Jumat, 28 Maret 2014

Ketika Diagnosa Dokter Menentukan Karir Perwira

KSAU Diminta Usut Penganiayaan Dokter Tentara Arief

TNI AU Selidiki Penganiayaan Dokter Tentara AriefKabar pengeroyokan Kapten Arief, dokter tentara di Wing Pendidikan Terbang Landasan Udara Adisutjipto Yogyakarta, oleh Letnan Satu Dika dan tujuh perwira berpangkat Letnan sampai Mayor, rupanya sudah sampai di telinga Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto. Bahkan laporan kejadian tersebut sudah mampir di meja kerja Djoko Suyanto.

"Pak Menteri Djoko Suyanto sudah dapat laporan dari berbagai pihak," kata Deputi Menko Polhukam Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur Marsekal Muda Agus R. Barnas kepada Tempo, Rabu, 26 Maret 2014. Sayangnya, Agus tak menyebutkan detail dari siapa saja laporan penganiayaan dokter tentara tersebut diperoleh Menteri Djoko Suyanto. "Sumbernya Pak Menko banyak," kata dia.

Menurut Agus, Menteri Djoko Suyanto sangat menyesalkan pengeroyokan dokter tentara di Angkatan Udara, mengingat Djoko pernah menjadi Kepala Staf TNI AU (KSAU). Sebagai senior penerbang, Djoko sedih jika juniornya punya sifat yang liar dan tak bertanggung jawab. "Mereka juga calon pemimpin, kok perilakunya begitu, kenapa masih gunakan kekerasan?" kata Agus menirukan kekesalan Djoko Suyanto.

Karena itu, Menteri Djoko Suyanto sudah memerintahkan KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia untuk mengusut tuntas kasus ini. Angkatan Udara harus tegas menegakkan hukum, kata Agus. Jika melanggar hukum militer, maka para pelaku kekerasan harus diseret sampai pengadilan militer sebagai efek jera. "KSAU sudah menyatakan kesiapan mengusut tuntas," kata dia.

Menurut sumber Tempo, kasus pengeroyokan ini awalnya dipicu oleh hasil pemeriksaan Kapten dokter kesehatan Arief yang menunjukkan ada masalah di jantung Letnan Satu Dika. Prajurit ini merasa kecewa dengan diagnosa dokter Arief. Soalnya, jika jantungnya benar-benar bermasalah, Letnan Satu Dika tak lagi bisa terbang.

Akibatnya, Arief mengalami luka pendarahan di bagian kepala serta luka dalam di liver dan ginjal. Ia sekarang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Hardjolukito, Yogyakarta.

TNI AU Selidiki Penganiayaan Dokter Tentara Arief

Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menyatakan pihaknya tengah menyelidiki kasus penganiayaan Kapten Arief oleh sembilan perwira. Arief adalah dokter tentara di Skuadron Pendidikan 102 Komando Pendidikan TNI AU Pangkalan Adisucipto, Yogyakarta. "Kami masih mencari pelakunya. Masih kami kejar," kata Hadi saat dihubungi Tempo, Selasa, 25 Maret 2014.

Menurut Hadi, sampai saat ini belum satu pun pelaku penganiayaan Arief yang ditangkap. Arief masih terbaring di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Hardjolukito, Yogyakarta.

Kapten Arief, dokter tentara di Skuadron Pendidikan 102 Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara Pangkalan Udara Adisucipto, dikeroyok oleh Letnan Satu D dan delapan perwira berpangkat Letnan sampai Mayor, Rabu, 12 Maret 2014.

Akibat pengeroyokan itu, Arief mengalami luka pendarahan di bagian kepala serta luka dalam di lever dan ginjal. Menurut sumber Tempo, kekerasan ini dipicu oleh Letnan D yang kecewa dengan diagnosis dokter Arief, yang menyatakan jantungnya bermasalah. "Kalau jantung bermasalah, pelaku tidak bisa terbang, dan itu pemicu dia memukul korban," ujarnya.

Menurut sumber tersebut, Letnan Satu D dan pelaku lainnya sudah ditetapkan sebagai pelaku penganiayaan. Mereka telah dipulangkan ke skuadron masing-masing. "D sudah dipulangkan ke Madiun," ucapnya.

Sumber lain mengatakan kasus pengeroyokan ini telah sampai ke meja Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto. Bahkan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia telah memerintah untuk menyelidiki kasus penganiayaan tersebut. Saat ini, Polisi Militer TNI AU masih menyelidiki kasus tersebut.

