Selasa, 07 Oktober 2014

Penerbang Tempur Wanita AU Emirat Dalam Operasi Udara di Suriah

major mariam_al_mansouri_pilot_02_jc_140925_4x3_992Mayor AU Mariam Al Mansouri Pilot Wanita UEA (AP Photo)

Amerika Serikat memulai melakukan serangan udara terhadap beberapa target tepilih di wilayah Suriah terhadap ISIS sejak Senin malam (22/9) hingga pagi hari Selasa. Nama militan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) tetap dipergunakan oleh media Barat, walaupun mereka sudah mendeklarasikan namanya menjadi Islamic State.

Dalam serangan udara tersebut, diberitakan (Abc News) bahwa salah satu flight leader dari Angkatan Udara Uni Emirat Arab (UEA) adalah seorang penerbang tempur wanita. Menurut Duta Besar UEA di AS, nama pilot wanita itu adalah Mayor Mariam Al Mansouri (35). Mariam bertindak sebagai leader dari para penerbang tempur UEA yaitu pesawat tempur F-16 block 60. Angkatan Udara UEA minggu ini bergabung dengan Amerika Serikat, Arab Saudi, Yordania, Qatar dan Bahrain dalam melaksanakan serangan udara terhadap ISIS.

Mayor Mariam adalah alumnus Universitas UEA jurusan sastra Inggris. Dia lulus dari Universitas Zayed Air pada tahun 2007 dan menurut media di Abu Dhabi, The National, Miriam merupakan contoh wanita yang mampu menerbangkan pesawat tempur F-16. Duta Besar UEA di AS, Yousef Al Otaiba menyatakan, "Saya secara resmi dapat mengkonfirmasi bahwa misi serangan UEA, Senin malam dipimpin oleh pilot pesawat tempur perempuan Mariam Al Mansouri. Dia memenuhi syarat, sangat terlatih, siap tempur dan dia memimpin misi," katanya.

Mariam, Lahir di Abu Dhabi merupakan salah satu dari delapan anak, mengatakan kepada majalah Deraa Al Watan baru-baru ini bahwa keluarganya mendukung karirnya sebagai penrbang tempur. Tetapi seperti yang berlaku dalam adat istiadat keluarga Arab, dia harus mengatasi stereotip gender dalam menapak karirnya. Mariam dikenal sebagai wanita yang cerdas dengan nilai rata-rata sekitar 93 persen, yang membantu melancarkan karirnya.

Jelas keberadaan Mariam merupakan hal yang sangat istimewa dikalangan para penerbang dalam koalisi tersebut, karena medan tempur yang mereka hadapi bukan sesuatu yang ringan. Disamping itu resiko yang akan mereka hadapi apabila terpaksa harus crash landing atau bail out, serta tertangkap oleh militan IS, resikonya akan menghadapi hukuman penggal.

Sejak Senin (22/9) malam hingga selasa pagi, jumlah shorty serangan udara di Suriah sebanyak 22, berupa serangan udara terhadap target Islamic State (14) dan serangan udara terhadap Khorasan Group di Suriah (8). Jumlah serangan udara baru terhadap ISIS di Irak (dilakukan Senin) sebanyak 4 shorty. Jumlah serangan udara yang telah dilakukan terhadap Islamic State di Irak sejak Agustus sebanyak 194 shorty (Sumber ABC News).

Operasi gabungan serangan udara langsung serta serangan dengan peluru kendali Tomahawk (47) yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah berhasil menghancurkan beberapa target penting dari Islamic State di Suriah, diantaranya Oil Refinery, Pusat Komando dan Kendali IS dan Pusat keuangan Islamic State. Selain itu juga dihancurkan kamp pelatihan, barak-barak militer, markas dan kendaraan tempur terutama di wilayah bagian Utara dan Timur Suriah. Target kelompok Khorasan yang dihancurkan adalah fasilitas produksi amunisi, bangunan komunikasi, kamp pelatihan dan pusat komando dan kendali.

Keberadaan Mariam di Angkatan Udara UEA yang mensejajarkan soal gender, kini juga akan diikuti oleh TNI Angkatan Udara. TNI AU kini sudah memiliki beberapa orang penerbang, tetapi sebagai penerbang transport. Dalam sambutan hari ulang tahun Wara (Wanita Angkatan Udara), Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengungkapkan, pihaknya tak akan mengistimewakan prajurit wanita atau Wara dalam penugasan. “Kami tak akan memberikan ruang dan kedudukan istimewa bagi Wara dan tidak membedakan hak serta kewajibannya dengan prajurit pria,” kata Putu Dunia saat menjadi inspektur upacara peringatan ke-51 hari ulang tahun Wara di Jakarta, Rabu (20/8/2014).

TNI AU sudah merekrut Wara sebanyak 1.618 personil sejak pertama kali merekrut pada tahun 1963. Sebagai salah satu persamaan gender, TNI AU juga akan merekrut penerbang tempur wanita. Sejak 2013 TNI AU sudah menerima calon prajurit wanita (taruni) di Akademi Angkatan Udara (AAU) yang lulusannya nanti diharapkan bisa menjadi penerbang tempur. Penerimaan taruni ini akan terus dilakukan tiap tahun. “Lulusan pertama akan diwisuda pada 2017 dan diharapkan ada yang sudah bisa menjadi penerbang pesawat tempur,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto.

Dengan demikian maka nampaknya pada masa yang akan datang, akan muncul lebih banyak para penerbang tempur wanita di dunia dengan prestasinya seperti Mayor Mariam itu, dan khususnya di TNI AU. Menerbangkan sebuah pesawat tempur bukan hal yang sederhana, sangat terkait dengan kesehatan prima, ketahanan mental serta pengendalian emosi dan beban psikologis seseorang saat duduk di cockpit yang sempit dan penuh dengan segala pernik teknologi yang harus mampu diantisipasi seseorang. Dia harus tahan dengan tekanan fisik G-9 misalnya. Hebat, hanya itu kata yang tepat bagi seorang penerbang tempur wanita dari sebuah Angkatan Udara dengan alutsista yang semakin canggih. Bravo Mariam, Sukses selalu kepada TNI AU.

Penulis :
Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, pengamat intelijen


  ★ Ramalan Intelijen  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.