambang Nangka santer disebut sebagai pimpinan kelompok teroris yang kerap merampok untuk membayai aksi teror. Dia merupakan pimpinan Halaqoh Ciledug yang sebelumnya pernah dipimpin Abu Omar.

Abu Roban sendiri tewas dalam penyergapan di Limpung, Batang, Jawa Tengah, Rabu 8 Mei 2013. Abu Roban tewas dengan beberapa luka tembak.

Jaringan teroris Abu Roban memiliki kaitan erat dengan kelompok teroris Abu Omar. “Meskipun Abu Omar sudah tertangkap, diduga kuat lapisan bawahnya masih terlibat dengan kelompok Abu Roban dalam memasok senjata untuk aksi teroris,” kata Boy, beberapa waktu lalu.

Abu Roban merupakan bagian dari gerakan aksi teror di Poso, khususnya kelompok Santoso. Kelompok ini juga masih berkaitan dengan kelompok teroris yang belum lama ini terungkap di Tambora, Beji, dan Bekasi. "Petugas terus mencermati dan mengembangkan," katanya.

Sejauh ini peran kelompok Abu Roban lebih banyak merampok dan memasok senjata. Polisi menyatakan, senjata yang mereka jual nyata-nyata dipakai untuk perbuatan teror.

Selain di Vihara Ekayana, jaringan ini sesunguhnya belum berhasil merealisasikan teror menggunakan bahan peledak. Mereka baru pernah membakar Pasar Glodok di Jakarta Utara. "Tetapi gagal. Waktu itu berhasil digagalkan masyarakat sebelum api membesar," kata Boy.

Catatan kepolisian, kelompok jaringan Abu Roban pernah merampok bank, kantor pos, dan toko emas di Grobogan (Jawa Tengah), Batang (Jawa Tengah), Lampung, Tambora (Jakarta), dan Bandung (Jawa Barat). Perampokan ini bukan motif ekonomi, melainkan untuk mendanai perang atau teror.

Perampokan Tambora sempat menggegerkan karena dilakukan tepat di depan kantor polisi.

Khusus perampokan bank, polisi mencatat tiga aksi perampokan dengan total kerugian Rp 1,8 miliar. Perampokan itu di Bank BRI Batang dengan kerugian Rp 790 juta, BRI Grobogan Rp 630 juta, BRI Lampung Rp460 juta, BRI Tangerang Rp 570 juta pada 24 Desember.

Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Abu Ghifar mengatakan ada keterkaitan Abu Roban dengan Jamaah Islamiyah, namun sudah tak sekuat dulu. Kelompok ini, katanya, sudah banyak terputus. "Tapi motif dan cara pencarian dananya masih mirip," katanya kepada VIVAnews.

Kata Abu Ghifar, pencarian dana melalui perampokan yang mereka sebut sebagai harta rampasan atau fai, masih jadi cara utama. Mereka belum bisa mendapat sumber pendanaan lain yang bisa diperoleh dengan cepat.(ren)

  Vivanews  

`Kado` Tahun Baru untuk Teroris

`Kado` Tahun Baru untuk TerorisJakarta Suasana mencekam menyelimuti rumah kontrakan di Jalan KH Dewantoro Gang H Hasan RT 04/07 Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan pada Selasa 31 Desember 2013. Malam pergantian tahun itu, tim Densus 88 Polri menggerebek tempat tersebut untuk memburu terduga teroris.

Penggerebekan dimulai pukul 07.00 WIB. Sejumlah polisi berpakaian preman menyambangi rumah itu untuk mencari seorang bernama Dayat Hidayat. Pria yang juga kerap dipanggil Daeng itu sempat menantang polisi dan berusaha melarikan diri menggunakan sepeda motor Honda jenis Supra Fit.

Namun nahas, dia tewas setelah mendapat "kado" timah panas dari petugas. Usai jenazahnya dipindahkan ke tepi jalan, tim pun merangsek ke rumah kontrakan milik Rahmat itu.

