Sabtu, 30 Agustus 2014

[World Article] Berburu MiG di Vietnam

Berburu MiG di Vietnam [Bagian 1]Ilustrasi Phantom menjatuhkan MiG [Google]

Dia adalah Letnan Randall “duke“ Cunningham jr. Dia adalah salah satu dari dua Ace Amerika dalam perang Vietnam. Dia juga satu-satunya Ace AL AS dalam perang ini.

Selama periode tahun 1965 -1968 nasib pertempuran udara di Vietnam Utara, perbandingkan kill-to-loss AL adalah 2,42 : 1 sementara AU 2,25 :1. Ini berarti bila penerbang AS berhasil menembak jatuh dua MiG, mereka kehilangan sebuah pesawat tempur. Selama pertempuran udara periode ke dua di tahun 1972, kill ratio AL, meningkat 12:1 dan AU makin menurun : 1,88:1! Hal ini tentu ada latar belakangnya.

Menjelang berakhirnya Perang Korea dan bahkan jauh sebelumnya, maneuver pertempuran udara (dulunya dikenal sebagai dogfighting, baseling dan redogging) merupakan bagian besar dalam latihan pilot penempur, termasuk diantaranya adalah penggunaan kanon dalam pesawat. Tapi akhir 1950, konsep western air forces yang canggih menggubah semua itu. Misil menggantikan kanon dan maneuver pertempuran udara tidak begitu di utamakan lagi. Sehingga peperangan udara selanjutnya akan dilakukan pembom jarak jauh, pesawat tempur bertugas hanya sebagai interceptors yang terbang cepat, tinggi dan dilengkapi senjata misil dan radar canggih. Musuh diburu lewat scope dan pilot juga tidak akan pernah melihat pesawat sasaran. Inilah yang melahirkan F-4 Phantom II, F-6 Delta Dart dll.

Karena konsep ini, hasil penyerangan udara AS ke Vietnam Utara pada Operation Rolling Thunder, menjadi tamparan yang menyedihkan. Baik bagi AL maupun AU AS, dari 1965-1968, mereka menembak jatuh sekitar 110 MiG dalam berbagai pertempuran udara, tapi kehilangn 48 pesawat sebagai tumbalnya. Tentu saja perbandingan 2,29:1 merupakan malapetaka dibanding hasil dalam Perang Korea yang mencapai 10:1.

Pihak AL bekerja keras mencari tahu dimana letak kelemahan tersebut, mereka tiba pada kesimpulan bahwa para pilot tidak terlatih untuk combat maneuvering battle. Atas dasar hasil penelitian tersebut, pada bulan September 1968, dibentuklah Navy Fighter Weapon School, di NAS Miramar dekat San Diego. ”Top Gun” pun lahir. Antisipasi AL ini memang terbayar dalam Linebacker Operations pada tahun 1972, sehingga ketika Letnan Randall “duke“ Cunningham Jr. berangkat untuk bertempur, pilot tersebut sedikitnya sudah melakukan lebih dari 200 simulasi dogfight.
Berburu MiG di Vietnam [Bagian 2]Pada penugasan pertamanya di atas kapal induk USS America, Duke Cunningham tidak mengalami banyak masalah, karena Presiden Jhonshon melarang kegiatan pengeboman di seluruh wilayah Vietnam Utara selama 9 bulan antara 1969 – 1970. Skadronnya hanya mendapatkan 12 kali tembakan dalam penugasan pertamanya.

Duke kembali ke Vietnam dalam penugasan ke duanya diatas kapal induk USS Constellation. Duke meninggalkan pelabuhan San Diego untuk melakukan pelayaran yang kedua pada pagi hari tanggal 1 oktober 1971 dengan kapal UUS Constellation (“connie”). Strike operation ini belum-belum sudah memberi kejutan. Unit unit AAA (Anti Aircraft Artilery -meriam anti pesawat) dan lokasi SAM (surface to air missiles) pada peta operasi yang ditandai dengan paku warna–warni ada begitu banyak, sampai-sampai menyerupai gambar pohon natal. Padahal setahun sebelumnya ketika penugasan pertamanya, peta itu boleh dikatakan tampil nyaris tanpa paku-paku tersebut. 9 bulan tanpa serangan udara tersebut telah dimanfaatkan Vietnam Utara dengan begitu baik.

