Jumat, 28 Maret 2014

Pengkritis Israel asal RI dijagokan untuk mantau Palestina

Makarim Wibisono, diplomat ulang asal Indonesia dijagokan untuk menjadi petugas pemantau krisis Palestina. Foto: Universitas Mahendradata.
Makarim Wibisono (kiri)[Foto: Universitas Mahendradata.]
Banyak negara di dunia, khususnya kawasan Arab menekan Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk menyisihkan satu kandidat yang khusus memantau tindakan Israel terhadap Palestina. Satu kandidat itu merujuk kepada sosok diplomat Indonesia, Makarim Wibisono.

Demikian keterangan kelompok non-pemerintah, UN Watch. Para penyidik HAM PBB mencurigai Israel melakukan praktik pembersihan etnis di Palestina.


UN Watch mengatakan diplomat Amerika Serikat, Christina Cerna harus diganti sebagai pemantau krisis Palestina, karena dia tidak vokal terhadap aksi Israel. Sementara itu, UNHRC pada Jumat diharapkan untuk menyerahkan kandidat pengganti Cerna.


Sosok Makarim Wibisono, menurut UN Watch, adalah sosok yang tepat untuk memantau krisis HAM di Palestina. Pertimbangannya, Makarim selama ini dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap aksi Israel di Palestina.


Namun, rekomendasi itu menjadi masalah. Sebab, Indonesia hingga kini tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Direktur eksekutif UN Watch, Neuer, penunjukan Makarim Wibisono sebenarnya tepat, namun masalah itu akan menjadi ganjalan.


“Wibisono di masa lalu kritis menuduh Israel menggunakan kekuatannya terhadap rakyat Palestina, (dia) menyatakan, tindakan agresi Israel tidak bisa diterus-teruskan,” puji Neuer, semalam (26/3/2014) seperti dikutip Jpost.


“Wibisono telah mengacu pada kebijakan kejam dan brutal oleh penguasa yang melakukan pendudukan, dan menuduh Israel sebagai penyerang yang secara serampangan dan berulang kali,” lanjut Neuer.


Sebaliknya, Cerna yang diminta kelompok itu untuk diganti, karena selama ini pasif tentang konflik Israel dan Palestina.


UN Watch telah memperoleh salinan surat dari duta besar Yaman untuk PBB di Jenewa, Ali Mohamed Majawr. Menurutnya, penugasan terhadap Cerna tidak dapat diterima, karena dia punya keahlian atau pengalaman yang relevan terhadap situasi di Timur Tengah. ”Pemilihan calon dari negara maju juga bermasalah,” bunyi surat Majawr menyindir sosok Cerna.(mas)


  ☆ Sindo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.