Proses penyampaian kado pun berlangsung dramatis. 5 Terduga teroris Ciputat bertahan dan melawan. Suara adu peluru menderu. Beberapa ledakan cukup keras juga mewarnai rentetan tembakan. Rumah dengan jarak 200 meter dari kontrakan itu pun bergetar.

Setelah sekitar 10 jam lamanya mempertahankan diri, perlawanan para terduga teroris di Ciputat itu akhirnya selesai. Mereka dilumpuhkan. Kelimanya tewas bersimbah darah dalam satu ruangan depan. Dengan begitu, seluruh yang tewas dalam penggerebekan ini menjadi 6 orang.

Mereka adalah Daeng alias Dayat Hidayat, Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh alis Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril.

Keenam jenazah terduga teroris itu pun dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Kepala Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri, Kombes Polisi Anton Castelan menyatakan, sejauh ini Tim Inafis baru bekerja memeriksa sidik jari dan odontologi (gigi geligi) 6 jenazah terduga teroris teroris tersebut.

"Tim otopsi belum bekerja, jadi mungkin baru besok (selesai). Tapi (hasilnya) belum," ujar Anton.

Barang Sitaan di "Sarang Teroris"

Tak hanya menewaskan 6 terduga teroris, dalam penggerebekan itu, polisi juga menemukan beberapa dokumen yang diduga merupakan rangkaian kegiatan mereka. Dalam dokumen itu, terdapat nama-nama vihara di Jakarta yang diduga bakal menjadi target ancaman teroris.

"Ada sekitar lebih dari 20-30 lokasi. Itu dalam bentuk print out dari komputer. Di situ adalah vihara yang kami duga akan menjadi target mereka," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu 1 Januari 2014.

Polisi menduga ada keterkaitan para terduga teroris dengan ancaman bom yang terjadi di Vihara Ekayana, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Selain itu, kelompok yang disebut terkait jaringan Abu Roban ini juga diduga terlibat dalam kasus penembakan 2 polisi di Pondok Aren, Tangsel.

Dari "sarang" teroris tersebut, polisi juga menyita uang Rp 200 juta yang diduga didapatkan dari pencurian emas di Tambora dan perampokan beberapa bank beberapa waktu lalu. Uang itu terdiri dari beberapa pecahan.

"Terdiri dari pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu yang kalau di-estimasi sementara ada Rp 200 juta," ungkap Boy.

Barang "berharga" lainnya yang diamankan berupa 1 revolver, 5 pistol. Dari 5 pistol itu diantaranya ada 3 rakitan dan 2 pabrikan. Selain itu, 34 butir peluru berukuran 9 milimeter juga disita.

"Kita juga temukan 34 butir peluru 9 milimeter. Diduga sementara peluru-peluru itu merupakan amunisi dari senjata api yang juga diamankan," jelas Boy.

Kuli Bangunan Dikenal Ramah

Warga sekitar mengaku kaget dengan adanya penggerebekan kontrakan terduga teroris tersebut. Karena selama ini, mereka dikenal ramah dengan para tetangga.

Sartika (49) salah satu tetangga mengaku pernah bertemu dengan Dayat dan sempat berbincang. "Saya pernah ketemu sekali. Orangnya baik, ramah," kata Sartika saat ditemui di sekitar lokasi penggerebekan, Rabu (1/1/2014).

Hal yang sama dirasakan warga lainnya Wawan. Menurutnya, tak ada yang aneh dengan terduga teroris yang baru setahun tinggal di kampung tersebut. Mereka tetap beraktivitas seperti warga pada umumnya. Hanya sedikit mengambil jarak, terkesan tertutup.

"Kalau aktivitas sih biasa. Cuma nggak terlalu terbuka. Ala kadarnya saja gitu," kata Wawan.

Mengenai mata pencaharian, mereka mengaku bekerja sebagai kuli. "Kalau ditanya warga sih bilangnya kuli bangunan," ungkap Wawan.