Memang di awal perang, Vietnam Utara memindahkan cukup banyak SAM ke wilayah selatan dan ke Laos. Kebanyakan meriam yang pernah membentengi daerah utara dipindah ke selatan. Jalur pemindahan yang dipakai adalah Ho Chi Minh Trail. Para ‘Gomers’ -begitu julukan bagi orang-orang Vietnam Utara, mengangkut peralatan satu persatu, sampai membentuk satu jaringan kompleks logistik yang besar, truk digantikan sepeda. Bulldozer membuat ratusan jalan dibawah tutupan kanopi hutan belantara. Tank serta pasukan sedikit demi sedikit memasuki daerah selatan, dan para tentara Vietnam Utara pun dibekali granat lebih dari yang mereka butuhkan.

Duke disiapkan untuk menghadapi ancaman MiG, tanpa memperhitungkan akan banyak mengalami tembakan kanon kecil, seperti 23 mm, 37 mm, 57 mm, 85 mm, 100 mm, 120 mm, juga SAM. Sehingga dalam misi ini dia disiapkan untuk menjatuhkan lebih banyak bom.

Misi pertamanya adalah menuju daerah sasaran dekat lembah Tchepone, Laos. ‘Gomers’ banyak yang sudah menyusup kesana. Truk-truk yang menggangkut suplai berbaris di jalan, dan pertahanan musuh telah jauh ditingkatkan untuk melindungi jalur suplai yang membanjir dari Rusia dan China yang diangkut dengan kapal dan diantar ke selatan dengan truk, mobil, sepeda, bahkan berjalan kaki.

Empat F-4 Phantom II, empat A-6 Intruder dan empat A-7 Corsair akan berjumpa dengan pesawat pengontrol udara (FAC, Forward Air Controller) terlebih dahulu, sebuah OV-10 yang ber call–sign “Covey 632“. Ke-4 formasi kecil tersebut akan lebih mudah melakukan maneuver bila mereka sampai ditembak. Sejak pesawat AS kesulitan menyerang langsung lewat wilayah udara Vietnam, mereka menggambil jalur koridor utara pangkalan udara Da Nang, baru masuk Laos.

Ini merupakan misi pertempuran pertama bagi Letnan Brian Grant, wingman Duke, dia bersama dengan Letnan Jerry “sea cow” Sullivan petugas RIO (Radar Intercept Operator) berpengalaman ditempat duduk belakang. Sedangkan bagi petugas RIO yang menemani Duke, Letnan Bill “irish willlie” Driscoll, ini merupakan tempat penggalaman tempur pertamanya. US Navy biasanya menempatkan pilot tempur berpengalaman dengan RIO yang tidak berpengalaman dan sebaliknya.

F-4 mereka sudah siap. Para awak darat sudah melakukan tugasnya dengan baik, kini giliran para pilot ini. Kanopi menutup saat mesin jet dihidupkan, system AC mulai hidup meniupi wajah pilot yang berkeringat, akibat panasnya semburan mesin jet dan cuaca tropis, cek final terakhir dilakukan secara cepat oleh cat officer yang langsung memberikan sinyal pada catapult operator, untuk ‘melepaskan’ pesawat tersebut.

Dalam waktu beberapa detik, pesawat F-4 berbobot 56.000 ton melesat dengn cepat. G-force yang demikian besar sempat membuat penglihatan Duke buram, namun dia benar-benar melesat dengan mulus bagai elang, di udara panas bulan November itu.