Diagnosis Dokter Arief Tentukan Nasib Perwira TNI AU

Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, mengatakan standar layak terbang seorang perwira ditentukan oleh tim dokter yang ditunjuk kesatuan. Salah satunya adalah dokter Kapten Arief. Menurut dia, standar layak terbang mencakup syarat kesehatan dan jasmani.

“Standar layak terbang harus memenuhi syarat kesehatan dan syarat jasmani. Kalau kesehatan itu tolak ukurnya dari mata sampai kaki, termasuk organ dalam. Kalau jasmani itu kan tes fisik. Ini harus memenuhi dan tim dokter nanti yang memutuskan,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 26 Maret 2014.

Hadi belum bisa memastikan apakah Letnan Satu Dika—yang mengeroyok dokter Kapten Arief--memang dikategorikan tidak layak terbang karena jantungnya bermasalah. Menurut dia, kesimpulan tersebut masih menunggu hasil penyelidikan tim di Yogyakarta.

Hingga kini, kata dia, TNI AU masih menunggu hasil penyelidikan tim investigasi. ”Tim investigasi dari lokal, pusat masih mengawasi saja,” kata dia.

Kapten Arief, dokter tentara di Wing Pendidikan Terbang Pangkalan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, dikeroyok oleh Letnan Satu Dika dan tujuh perwira berpangkat letnan sampai mayor, Rabu, 12 Maret 2014.

Akibat pengeroyokan itu, Arief mengalami luka pendarahan di bagian kepala serta luka dalam di lever dan ginjal. Dia dirawat di ruang ICU (intensive care unit) di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Udara Hardjolukito Yogyakarta selama 14 hari.

Menurut sumber Tempo, kekerasan ini dipicu oleh Letnan Dika yang kecewa dengan diagnosis dokter Arief, yang menyatakan jantungnya bermasalah. Jika jantungnya bermasalah, Dika tak lagi layak terbang. Dika "memprovokasi" seniornya untuk mengeroyok Kapten Arief.

Letnan Satu Dika Belum Kembali ke Lanud Iswahjudi

Letnan Satu Dika yang disebut-sebut menjadi otak pengeroyokan terhadap Kapten Arief, dokter tentara di Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, ternyata berasal dari Pangkalan Udara Iswahjudi, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sejak Januari lalu, dia dan sejumlah anggota TNI Angkatan Udara dikirim untuk menempuh pendidikan di Sekolah Instruktur Penerbang Pangkalan Udara Adisutjipto. "Sebelum mengikuti pendidikan, Dika bertugas di Skuadron 14 Lanud Iswahjudi," kata sumber Tempo, Kamis, 27 Maret 2014.

Kendati terlibat pengeroyokan terhadap Kapten Arief pada Rabu, 12 Maret 2014, Dika tidak bisa begitu saja kembali ke kesatuannya. Sebab, menurut sumber tersebut, selama menjalani pendidikan, status keanggotaannya otomatis berpindah ke Lanud Adisutjipto. Untuk kembali ke kesatuan sebelumnya, harus ada instruksi dari pimpinan TNI AU. "Sampai saat ini Dika belum balik ke Lanud Iswahjudi," ujarnya.

Sumber Tempo yang lain mengatakan hingga hari ini, Kamis, 27 Maret 2014, dirinya belum melihat keberadaan Dika di Skuadron 14 Lanud Iswahjudi. Sebab, di skuadron tersebut sedang tidak ada jadwal latihan tempur. Demikian pula dengan dua skuadron udara yang lain di lanud tersebut, yaitu Skuadron 3 dan Skuadron 15. Dua skuadron itu juga sedang sepi. "Hampir semua personel berada di luar (Lanud)," katanya.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Iswahjudi Mayor Sus Wahyudi enggan memberikan keterangan soal keberadaan Dika. Ia menyatakan tidak berwenang menyampaikan informasi ke media massa karena pengeroyokan Kapten Arief terjadi di Yogyakarta. "Silakan mencari informasi ke Yogyakarta saja," katanya saat dikonfirmasi.

Kasus penganiayaan tersebut masih diselidiki oleh polisi militer bekerja sama dengan intelijen militer. Beberapa pelaku pengeroyokan sudah dipanggil untuk dimintai keterangan. Hal ini untuk menindaklanjuti dan mengetahui latar belakang permasalahan yang mengakibatkan Kapten Arif mengalami pendarahan di bagian kepala serta luka dalam di lever dan ginjal.


  ♞ Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.