Semoga penggerebekan ini menjadi titik terang bagi Polri untuk membekuk dan membasmi jaringan terorisme di Indonesia. Tanah Air lekas damai dan jauh dari ancaman pihak yang tak bertanggung jawab.(Ali)


  Liputan 6 

Rabu, 01 Januari 2014

Penggerebekan Teroris di Awal Tahun

 Kronologi Penggerebekan Teroris di Ciputat versi Mabes Polri

Penangkapan ini merupakan yang terlama dalam sejarah Tim Densus 88.

Ciputat Tim Densus 88 bersama Polda Metro Jaya menggerebek suatu rumah di Ciputat, Jakarta, pada Selasa malam, 31 Desember 2013. Adanya info bahan peledak di rumah kontrakan menjadi salah satu faktor membuat penangkapan ini terlama.

"Sejak kemarin pada tanggal 31 Desember, tepat pukul 14.00 WIB dilakukan serangkaian penangkapan pelaku teror terkait kelompok Abu Roban dan DPO (daftar pencarian orang) yang terkait peledakan di Vihara Ekayana dan beberapa kegiatan fai (perampokan) yang terjadi, baik toko emas Tambora, perampokan bank, dan penembakan terhadap anggota Polri," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

Penangkapan ini berawal dari penangkapan salah seorang tersangka, Anto alias Septi, yang ditangkap di sebuah warnet yang berada di Desa Alasmalang, Banyumas. Dia dicokok Tim Densus 88 pada Senin, 30 Desember 2013 pukul 16.00 WIB.

"Dari hasil penangkapan itu, penyidik mendapat informasi bahwa teman-teman Anton, tinggal di Kampung Sawah Lama dan tinggal di sebuah rumah kontrakan," kata dia.

Lalu, lanjut Boy, sekitar jam 20.00 WIB dilakukan upaya penangkapan. Kala itu, ada seorang anggota teroris, Dayat alias Daeng, yang akan meninggalkan lokasi dengan sepeda motor. Ketika hendak ditangkap, dia melawan dengan senjata api dan pisau.

"Setelah itu dilakukan penangkapan dan ada sedikit aksi saling tembak dan Dayat alias Daeng dibawa ke rumah sakit dan meninggal di rumah sakit," ujarnya.

Upaya penangkapan itu tidak berjalan mulus. Terjadi aksi tembak-menembak di rumah kontrakan tersebut. Aksi ini selesai sekitar pukul 03.30 Rabu, 1 Januari 2013 setelah tidak ada lagi suara balasan tembakan dari rumah tersebut.

"Akhirnya menjelang agak terang, kami baru memastikan. Sekitar jam 05.00, kami masuk ke dalam dan menemukan mereka dalam kondisi tewas tertembak petugas di ruangan depan. Ada 6 senjata api, 1 revolver kaliber 38 dengan nomor senjata yang sudah dihapus, dan 1 pistol rakitan dengan 34 butir peluru," kata dia.

Boy mengakui penangkapan ini merupakan yang terlama dalam sejarah Tim Densus 88. Alasannya, mereka mendapat informasi di rumah itu ada senjata api dan bahan peledak.

Selain itu, suasana malam hari pun juga menghalangi kelancaran petugas dalam penggerebekan ini.(eh)

 Teroris Tangerang Selatan Kelompok Abu Roban 

Kelompok Abu Roban punya rencana melakukan serangan pada Pemilu 2014.

Penggerebekan teroris di Tangerang Selatan, Banten, Selasa malam hingga Rabu pagi 1 Januari 2013, merupakan pengembangan penyelidikan dari penangkapan teroris di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa siang kemarin. Teroris yang dibekuk di Banyumas, Anton, merupakan anggota dari kelompok teroris yang bersembunyi di Tangsel.

“Persembunyian mereka di Tangsel terungkap karena satu dari mereka tertangkap. Ada 9 orang yang ditangkap, 6 tewas di Tangsel. Yang ditangkap di Banyumas satu kelompok dengan yang di Tangsel. Mereka kelompok Abu Roban,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

Abu Roban adalah salah satu kelompok teroris yang menyiapkan serangan terhadap Pemilu 2014. Data tersebut terungkap dari bukti-bukti yang didapat Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dalam sejumlah penyergapan teroris di berbagai daerah.