Barisan hutan belantara nampaknya luas menghampar dibawah Duke saat mendekati titik pertemuan. Mereka berusaha terbang diatas 300 kaki, menghindari masuk radius AAA kaliber kecil. Tak lama, mata mereka sudah menangkap kilasan putih sayap bagian atas Covey yang telah menanti mereka.
OV-10 Bronco, pesawat yang digunakan oleh Convey 362OV-10 Bronco, pesawat yang digunakan oleh Convey 362

"Showtime, ada tiga truk parkir sepanjang jalan,“ laporan dari Covey. Berputar di ketinggian 15.000 kaki, Duke dan wingmannya mengamati Covey mulai beraksi. Pesawat baling–baling itu menukik tajam, mengarah ke barisan truk sambil menembakan sebuah roket. Tapi roket itu meledak 10 meter sebelah selatan truk-truk tersebut. Ketika Covey bersiap unuk melakukan penembakan kedua, moncong AAA 37mm tampak muncul membidik OV-10. “Covey awas, mereka menembak anda !!” seru Duke.

Covey tetap mengincar sasaranya dan berhasil menembakan sebuah roket persis di tengah barisan truk tersebut. Dengan lega Covey menarikan hidung ke atas “okay navy,“ suara Covey diradio.“ Kedudukan 6 banding nol, AU enam AL..” Bronco itu tiba-tiba berubah menjadi gumpalan api ketika sebuah peluru 37 mm tepat mengenainya. Duke terperangah takut. Baru kali ini pesawat ditembak jatuh tepat didepan matanya, rasa tak berdaya merasukinya. Covey tampak jatuh menimpa hutan belantara dan meledak.

“Ada tembakan meriam!“ seru dua A-7 ikut bergabung dengan penerbang mereka. Dalam beberapa detik ledakan kedua tampak membahana di hutan belantara. Duke dan Brian berputar, menghindar. Sedih rasanya ketika mereka terbang melintasi pesawat yang tertembak tadi. Tapi apa daya, bahan bakar mereka tinggal sedikit, sehingga mereka terpaksa kembali ke USS Constellation.
Berburu MiG di Vietnam [Bagian 3]Hari-hari pertama pertempuran masih terus berjalan dan menjadi rutin bagi kedua skadron F-4 di USS Constellation, Skadron Duke si VF-96 dan VF-92 untuk ditunjuk melakukan misi utama pemboman, photo escort, fleet combat air patrol dan flak suppression. Kebanyakan sorti phantom jatuh pada dua jenis misi terakhir itu.

Ketegangan makin meningkat. Setiap misi makin terasa tegang disbanding sebelumnya, karena musuh makin banyak membawa masuk AAA dan SAM ke Laos dan selatan Vietnam. Pada suatu malam para pilot penempur mulai lagi membuka buka peta Vietnam Utara, untuk pertama kalinya untuk setelah tiga tahun, setelah Washington menghentikannya. Mereka akan melakukan penyerangan ke Vietnam Utara lagi. Tentu saja kali ini AS akan menggunakan secara penuh kekuatan udaranya.

US Navy diperintahkan untuk mengkonsentrasikan penyerangan ke daerah pantai, daerah-daerah patroli MiG, dan penyimpangan suplai. Foto-foto Recce memperlihatkan tempat-tempat penyimpanan suplai di setiap daerah sasaran, berupa jutaan gallon bahan bakar minyak, tank- tank SAM, tempat-tempat peluncuran serta situs peluncuran militer.

Diawal tahun 1972, aktivitas MiG mulai meningkat, setiap malam sejumlah MiG-21 diterbangkan dari Kep, Yen Bai, Phuc Yen dan landasan Quan lang. Mereka beberapa kali berusaha menembak jatuh pesawat-pesawar B-52 diatas Laos.

