Selasa, 13 Mei 2014

Laut Cina Selatan Jadi Isu Panas di KTT ASEAN

Cina selalu menentang upaya negara-negara tertentu untuk menggunakan isu Laut Selatan untuk mengganggu keseluruhan persahabatan dan kerja sama antara Cina dan ASEAN Laut Cina Selatan Jadi Isu Panas di KTT ASEAN   Hanoi ☆ Ketegangan di Laut Cina Selatan antara Cina dengan sejumlah negara Asia Tenggara membayang-bayangi agenda dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (KTT ASEAN) yang dibuka kemarin di Nay Pyi Taw, Myanmar.

Presiden Filipina Benigno Aquino Jr. meminta dukungan untuk menyelesaikan konflik lautnya dengan Cina melalui arbitrase internasional. "Kami tidak bisa hanya mengandalkan dialog antara dua negara untuk menyelesaikan isu yang berdampak pada negara lainnya di kawasan," kata dia, Ahad, 11 Mei 2014.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung membahas persoalan senada dan mengecam pembangunan kilang minyak oleh Cina di perairan yang disengketakan oleh kedua negara. Dia menyatakan, sejak 1 Mei lalu, Cina menempatkan sedikitnya 80 unit kapal perang dan pesawat untuk mengawal pembangunan rig yang masuk dalam paparan benua dan zona ekonomi eksklusif Vietnam berdasarkan Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982.

"Vietnam telah menahan diri, menunjukkan segala niat baik, menggunakan seluruh saluran diplomatik serta protes menuntut Cina menarik kapal militer dan rig minyaknya dari perairan Vietnam," kata Dung, dalam pidatonya di Nay Pyi Taw.

Namun Cina menganggap kecaman itu sebagai upaya merusak hubungan dengan ASEAN. "Cina selalu menentang upaya negara-negara tertentu untuk menggunakan isu Laut Selatan untuk mengganggu keseluruhan persahabatan dan kerja sama antara Cina dan ASEAN," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hu Chunying, seperti dikutip Reuters.

Ketegangan antara Hanoi dan Beijing pada muncul pekan lalu ketika China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) memindahkan rig minyak senilai US$ 1 miliar ke perairan yang dianggap sebagai daerah zona ekonomi eksklusif Vietnam.

Sebelumnya, Filipina menangkap 11 nelayan Cina yang kedapatan membawa 350 penyu hijau, yang dianggap hewan langka, dari perairan yang disengketakan. Selain Vietnam dan Filipina, negara ASEAN lainnya yang mengklaim hak atas Laut Cina Selatan adalah Malaysia dan Brunei Darussalam.
Sengketa Laut Cina Selatan, Vietnam Demo Cina http://globalbalita.com/wp-content/uploads/2012/08/Pag-asa-island.jpgPulau Pagasa (Hope) bagian dari kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.[globalbalita]

Ratusan warga Vietnam pada Ahad, 11 Mei 2014, melakukan protes di luar Kedutaan Besar Cina di Hanoi terkait dengan penyebaran kapal kilang minyak di wilayah Laut Cina Selatan yang dipersengketakan.

Dilaporkan Fox News hari ini, puluhan petugas keamanan terus mengawasi sekitar 500 demonstran yang gencar meneriakkan slogan-slogan anti-Cina. Mereka juga membentangkan spanduk besar di taman di seberang kedutaan. “Kami marah dengan tindakan Cina,” kata Nguyen Xuan Hien, seorang pengacara yang ikut berunjuk rasa.

Vietnam diketahui telah mengirim armada kapal ke kilang minyak yang tiba di wilayah Laut Cina Selatan pada 1 Mei lalu. Namun mereka tidak dapat menembus barikade 50 kapal Cina yang melindungi situs tersebut. Penjaga pantai Vietnam bahkan merilis video yang menunjukkan kapal Cina tengah menembakkan meriam air ke kapal Vietnam.

Konfrontasi ini terjadi di wilayah Kepulauan Paracel. Vietnam menyatakan pulau tersebut berada di zona ekonomi eksklusif 200 mil laut Vietnam. Namun Cina mengklaim kedaulatan atas wilayah itu dan sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan.

Menanggapi pernyataan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan bahwa isu tersebut tidak harus jadi perhatian. ASEAN dan Beijing sangat menentang segala upaya negara lain yang menggunakan isu Laut Selatan untuk merusak persahabatan dan kerja sama Cina dengan negara-negara ASEAN.

  Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.