Abu Roban sesungguhnya sudah tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. Namun anggotanya terus bergerak. Kelompok Abu Roban telah dipersenjatai dan punya kemampuan untuk menggunakan senjata.

Kelompok Abu Roban juga punya ahli perakit bom yang ‘pengantin’ yang siap melakukan bom bunuh diri. Abu Roban telah membina anggotanya dalam berbagai kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah. Kelompok Abu Roban diperkirakan berjumlah sekitar 60 orang.

“Mereka semua terlatih. Masing-masing punya peran. Anggota kelompoknya menyebar,” kata Boy Rafli Amar. Untuk itulah Densus bekerja sama dengan Mabes Polri dan berbagai Kepolisian Daerah untuk menggelar operasi penyergapan terhadap para teroris tersebut.

Teroris yang disergap di Tangsel merupakan tersangka penembak polisi di Pondok Aren, dan terlibat pengeboman Wihara Ekayana di Jakarta Barat. Mereka juga terkait kelompok teroris Badri yang lebih dulu ditangkap di Solo. Badri cs adalah kelompok teroris yang tergabung dalam jaringan Poso.

 Enam Jasad Teroris Tangerang Selatan Sudah di RS Polri

Kelimanya terlibat baku tembak sengit dengan Densus sebelum tewas.

Jenazah kelompok teroris Tangerang Selatan yang dibekuk dalam penyergapan selama lebih dari sembilan jam di Ciputat, tiba di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu 1 Januari 2014.

Lima kantong jenazah berisi teroris itu dibawa tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri ke RS menggunakan tiga ambulans dengan kawalan tiba mobil patroli. Saat ini jenazah-jenazah tersebut dimasukkan ke ruang autopsi unit forensik untuk diidentifikasi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, semalam jenazah satu teroris telah tiba lebih dulu pukul 21.00 WIB. Dengan demikian, total ada enam jenazah teroris yang akan diidentifikasi awal.

Informasi tersebut sesuai dengan keterangan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius. Menurutnya, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri pagi ini berhasil melumpuhkan lima teroris dari dalam rumah kontrakan di Kampung Sawah, Ciputat. Seluruhnya tewas.

“Semalam, dua orang sudah lebih dulu dibekuk, dan satu di antaranya tewas. Total teroris yang meninggal berjumlah enam orang, sedangkan satu lagi sedang diperiksa,” kata Suhardi di lokasi penyergapan terrois.

Kelompok teroris Tangsel merupakan tersangka penembak polisi di Pondok Aren, dan punya kaitan dengan kelompok pengebom Wihara Ekayana. Mereka juga terkait kelompok teroris Badri yang lebih dulu ditangkap di Solo. Badri cs adalah kelompok teroris yang tergabung dalam jaringan Poso.

  Vivanews   

Insiden "Para Koboi" di Pelabuhan Sampit

topik-29feb2Bentrok Antara Aparat

Palangkaraya, 1 Maret 2001 00:14
PALANGKARAYA kemarin dicurahi hujan deras. Bara yang masih tersisa di ibukota Kalimantan Tengah itu mulai terpadamkan. Meski beberapa pembakaran baru masih terjadi. Namun bentrokan antar aparat di Pelabuhan Sampit Selasa (27 Februari) petang membuat suasana yang mulai tenang itu terganggu.

Warga masih ketakukan ke luar dari rumah. Sehingga denyut kehidupan belum berjalan normal. Pasar yang menjadi pusat perekonomian belum ada yang buka, angkutan kota juga hanya sedikit yang berani turun ke jalan. Beberapa toko sudah mulai buka. Namun suasana semakin terasa mencekam.

Akibat bentrok antara polisi dan tentara itu, pengamanan di Palangkara terlihat jadi kendor. Jumlah aparat yang berjaga di beberapa sudut kota terlihat menjadi lebih sedikit. Raut muka beberapa aparat di jalan terlihat lebih tegang. Sepertinya ada kecurigaan diantara polisi dan tentara.