Pada tanggal 18 Januari 1972, Duke diperintah untuk bersiap menggawal sekelompok penyerangan ke Quang Lang, Duke antusias sekali menyambutnya. Dia menggambil maskot kaki kelincinya, mengusap-usap dan mulai menyusun rencana misi tersebut. Duke memang membawa potongan bulu dan kuku itu selama dua tahun terakhir ini. Benda itu Duke peroleh dari seorang teman di Universitas Missouri. Dia selalu mengelusnya setiap akan melakuka misi, sambil berkata, “Kali ini saya akan berhasil menjatuhkan MiG.“

Dalam misi ini rencana mereka akan terbang ke selatan, dan dari sana berbelok ke utara melalui Laos. Mereka merencanakan akan tampil di Laos dengan formasi besar.

Dengan 35 pesawat mereka terbang ke arah Vietnam Selatan dan Laos.
MiG 21 Vietnam. Pesawat canggih pada masanya.MiG 21 Vietnam. Pesawat canggih pada masanya.

Ketika Commander Eggert menyebut point alpha, cek point yang pertama, seluruh persenjataan dipersiapkan. Sepertiga dari flight tersebut memisahkan diri, diikuti sepertiganya lagi 30 detik kemudian. Memang ini taktik yang disengaja agar bisa menyerang serentak dari arah barat daya dan utara.

Point bravo masih 4 menit ke utara, ketika radio menyebut “Point Bravo”, rasanya tekanan darah Duke naik, seakan terasa baru bangun dari tidur panjang. Dari kejauhan sekitar 20 mil, Duke sudah melihat Quan Lang.

“Gomers” sudah mencium kedatangan mereka. Brian dan Duke sudah mulai ditembakai dengan 57 mm. Untuk menghindarinya, mereka terbang dengan ketinggian berbeda-beda. “Showtime, SAM dibawah!” (Showtime adalah call-sign radio VF-96) begitu kotak kecil hebat yang mendeteksi radar SAM menggingatkan mereka. Duke dan kawan-kawan berada di tengah dua sarang SAM, mereka pun melesat di atas tanah lapang kosong, menuju ke arah selatan tempat posisi mereka antara Quang Lang dan daerah musuh di sebelah utara, unuk memotong segala usaha penyerangan MiG tersebut.

Lapangan terbang itu sudah mereka lewati, sarang SAM sudah mendeteksi mereka dan mereka sudah melihat batangan misil musuh mulai terangkat di landasannya, debu dan kotoran berterbangan ketika Bosster misil menembak ke udara. Nyala api putih tampak menyertai misil dengan kecepatan mach 3 plus.

Saat Brian melakukan turn hard port, misil itu mengikutinya, pertanda misil tersebut sudah mengunci posisi pesawat. Tetapi Brian dan Jerry sama sekali tidak bisa melihatnya. Ketika misil sudah mulai mendekat, Duke memerintahkan untuk melakukan manuver break turn of maximum G. SAM melesat nyaris mengenai pesawat Brian dan gagal meledakannya.

A-7 Corsair juga melakukan tugas dengan baik diposisinya. Burung–burung penyerang ini berhasil menghajar sebagian senjata–senjata anti pesawat.

Sarang SAM di sebelah selatan mengkonsentrasikan sasarannya pada kawanan Duke, dua diantaranya sudah membidik ke arah mereka. Duke dan Brian segera berpencar (MIGCAP menjadi misi kedua untuk membebaskan diri). Sekitar 18 SAM ditembakan, masing-masing dua dari setiap sarang. Flight Duke nyaris menjadi sasaran empuk sebuah misil akibat salah perhitungan.

Sekilas, Duke dan kawan kawannya ini cukup berhasil menimbulkan serangan gencar, Kelompok A-7 berhasil menemukan tempat penyimpanan MiG yang tersembunyi jauh di daerah pedalaman pegunungan sebelah selatan. Mereka berhasil melumpuhkan sarang SAM di sebelah utara dengan Bom-bom Rockeye.[Hobby Militer]

Bersambung ...


  militer.or.id  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.