Tapi suasana lebih mencekam sangat terasa di Sampit. Meski kemarin siangtak terdengar ada letusan senjata antara kedua pasukan yang bertanggungjawab menjaga keamanan tersebut toh kedua pasukan seperti saling berjaga-jaga terhadap kemungkinan ada serangan dari kelompok lain. Apalagi tersiar kabar di masyarakat bahwa akibat baku tembak tersebut telah menewaskan belasan orang aparat dan warga sipil.

Yang terlihat menjadi korban adalah para pengungsi. Mereka yang ketakutan akan diserang dan menunggu kapal dengan tidak sabar itu hingga kemarin pagi ditinggalkan oleh polisi yang biasa menjaga mereka. Padahal di Pelabuhan Sampit masih ada sekitar 10.000 pengungsi yang masih menungggu evakuasi.

Aksi tembak menembak antar aparat itu, menurut Kepala Dinas Penarangan Polda Kalimantan tengah Andi Silvie, sebenarnya hanya kesalahpahaman. Sekitar pukul 12.00 (Selasa, 27 Februari) itu Pelabuhan Sampit sedang sibuk karena sebuah kapal akan mengakut pengungsi.

Mulai anak-anak hingga nenek-nenek berebut untuk bisa ikut dalam pelayaran yang akan membawa mereka ke Surabaya. Petugas yang menjaga di pintu masuk adalah tentara. Tiba-tiba masuk tiga buah truk yang mengakut pengungsi dengan dikawal oleh polisi. Mereka meminta ijin untuk diprioritaskan masuk ke kapal.

Entah dari mana datangnya tiga truk itu, karena yang diutamakan masuk itu adalah rombongan yang datang dari tempat penampungan di rumah dinas Bupati Sampit. Polisi itu berteriak, bahwa ada beberapa orang yang telah beberapa hari tidak makan, karena itu minta agar didahulukan naik. Tentara yang berjaga masih belum memberi ijin.

Tiba-tiba ada pengungsi yang histeris dari dalam kapal. Kepanikan menular pada orang-orang di dalam truk. DI tengah hiruk-pikuk itu tiba-tiba terdengar rentetan tembakan. "Polisi di truk menembakan senapannya ke udara," kata Andi Silvie. Mungkin maksudnya untuk menenangkan.

Tapi tindakan itu dinilai berlebihan oleh tentara yang menjaga pintu. Polisi tersebut ditegur oleh tentara. Tapi dia tak mau terima, mereka saling melotot. Mata memantik emosi dan di tangan mereka ada senjata. "Entah siapa yang mulai duluan, tiba-tiba senjata di tangan mereka ikut menyalak," kata Andi. Suasana jadi kacau.

Hingga sekitar pukul 15.00 di Pelabuhan Sampit "para koboi" itu saling tembak. Ribuan pengungsi tentu tambah panik. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak, termasuk beberapa pengungsi yang tidak bersenjata itu. Setelah sempat terhenti, Selasa malam, beberapa anggota tentara melakukan serangan ke kantor Polres Sampit. Kembali "para koboi" itu beraksi.

Para korban itu aksi baku tembak tersebut malam itu juga diangkut ke Banjarmasin, di Kalimantan Tengah. Para korban itu ditempatkan di dua rumah sakit. Dua orang perwira Polisi dirawat di Rumah Sakit Sari Mulia sedangkan tujuh prajurit TNI dan seorang warga sipil dibawa ke Rumah Sakit Tempat Perawatan Tentara (RS TPT) dr. Suharsono.

Hingga kemarin sore, sudah tercatat dua orang tewas dalam aksi tersebut. Satu orang yang tewas tersebut adalah pengungsi asal Madura yang tidak berdosa--belum diperoleh keterangan pasti identitas yang meninggal di tempat tersebut. Sedangkan satu lagi adalah Letnan Satu . A.N. Aprianto. Perwira menangah angkatan darat itu adalah Kepala Seksi Intel Batalyon 631/Antang, Palangka Raya. Jenazah Aprianto kemarin telah diterbangkan dari Palangkaraya ke kampunnya di Madiun, Jawa Timur.

Sementara di Rumah Sakit Mulia terbaring dua perwira menengah polisi. Kepala Direktorat Sabhara Polda Kalteng, Komisaris Besar Pol. Drs. Toto Suprapto kemarin masih terbaring lemah dengan luka di lambung. Rabu dinihari para dokter di rumah sakit itu berhasil mengangkat proyektil peluru dari perut Toto.

Sementara Komisaris pol. Drs. Bobianto, masih menunggu persetujuan untuk dioperasi. Sebuah proyektil tersangkut di bagian pinggang (persis di atas patat) Komandan Bataliyon Brimob Kelapa II Jakarta tersebut.

Kondisi Bobianto, menurut Wakil Poltabes Banjarmasin, Ajun Komisaris pol Drs. Yusrizal Koto, terus membaik. "Malah sudah ingat dengan saya, jadi tidak benar kalau dilaporkan keadaannya memburuk," ujar Koto usai menjenguk korban.

Sementara di Rumah Sakit Tempat Perawatan Tentara (RS TPT) dr. Suharsono Banjarmasin, empat anggota TNI dan seorang warga sipil, korban baku tembak itu, juga masih akan menjalani operasi guna mengeluarkan proyektil maupun proses penyembuhan luka.

Ke-empat korban tersebut adalah Pratu Napsul dan Kopda Kosasih dari Batalyon 621/Manuntung, Barabai, Kalimantan Selatanl, kemudian Pratu Roni Sara dari Batalyon 631/Antang, Palangka Raya, dan Sertu Syamsul dari Kodim 1015 Sampit. Masih ada tiga anggota TNI berasal dari Batalyon 612 Modang/Balikpapan. Belum diketahui identitas ketiganya karena hingga Rabu sore masih dalam perjalanan dari Sampit menuju Banjarmasin.

Jadi secara keseluruhan korban yang dianggap terluka serius dan dibawa ke Banjarmasin dari pihak TNI ada 7 orang.

Kepala Penarangan Korem 101/Antasari Banjarmasin, Kapten Drs. Sumarwan, membenarkan soal perawatan korban baku-tembak tersebut.

"Kami telah menyiapkan delapan anggota TNI untuk diambil darahnya (donor) guna mengatasi kekurangan darah para korban, termasuk untuk kebutuhan selama operasi," ujarnya. Namun Sumarwan belum bisa memberikan penjelasan kondisi para korban yang telah dirawat di RS TPT dr. Suharsono sejak Rabu dini hari itu.

"Kejadian itu hanya salah pengertian," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Marsda Graito Usodo. Toh Graito mengakui dalam kejadian itu aparat keamanan telah melakukan tindakan yang melanggar prosedur. Tapi lanjutnya, peristiwa itu tak lepas dari suasana emosional, dan beban psikis yang berat dan suasana tegang di tempat kejadian tersebut.

Namun ada rumor bahwa pemaksaan sekelompok pengungsi untuk diangkut itu tak lepas dari permainan uang di kalangan petugas kepolisian. Beberapa pengungsi ditawari untuk dikapalkan lebih dulu bila memberikan sejumlah uang kepada petugas.

Kemungkinan itu tidak ditampik oleh Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Polri Inspektur Jenderal (Pol) Didi Widayadi Widayadi.

"Itu masih dalam penyelidikan dan pengecekan. Sebab itu kami akan kirimkan Direktur Intel Polri Brigjen Pol. Wahyu Saronto untuk menyelidiki benar atau tidaknya isu tersebut," kata Didi Widayadi.

Yang jelas lanjut Didi antara Polri dan TNI telah dicapai kesepakatan untuk menuntaskan "insiden koboi-koboi-an di Pelabuhan Sampit" tersebut. "Telah dibentuk Tim Gabungan TNI dan Polri untuk menyelidiki kasus tersebut," kata Didi kemarin siang.

Tim Gabungan ini nampaknya baru sekali ini dibentuk. Karena dua instansi yang tugasnya mengamankan rakyat tersebut belum setahun ini menjadi lembaga terpisah. Dulu mereka berada dalam payung Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Tapi dalam Sidang MPR Agustus Tahun lalu keduanya dipisahkan.

Selain Tim gabungan, lanjut Didi, Mabes Polri juga menerjunkan tim balistik dan forensik ke Kalimantan Tengah. Tim ini akan diterjunkan untuk menyelidiki penyebab penembakan, serta mencermati karakter proyektil, sudut tembak di lokasi kejadian. "Kita ingin tahu arah tembakan dan senjata yang digunakan, sebab dari situlah bisa diketahui bagaimana peristiwa yang sebenarnya, dan siap yang melakukan penembakan," kata Didi.

Tim tersebut mudah-mudahan akan menyelesaikan insiden tersebut. Bagaimana dengan masalah pengamanan para pengungsi dan menghentikan aksi kekerasan di Kalimantan Tengah. "Sistem pengamanan di Sampit telah dilokalisir," kata Graito. Jadi, lanjutnya, polisi diserahi tugas mengamankan daerah A dan TNI mengamankan daerah B.

Selesai? Tentu tidak. Bagaimana mereka yang ada diperbatasan daerah A dan B. Mungkinkah terjadi aksi koboi-koboi-an lagi kalau mereka yang dua-duanya bersenjata itu bertemu. Apakah ada dendam diantara mereka, karena ada komandan yang terkapar dan tewas dari kedua kelompok.

Menurut penasihat Kontras Munir SH, masalah baku tembak antara tentara dan Polisi tak bisa diselesaikanhanya hanya di lapangan. "Ini masalah rivalitas antar angkatan. Masalah ego dan kecemburuan dua kelompok yang sama-sama menenteng senjata," kata Munir.

Kasus serupa, lanjutnya, terjadi di banyak tempat. "Di Aceh juga terjadi tembak-menembak terbuka antara polisi dengan tentara, begitu juga Irian, di Ambon," katanya. "Jadi masalah ini harus diselesaikan di Jakarta," kata Munir.

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Endriartono Sutarto juga menyatakan bahwa pimpinan TNI dan Polri perlu duduk satu meja. "Bentrok anggota TNI dan polisi di Sampit disebabkan oleh doktrin dan tabiat TNI yang berbeda dengan Polri," kata KSAD di Bandung kemarin, usai melantik Komandan Seskoad yang baru Mayjen TNI Suadi Atma di Mako Seskoad Jl Gatot Subroto, Bandung.

Karena itu, menurut Endriartono Sutarto, perlu aturan main yang jelas antara kedua badan ini jika terlibat dalam satu operasi. "Bila aturan main itu ada maka tidak perlu jatuh korban seperti bentrok antara TNI dan Polri di Sampit," katanya. Saat ini, lanjut Endriartono, ada kegamangan ketika dalam satu operasi ada dua kekuatan. �Apalagi, dulu operasi penanggulangan gangguan keamanan dipegang oleh TNI. Jadi wajar saja jadi kurang mulus, karena ini lagi dalam masa transisi,� katanya.

Transisi boleh saja, tapi tabiat memang perlu diubah kalau situasi sudah berubah. Jangan sampai karena soal ego antara kesatuan rakyat menjadi korban. Tugas pengamanan yang seharusnya dilakukan jadi terbaikan. Padahal hingga kemarin, menurut Kapuspen Polri Irjen Didi Widayadi, jumlah korban kerusuhan etnis di Kalimantan Tengah itu telah mencapai 469 jiwa. Jangan sampai bertambah lagi korban sia-sia dengan aksi koboi-koboi-an. Apalagi kalau rakyat jatuh korban lebih banyak lagi, karena tugas pengamanan terabaikan. Bagaimanapun ini adalah pelajaran pahit bagi tentara dan polisi.[DH]


  ♞ Gatra